Jakarta –
Presiden RI Prabowo Subianto meminta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pendidikan dasar dan menengah. Prabowo. Permintaan ini menjadi bagian dalam upaya peningkatan kualitas sains teknologi RI.
Mu’ti mengatakan, rapat bersama Prabowo juga membahas soal pembelajaran matematika bagi siswa kelas 1-4 SD dan pengenalan matematika sejak TK.
“Tadi (Prabowo) menekankan pentingnya kualitas pembelajaran matematika dan bagaimana metode pembelajarannya diperbaiki, termasuk di dalamnya ya konsekuensi untuk itu pelatihan guru matematika,” kata Mu’ti di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10/2024), dikutip dari detiknews.
Merespons permintaan tersebut, Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan inventor paten Vaksin Matematika Dr Herman Syafri MPd mengatakan strategi terbaik belajar matematika adalah dengan bermain.
Pemenang inovasi pendidikan matematika dalam program Matching Fund Kedaireka Kemendikbudristek 2023 ini menambahkan, teori-teori tentang bagaimana anak belajar bermuara pada bermain.
“Memang Tuhan membuat mereka itu bermain. Jadi karena dunia mereka itu dunia bermain, ketika kita mempunyai program untuk anak, maka harus kita desain dalam pendekatan bermain,” ucapnya pada detikEdu ditulis Senin (4/11/20204).
Ia menjelaskan, bermain dibutuhkan anak dalam pertumbuhan fisik dan emosionalnya. Untuk itu, pendekatan bermain juga perlu diterapkan dalam mempelajari matematika.
“Justru kalau anak-anak kita suruh diam, dengar, dan catat dalam kelas, itu nggak sesuai dengan dunia anak. Makanya anak-anak tidak mengerti matematika karena tidak secara aktif ikut mengeksplorasi matematikanya,” sambungnya.
Strategi Belajar Matematika dengan Bermain
Menurut Herman, pemahaman anak atas konsep matematika atau numerasi perlu dibangun dengan pengalaman sehari-hari lewat bermain. Ia mencontohkan, dalam inovasi Vaksin Matematika, siswa diajak mengenal konsep matematika dengan alat peraga (kit) numerasi seperti kartu-kartu domino. Dalam kartu ini, ia dan timnya menuangkan hampir semua materi esensial matematika sepetri aritmatika, geometri, dan statistik.
Mantan guru matematika 1996-2019 ini menuturkan, di sisi lain, guru sering kali kesulitan membuat bahan ajar matematika ke dalam bentuk permainan atau bermain sebagai aktivitas belajar.
Soal hal ini, Herman mengatakan guru dapat mengajak siswa kreatif menemukan pemahamannya sendiri akan matematika. Setelah mengerti, ia diajak mengulangi kembali hingga benar-benar paham.
Hal tersebut yang juga ia ingatkan pada mahasiswanya agar pembelajaran matematika tidak menjadi kegiatan mengajarkan matematika, tetapi belajar matematika itu sendiri. Dengan begitu, anak jadi tidak menganggap belajar matematika sulit, membosankan, atau menakutkan.
“Bagi mahasiswa, matematika itu gampang. Luas misalnya, panjang kali lebar. Pas mengajar, jangan disebutkan istilahnya, ‘komutatif adalah A x B dengan sama B x A’, pusing anak-anak itu. Tapi anak bisa dibawa ‘kalau dibanding ini sama itu, sama ternyata’. Dengan berbagai permainan, dan prinsip pengulangan anak bisa menemukan sifat komutatif itu,” ucapnya.
“Penemuannya itu dalam konteks by design, oleh eksternal, oleh kami. Jadi misalnya ½ akar 2 ditambah setengah akar 2, ternyata kan akar 2. Begitu juga -2 dikurang 3, kita memahami bahwa -3 dikurang 2 juga sama,” sambungnya.
Herman mengatakan, belajar dengan aktivitas bermain atau dengan kit numerasi seperti Vaksin Matematika tidak bertujuan untuk menghafal, tetapi memahami konsep matematika.
“Tidak untuk berhitung cepat. Itu yang kita ingatkan di Indonesia. Berhitung cepat, bagi kami, tidak penting dalam memahami proses-proses berhitung. Yang penting paham konsepnya dulu,” ucapnya yang pernah mendidik di SMP RSBI di Jakarta dan sekolah singgah di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Inovasi Belajar Matematika dengan Bermain
Pada 2023, Herman memenangkan penghargaan inovasi terbaik bidang pendidikan matematika atas konsep Aritmatika Divergen dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudrsitek dalam program Matching Fund 2023. Inovasi yang telah dipatenkan ini dikenal dengan nama Vaksin Matematika.
Vaksin Matematika mentransformasi hampir semua konsep penting bilangan, aritmatika, aljabar, geometri, dan keterampilan statistika ke dalam bentuk permainan matematika yang disukai anak SD dan SMP.
Inovasi Herman merujuk pada kriteria media untuk tujuan kreativitas dari Medialab Massachusetts Institute of Technology (MIT), yaitu adanya diversity of outcomes atau ‘banyak jalan menuju Roma’. Karena itu, konsep Aritmatika Divergen yang ia usung berbeda dengan dengan pembelajaran matematika konvensional yang lebih menekankan pada jawaban tunggal.
“Inovasi kami ini tidak berorientasi kepada hasil hitung, tapi berorientasi kepada proses berpikir anak yang dapat berbeda-beda,” tuturnya.
Kini, inovasi Vaksin Matematika dilengkapi dengan template Pholidota terbaru yang dapat memandu setiap anak untuk mencapai level tertinggi dalam Taxonomy Bloom. Template ini dapat disesuaikan dengan konten yang sedang dipelajari.
Vaksin Matematika sendiri telah diproduksi dengan perusahaan mitra yang dipasangkan (matched) Kemendikbundristek. Dipasarkan dengan nama Kit Numerasi, alat peraga dengan kisaran harga Rp 5 juta ini mulai dipakai di sejumlah sekolah di Sumatra Barat, Sumatra Selatan, hingga Papua melalui kerja sama dengan sejumlah kampus, antara lain Universitas Negeri Padang, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Cenderawasih.
Herman juga berencana untuk mengembangkan versi digital dari inovasi ini dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). Dengan begitu, Vaksin Matematika dapat diakses oleh anak-anak di seluruh dunia.
“Produk manual adalah yang terbaik karena sesuai teori-teori belajar, anak jadi dapat berinteraksi dengan teman dan benda konkret. Namun karena bahan kertas itu ditolak di negara maju, mungkin mulai bulan Februari 2025 nanti mulai buat Vaksin Matematika digital menggunakan artificial intelligence,” ucapnya.
(twu/nwk)