Jakarta –
Media sosial saat ini menjadi media yang sangat digemari oleh masyarakat, terutama generasi muda. Hal ini tentunya tak lepas dari pengaruh cepatnya informasi yang tersebar. Bukan hanya itu, media sosial bisa digunakan sebagai wadah untuk melakukan branding baik untuk individu maupun instansi.
Sehubungan dengan fenomena itu, Head of Brand Communication detikcom Karel Andereson membahas hal-hal yang berhubungan dengan bidang social media branding di forum diskusi detikcom Goes to Campus yang digelar pada Rabu (20/11) di UIN Jakarta. Hal pertama yang menjadi fokus pembahasan Karel di forum ini adalah jurus jitu untuk membangun branding di media sosial.
“Judge the branding by its socmed. Jadi apa yang kita branding yang dibawa oleh orang itu harus kita lihat juga sosial medianya. Ketika sosmednya orang-orang itu atau brand itu membawakan seperti apa ya brandingnya seperti itu,” tutur Karel dalam keterangannya, Rabu (20/11/2024).
Karel berpendapat branding tidak bisa dipisahkan dari sosial media. Menurutnya, branding juga harus dilihat dari apa yang dibuat di sosial media brand tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun branding di sosial media, baik untuk brand maupun personal.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah tujuan pembuatan sosial media itu sendiri. Karel menjelaskan contoh mudah yang dapat dilihat adalah detikcom. Di detikcom, sosial media digunakan sebagai media untuk membagikan konten-konten atau berita yang berasal dari website detikcom.
“Tahap pertama jurus pertama kita harus clear ketika sosial media masuk, untuk apa dan siapa. Nanti kalau ada platform baru lagi masuk, misalkan ada Spotify dan ada yang suka podcast, kita harus punya akun di situ. Untuk apa untuk siapa, biasanya itu akan kita terjemahkan dari awal. Karena kita paham betul yang mengerti adalah yang bisa memenangkan hati,” kata Karel.
Karel menambahkan jika tujuan dan sasaran sudah tepat di awal membuat sosial media, maka proses membangun branding bisa jadi lebih mudah. Hal ini juga bisa diterapkan seseorang untuk membangun personal branding di sosial media.
Selain tujuan dan target audiens, hal lain yang perlu diperhatikan jika ingin membangun personal branding adalah identitas seperti apa yang ingin ditampilkan. Identitas branding ini juga harus sudah ditetapkan sebelum mulai membranding diri.
“Identitasnya apa jadi siapa itu gimana ya mas? Nah identitasnya harus sudah kita pikirkan. Visualnya, personanya, gaya bahasa, sapaan, cara interaksinya, unique selling point-nya. Jadi apa yang kita punya di media sosial itu identitas,” tuturnya.
Selain itu, menentukan persona di media sosial juga bisa menjadi pembeda dari orang lain. Hal ini akan membuat seseorang dikenal dengan persona yang ia tampilkan ketika melakukan branding.
Terkait pembuatan konten branding, hal yang perlu diperhatikan menurut Karel adalah nampolnya apa dan untuk siapa?
Karel menjelaskan bahwa kesan suatu konten dibedakan menjadi dua, yakni positif dan negatif. Konten-konten yang sifatnya kegembiraan, kekaguman, kelucuan, kejutan memiliki dampak yang positif. Di sisi lain, konten dengan sifat ketakutan, kegelisahan, kesedihan memiliki tone yang negatif.
Sebagai informasi, detikcom Goes to Campus merupakan kegiatan diskusi offline yang dilakukan di lingkungan kampus yang mempertemukan narasumber, mahasiswa, dan mahasiswi untuk berdiskusi bersama mengenai topik tertentu. Program ini diharapkan dapat memberi pembelajaran dan meningkatkan wawasan, skillset, serta minat mahasiswa, akademisi dan dosen mengenai kehidupan dunia kerja dan referensi untuk peningkatan kurikulum di bidang media dan sosial media.
(akn/ega)