Jakarta –
Bukan wisudawan biasa, Ravidho Ramadhan menjadi penyandang gelar doktor termuda dari S3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM). Bagaimana tidak, Ravidho menyelesaikan S3 Fisika di usia 26 tahun.
Pria kelahiran Teluk Belengkong, Indragiri Hilir, Riau tahun 1998 ini juga merampungkan studinya dengan pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4.00. Apa rahasianya, ya?
SD di Usia 5 Tahun hingga Kuliah Fast Track
Keberhasilan Ravidho di bidang akademik tak lepas dari kemauan kuatnya untuk menimba ilmu. Ia meyakini, pencapaiannya bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki kemauan kuat.
“Satu hal yang saya yakini, pendidikan adalah salah satu jalan paling masuk akal untuk meningkatkan taraf hidup dan keluarga di masa depan,” ucapnya, dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (9/8/2024).
Berdasarkan catatan UGM, Ravidho berasal dari desa transmigrasi dengan keterbatasan akses listrik, yakni Desa Tunggal Rahayu Jaya, Riau. Di sana, ia memulai pendidikan di jenjang SD dengan pada usia 5 tahun.
Pendidikan SMP masih ia lanjutkan di kampung halaman. Sementara itu pada jenjang, SMA ia memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman dengan sekolah di kabupaten.
Tidak berhenti di jenjang SMA, Ravidho melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi S1 Fisika, Universitas Andalas (Unand). Ia memilih Program Fast Track sehingga bisa mencicil perkuliahan S2 di sejak masih menempuh studi tahun akhir jenjang S1.
“Saya menyelesaikan Pendidikan S1 dan S2 pada Jurusan Fisika Universitas Andalas melalui program Fast Track sehingga dapat menyelesaikan studi S1 dan S2 selama 5 tahun,” katanya.
Setelah menyelesaikan S2, putra daerah Riau ini melanjutkan kuliah di program studi yang sama di UGM. Kampus Biru menarik perhatiannya lantaran ada penawaran Program By Research yang fleksibel.
Program ini memungkinkan ia berkuliah S3 Fisika UGM sekaligus tetap bekerja sebagai asisten riset di Unand. Tak hanya itu, ia juga menemukan promotor yang mendukung penelitiannya di UGM, yakni Dr rer nat Wiwit Suryanto (Promotor), Prof Sholihun (Co-Promotor), dan Prof Marzuki (Co-Promotor).
Penelitian di Bidang Fisika Atmosfer
Penelitian yang dilakukan Ravidho berjudul Validasi dan Pemanfaatan Data Satelit Global Precipitation Measurement untuk Analisis Curah Hujan dan Bencana Hidrometeorologi di Indonesia. Ia menggunakan data pengamatan dan satelit yang ia peroleh semasa S2.
“Penelitian tugas akhir saya mengambil topik validasi dan pemanfaatan data satelit Global Precipitation Measurement (GPM) untuk analisis curah hujan dan bencana hidrometeorologi di Indonesia,” sebutnya.
Ravidho berpendapat, turunnya minat bidang fisika di Indonesia disebabkan oleh rendahnya daya serap dunia kerja. Merespons kondisi ini, ia sebagai penggiat fisika merasa tertantang untuk bisa menarik minat masyarakat dengan menunjukkan manfaat penerapan ilmunya. Contohnya melalui penerapan ilmu fisika atmosfer yang ia geluti.
“Tantangan ini memicu para penggiat fisika untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan ilmu fisika agar bermanfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Tips Bagi Waktu Kuliah dan Kerja
Mengelola waktu antara studi doktoral dan pekerjaannya sebagai asisten riset menjadi tantangan terbesar yang ditemui Ravidho. Begini tips membagi waktu kuliah dan kerja versi Ravidho:
- Menjalin komunikasi yang baik dengan promotor.
- Mampu menentukan skala prioritas agar tugas-tugas secara efektif.
- Terus meningkatkan motivasi dengan cara membaca buku self-improvement, berdiskusi dengan promotor, dan mengingat dukungan ibu serta orang-orang tercintanya.
Ketiga langkah tersebut bagi Ravidho menjadi kunci untuk menyelesaikan studi dengan baik. Tak hanya itu, hasil penelitiannya bahkan berhasil diterbitkan di Remote Sensing dan Remote Sensing Applications: Society and Environment, jurnal terindeks Scopus Q1.
Lanjutkan Post-doctoral di Jepang
Baginya, proses belajar tidak akan pernah selesai. Usai berhasil lulus dari studi S3, Ravidho akan menjalani program post-doctoral di Kyoto University, Jepang.
Program tersebut dilakukan Ravidho melalui Japan Society for the Promotion of Science (JSPS). Prof. Hiroyuki Hashiguchi dari Research Institute of Sustainable Humanosphere (RISH), Kyoto University menjadi host researcher.
(det/twu)