Jakarta –
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengukuhkan empat peneliti ahli utama menjadi profesor riset baru pada Rabu (11/12/2024). Pengukuhan ini adalah yang keenam selama 2024.
Gelar profesor riset sendiri diberikan kepada peneliti yang sudah mencapai puncak karier riset mereka, dengan kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat maupun negara.
“Profesor Riset adalah simbol prestasi akademik dan profesional yang luar biasa, mencerminkan kecakapan, kepakaran, dan komitmen terhadap riset serta inovasi,” kata Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian dalam sambutannya kemarin, dikutip dari BRIN, Kamis (12/12/2024).
Lantas, siapa saja empat profesor riset baru BRIN?
Empat Profesor Riset Baru BRIN
1. Oki Karna Radjasa
Peneliti Oki fokus pada mikrobiologi laut. Ia berhasil mengembangkan mikroorganisme simbion terumbu karang sebagai sumber senyawa bioaktif ramah lingkungan.
“Oki juga menemukan senyawa ektoin (ectoin) dan likopen, yang memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan,” ungkap BRIN melalui rilis resmi.
2. Yanuandri Putrasari
Yanuandri memfokuskan risetnya pada teknologi otomotif, khususnya pengembangan kontrol injeksi bahan bakar alternatif, guna mendukung zero net emission. Riset miliknya pun telah diterapkan dalam industri kendaraan listrik, termasuk alat kontrol tegangan dan sistem otonomi kendaraan listrik.
3. Danang Surya Candra
Profesor riset Danang Surya Candra mengembangkan teknologi pengolahan data citra satelit untuk mendeteksi awan. Teknologi yang diciptakan tersebut berguna untuk pemantauan perubahan tutupan lahan dan iklim.
Ia mengembangkan metode deteksi awan berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan telah digunakan di berbagai kementerian, lembaga pemerintah, hingga universitas di Indonesia.
4. Andri Hardiansyah
Andri Hardiansyah adalah yang termuda di antara para profesor riset yang baru dikukuhkan. Ia membuat terobosan di bidang nanomaterial fungsional.
Penelitian Andri dalam nanobioteknologi menghasilkan aplikasi komposit nano graphene untuk mendeteksi DNA, bakteri, hingga terapi penyakit Parkinson dan gagal ginjal, juga untuk mengatasi polusi lingkungan melalui fotokatalisis.
Wakil Kepala BRIN mengingatkan agar para profesor riset untuk menjaga integritas, etika ilmiah, serta kode etik yang berlaku. Ia pun berharap mereka tak lagi hanya fokus pada inovasi, melainkan juga berperan sebagai mentor untuk peneliti muda dan terus berkolaborasi dengan mitra di dalam dan luar negeri, demi kemajuan riset Indonesia.
(nah/faz)