Jakarta –
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti memaparkan penjelasan mengenai deep learning atau metode belajar yang akan segera diterapkan di sekolah. Beberapa orang menyebutnya deep learning ful-ful.
Pasalnya, deep learning ini disebut akan menghadirkan pembelajaran yang mindful, joyful, dan meaningful. Sehingga disingkat menjadi deep learning ful-ful.
“Dengan deep learning ini kami tentu berharap pembelajaran jadi menyenangkan, murid jadi betah dan memahami mengapa mereka mempelajari sesuatu,” kata Mu’ti saat ditemui di Gedung Auditorium FTIK UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang, Jumat (22/11/2024).
Deep learning menurutnya memungkinkan siswa bisa belajar secara lebih mendalam. Sehingga siswa bisa memahami mengapa harus mempelajari pengetahuan tertentu.
“Pembelajaran kita saat ini harus berorientasi pada kualitas, berorientasi pada kedalaman materi yang kita pelajari, bukan pada how much we learn (berapa banyak kita pelajari) tapi seberapa baik kita pelajari,” jelasnya.
Meski disebut akan dibuat jadi metode belajar menyenangkan, Mu’ti mengingatkan bahwa deep learning joyful, mindful dan meaningful bukan berarti lucu. Ia berharap siswa tidak menafsirkan seperti itu.
“Dengan paradigma deep learning itu kami ingin menjadikan pembelajaran itu menjadi menyenangkan, menyenangkan berarti bukan lucu karena sering dimaknai joyful learning itu adalah pembelajaran yang funny,” ujarnya.
Deep Learning Bukan Teori Baru
Mu’ti mengaku merasa terkejut karena banyak sekali respons mengenai deep learning ini. Ia melihat belum banyak yang tahu tentang metode tersebut, padahal pendekatannya sudah ada sejak lama.
“Deep learning itu bukan teori baru, tapi sudah ada sejak tahun 1976 dan perkembangan awalnya itu di negara Swedia,” ujar Mendikdasmen.
Saat menempuh studi di luar negeri, deep learning adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil Mu’ti. Sehingga ia sangat paham bagaimana deep learning bekerja sebagai metode yang cocok bagi pelajar.
“Saya bicara soal deep learning karena ini merupakan salah satu mata kuliah dalam studi saya psychology scientific communication,” kenangnya.
Deep learning pada dasarnya didesain untuk membuat seseorang bisa lebih mendalam dalam mengenal sesuatu. Sehingga bukan hafalan yang didapatkan, tapi benar-benar pemahaman.
“Kita sekarang masih berorientasi pada surface atau achievement di mana kita terlalu banyak mengajarkan fakta-fakta atau knowledge yang tidak punya deepening understanding,” bebernya.
Bisa Diterapkan di Semua Mata Pelajaran
Ia kemudian menjelaskan bahwa deep learning bisa jadi metode belajar di semua mata pelajaran (mapel). Sebagai hasil telaahannya dari berbagai hasil riset.
“Berbagai kajian itu menyatakan deep learning bisa diterapkan di hampir semua mata pelajaran,” ucapnya.
Ia mengajak para ahli pendidikan untuk menjadi tutor bagi para pendidik dalam merealisasikan deep learning di sekolah. Tak bisa dipungkiri, metode ini akan jadi sebuah hal baru di dunia pendidikan Indonesia.
“Ini memang baru, sehingga kita harus melakukan pelatihan, maka karena itu bapak ibu (dosen) bisa menyumbangkan tutor,” kata Mu’ti.
Ia mengajak para guru juga yang akan mempraktikkan metode ini secara langsung. Dengan pendekatan deep learning, Mu’ti yakin siswa bisa lebih memaknai apapun yang mereka pelajari.
“Dalam rancangan saya yang akan datang saya berusaha agar muatan dalam materi pelajaran itu yang diajarkan yang most essentials. Yang most essentials itu akan turut dikembangkan guru, didalami dan dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain sehingga bisa lebih bermakna dari apa yang dia pelajari,” pungkasnya.
(cyu/pal)