Jakarta –
Upacara peringatan Hari Kemerdekaan ke-79 menjadi suatu hal yang istimewa karena akan dilakukan di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur. Ini adalah pertama kalinya setelah bertahun-tahun upacara penaikan dan penurunan bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta.
Bicara dari sisi sejarah, upacara perayaan kemerdekaan di Istana Merdeka pertama kali terjadi pada 17 Agustus 1950. Dahulu masyarakat menyebut Istana Merdeka sebagai Istana Gambir karena terdapat banyak pohon gambir (Uncaria) di sekitarnya.
Bila menyadari, upacara di Istana Merdeka baru terjadi lima tahun setelah kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena adanya Agresi Militer I yang dilakukan Belanda dalam upaya merebut kembali kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang diketahui, proklamasi kemerdekaan terjadi di rumah pribadi Soekarno di di Jl Pegangsaan Timur nomor 56 atau sekitar 6 kilometer dari Istana Merdeka. Satu tahun setelah kemerdekaan, perayaan HUT ke-2 RI dilaksanakan di halaman Gedung Agung, Yogyakarta.
Alasannya karena saat itu situasi di Jakarta masih belum aman untuk diadakannya upacara 17 Agustus. Pada 1946, Soekarno dan Mohammad Hatta selaku pemimpin juga pindah ke Yogyakarta dan memfungsikan Gedung Agung buatan tahun 1869 sebagai istana kepresidenan.
Serangan merenggut kedaulatan tidak melumpahkan bangsa Indonesia hingga akhirnya pada 17 Agustus 1950, pemerintahan kembali ke Jakarta dan upacara penaikan bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka.
Proses upacara dilakukan dengan pengibaran bendera Sang Saka Merah-Putih yang dijahit ulang oleh Husein Mutahar pada tiang setinggi 17 meter. Pada momen ini juga nama Istana Merdeka resmi dipilih Soekarno menggantikan Istana Gambir.
Selain itu, Istana Rijswijk yang berada di belakang Istana Merdeka diberi nama baru menjadi Istana Negara. Setelah 73 tahun berlalu, akhirnya pemerintah Indonesia kembali memindahkan pelaksanaan upacara Kemerdekaan RI ke IKN pada tahun 2024.
Tantangan Paskibraka di IKN
Berbeda lokasi tentu berbeda juga tantangan yang akan dihadapi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Drs KH Yudian Wahyudi MA PhD menjelaskan IKN memiliki tantangannya sendiri terutama dalam hal cuaca dan air.
“Jadi salah satu problem Balikpapan itu kesulitan air, apalagi di daerah dia konturnya di pegunungan dan itu tanah baru dibuka. Jadi salah satu tantangannya itu panas dan air,” katanya kepada wartawan dalam acara Pembukaan Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Paskibraka Tingkat Pusat Tahun 2024, Sabtu (13/7/2024) di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Depok.
Ia juga menanggapi berbagai isu yang beredar terkait kesiapan IKN sebagai tempat upacara dari sisi sarana dan prasarana. Menurutnya, hal ini juga menjadi tantangan BPIP meskipun kini sudah diantisipasi.
“Tapi soal kesiapan ya ada di Istana itu bagian dari tantangan yang sudah kami antisipasi,” tambahnya.
Dapat Pelatihan Intensif
Agar Paskibraka bisa menyesuaikan diri, mereka akan terbang ke IKN pada 10 Agustus 2024 untuk melaksanakan pelatihan secara intensif.
Namun sebelum terbang ke IKN, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan/Plt Deputi Diklat BPIP Ir Prakoso MM menjelaskan 76 Paskibraka akan dikuatkan fisiknya melalui pelatihan. Dalam hal ini BPIP bekerja sama dengan Komando Garnisun Tetap I/Jakarta dan Polri.
“Untuk menguatkan adik-adik sekalian untuk disiplin (terutama dalam) baris-berbaris dan lebih kuat. Sehingga mereka ditempatkan dimanapun dalam kondisi siap dan baik,” tutup Prakoso.
Seperti yang diketahui, 76 anggota Paskibraka kini tengah menjalani proses pemusatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Taman Rekreasi Wiladatika (TRW) Cibubur dari 13 Juli hingga 10 Agustus 2024. Diklat dibuka melalui tradisi upacara Tantingan yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr Rima Agristina SH SE MM.
Sistem pembinaan dalam pemusatan pendidikan dan pelatihan terdiri dari pembelajaran aktif ideologi Pancasila dan pemantapan nilai wawasan kebangsaan, kepemimpinan dan pelatihan baris-berbaris, serta pengasuhan untuk membentuk generasi yang tangguh, mandiri, dan berkarakter Pancasila.
(det/nwy)