Jakarta –
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Abdul Mu’ti mengatakan pihaknya akan melakukan diskusi dengan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar perihal pembinaan guru agama di sekolah umum.
Rencana ini ia tuturkan setelah seorang guru agama asal SMK 3 Muhammadiyah, Palembang menyampaikan keresahan soal perhatian dari pemerintah. “Saya sendiri kan adalah guru agama. Kami merasa dianaktirikan, tidak mendapat perhatian seperti guru umum lain,” tutur guru tersebut dalam acara diskusi Mendikdasmen dengan guru di SMK 3 Muhammadiyah Palembang, Jumat (2/11/2024).
Mu’ti mengungkapkan tiga masalah guru-guru agama di Indonesia. Mulai dari jumlah tenaga yang ada hingga jenjang karier mereka.
“Satu, pembinaannya. Yang kedua mengenai jumlahnya, jumlah guru agama kita itu juga belum memenuhi. Sementara banyak pemerintah daerah yang tidak mau mengangkat guru agama. Yang ketiga itu menyangkut pengembangan kariernya, yang ibu alami itu juga dialami istri saya yang guru agama juga di sekolah umum,” jelas Mu’ti.
Seperti diketahui, guru agama di sekolah umum memang memiliki “posisi” yang berbeda dengan pendidik mata pelajaran lain. Mereka bekerja dalam wilayah kementerian bidang pendidikan, tapi pembinaannya berada di bawah Kementerian Agama.
Mu’ti mengaku akan terus berdiskusi dengan Menag Nasaruddin Umar untuk memetakan pembinaan guru agama di sekolah umum ini. Harapannya tidak ada lagi guru-guru agama yang menganggap dibedakan dari guru mata pelajaran lain.
“Guru agama itu memang secara pembinaannya ada di bawah Kementerian Agama (Kemenag), tapi secara kerja itu ada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah,” ujarnya.
Adapun langkah yang akan dicetuskan oleh Mendikdasmen terkait pembinaan guru salah satunya pelatihan. Pelatihan ini berlaku juga untuk guru dari mata pelajaran lain.
“Pertama pelatihan-pelatihan termasuk untuk guru agama dengan pengembangan bakat minat dan penguatan pendidikan karakter. Jadi guru kelas nanti kita latih,” kata Mu’ti.
Kemudian, guru juga akan diberikan pelatihan karakter. Langkah ini penting terutama untuk guru agama yang bertugas memberi contoh perilaku yang baik.
“Mengajar tidak hanya transfer ilmu tapi juga nilai-nilai yang utama yang melekat dalam semua mata pelajaran. Dan penanaman karakter ini bukan tanggung jawab guru agama tetapi juga semua guru,termasuk mohon maaf guru olahraga, begitu juga guru matematika,” bebernya.
Dalam kesempatan itu juga, Mu’ti meminta guru-guru di sekolah swasta harus bersinergi dengan guru di negeri. Mu’ti menegaskan bahwa guru agama di sekolah swasta perannya sama-sama besar dalam menunjang pendidikan karakter siswa.
“Swasta itu bukan kompetitor negeri, menurut kami swasta itu adalah mitra pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan. Dan ini kami lihat memang sebagai masalah besar. Jadi, guru-guru agama di sekolah umum ini memang jadi masalah yang belum selesai,” ungkap Mu’ti.
Mu’ti menyatakan akan mencari masalah dasarnya terlebih dahulu sebelum membuat kebijakan menyeluruh terkait guru agama. Begitu pun dengan masalah guru lain seperti gaji guru dan sejenisnya.
“Kami dari pemerintahan tidak bisa melakukan tanpa ada dasarnya. Jadi saat ini saya mulai menelisik jika mau membuat kebijakan baru, ada dasarnya tidak?,” ucap Mu’ti.
(cyu/pal)