Jakarta –
Banyak sekolah dasar (SD) negeri mengalami kekurangan siswa saat pendaftaran siswa baru tahun 2024 lalu. Sekolah-sekolah ini kosong meski batas pendaftaran akhir usai. Fenomena kosongnya SD negeri ini terus berulang beberapa tahun terakhir ini. Lantas apakah yang menyebabkan penurunan murid SD negeri ini? Apakah benar ini disebabkan karena menjamurnya SD swasta, atau disebabkan hal yang lebih mendalam seperti turunnya tingkat kesuburan di Indonesia?
Pemberitaan detikcom pada Juli 2024 lalu menyatakan di SD negeri di Gumukrejo, Boyolali hanya terdapat lima siswa baru. Kemudian di wilayah Ponorogo ada lima SD negeri yang tidak mendapatkan satupun murid dan ada sebelas SD negeri di kawasan itu hanya mendapatkan dua orang siswa. Hal yang sama terjadi di SDN 331, Bawean, Gresik yang hanya mendapatkan 4 siswa baru.
Fenomena kesulitan murid ini juga tidak hanya terjadi di Jawa, sekolah SDN Sapurna di Barito Kuala, Kalimantan Selatan, juga terancam ditutup karena kekurangan murid. Pada tahun 2023 hal yang sama juga terjadi, sejumlah SD negeri di Semarang kekurangan murid dan ada yang hanya mendapatkan 4 orang murid. Hal ini juga terjadi di beberapa wilayah lainnya pada tahun 2023 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk melihat penyebab penurunan siswa SD negeri ini, kita perlu melihat tren jumlah siswa SD di Indonesia dari tahun ke tahun. Jumlah siswa SD ini merupakan total jumlah siswa SD baik yang bersekolah di SD negeri maupun di SD swasta. Menurut data BPS jumlah siswa SD pada 2009/2010 mencapai 27.328.601 siswa, jumlah ini kemudian naik pada tahun berikutnya 2010/2011 menjadi 27.580.215.
Lalu jumlah siswa SD di Indonesia ini meningkat sedikit pada tahun berikutnya 2011/2012 menjadi 27.583.919. Namun setelah 2011/2012 jumlah siswa SD di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2021/2022 jumlah siswa SD di Indonesia tinggal 24.331.756. Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan tren penurunan siswa SD dari 2009/2010-2021/2022:
![]() |
Dari grafik tersebut terlihat jumlah siswa SD di Indonesia mengalami tren penurunan. Menurut data tersebut puncak tertinggi jumlah siswa SD di Indonesia terjadi pada 2011/2012 yaitu mencapai 27.583.919 siswa. Sedangkan pada tahun 2021/2022 jumlah siswa SD tinggal 24.331.756 siswa. Sehingga, dalam kurun waktu sepuluh tahun jumlah siswa SD di Indonesia menyusut sekitar 3,2 juta siswa.
Penurunan Tingkat Kesuburan di Indonesia
Lalu apa yang menyebabkan penurunan siswa SD ini? Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah makin menurunnya tingkat kesuburan atau Total Fertility Rate (TFT) di Indonesia. Angka Total Fertility Rate menggambarkan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan saat seorang wanita berada pada masa suburnya pada kisaran usia 15-49 tahun.
Angka ideal Total Fertility Rate adalah 2,1 artinya wanita dalam usia suburnya melahirkan setidaknya dua orang anak. Dua anak ini akan bisa menggantikan kedua orangtuanya bila mereka meninggal, dengan komposisi ini maka populasi di suatu wilayah akan stabil. Namun, bila angka Total Fertility Rate ini berada di bawah 2,1 maka populasi penduduk di wilayah itu bisa turun.
Menurut data World Bank total fertility rate Indonesia pada 2010 adalah 2,452. Lalu nilai ini naik pada tahun 2011 menjadi 2,499. Setelah 2011, nilai total fertility rate Indonesia terus menurun terakhir pada 2022 nilai ini mencapai nilai 2,153. Berikut ini adalah grafik penurunan nilai kesuburan tau total fertility rate di Indonesia:
![]() |
Bila data jumlah murid SD di Indonesia dan Total Fertility Rate di plot dalam satu grafik maka akan terlihat hubungan keduanya membentuk hubungan yang linear. Berikut adalah plot antara jumlah murid SD dan Total Fertility Rate di Indonesia.
![]() |
Dari grafik tersebut bisa terlihat hubungan linear yang cukup erat antara total fertility rate dan jumlah siswa sekolah dasar di Indonesia. Saat tingkat kesuburan (total fertility rate) tinggi, maka jumlah siswa SD menjadi tinggi, demikian juga sebaliknya. Hubungan ini menunjukkan jumlah siswa SD dipengaruhi oleh Total Fertility Rate yang ada di Indonesia.
Perkembangan SD Swasta
Kemudian kita juga ingin melihat apakah ada pengaruh dari perkembangan sekolah SD swasta dengan penurunan siswa SD Negeri di Indonesia. Karena ada kemungkinan perkembangan sekolah swasta juga ikut menggerus jumlah siswa SD negeri di Indonesia. Untuk melihat hal ini kita melihat pertumbuhan data siswa SD negeri dan SD swasta di Indonesia.
Berdasarkan data BPS pada kurun waktu 2016/2017 hingga 2022/2023 jumlah siswa SD negeri mengalami penurunan. Pada 2016/2017 jumlah siswa SD negeri mencapai 22.428.159 siswa, namun pada 2022/2023 jumlah siswa hanya 20.366.178 siswa. Kemudian sekolah dasar swasta pada kurun waktu 2016/2017 jumlah muridnya adalah 3.189.919 siswa. Jumlah ini terus meningkat, hingga mencapai 3.710.333 pada tahun 2022/2023. Berikut adalah grafik perbandingan SD negeri dan swasta di Indonesia:
![]() |
Dari uraian di atas terlihat kosongnya bangku-bangku di sekolah dasar negeri ini disebabkan tren penurunan jumlah siswa SD di Indonesia. Tren penurunan jumlah siswa SD ini sejalan dengan makin turunnya tingkat kesuburan (total fertility rate) di Indonesia. Dengan semakin berkurangnya anak yang lahir di setiap keluarga maka akan semakin berkurang juga anak-anak yang mendaftar ke sekolah dasar. Hal ini menyebabkan jumlah siswa SD di Indonesia mengalami penurunan.
Selain penurunan jumlah siswa SD, hal lain yang menyebabkan semakin berkurangnya jumlah siswa SD negeri adalah makin bertambahnya jumlah siswa di SD swasta. Dari data yang ada jumlah siswa SD negeri mengalami penurunan sedangkan jumlah siswa SD swasta terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Gejala penurunan siswa sekolah akibat penurunan tingkat kelahiran ini juga dihadapi negara-negara lain. Di Jepang banyak sekolah yang tutup karena kekurangan murid. CNN Indonesia menyatakan setiap tahun Jepang menutup 450 sekolah dan dari 2002 hingga 2020 sudah ada sekitar 9.000 sekolah yang tutup di negara itu. Selain Jepang, Korea Selatan, juga menghadapi masalah yang serupa. Banyak sekolah yang harus ditutup karena kekurangan murid. Masalah serupa dihadapi Taiwan. Sekolah-sekolah di negara ini juga ada yang tutup karena penurunan tingkat kelahiran di negara itu.
Lalu apakah tren penurunan siswa SD ini menunjukkan penurunan jumlah anak Indonesia di masa depan? Proyeksi BPS menunjukan jumlah anak (0-14 tahun) akan terus mengalami penurunan.
Pada 2020 jumlah anak mencapai 66,21 juta anak, sedangkan pada 2045 jumlah anak menurun menjadi 63,54 juta anak. Peningkatan justru terjadi pada penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Pada 2020 penduduk berusia 20 tahun ke atas mencapai 26,78 juta jiwa, jumlah ini akan naik menjadi 72,03 juta jiwa pada 2045. Jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas pada 2045 ini mencapai 20,31 persen dari total populasi di Indonesia.
Meski demikian diproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tetap akan bertambah. Pada 2045 penduduk Indonesia akan mejadi 324,05 juta jiwa meningkat jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada 2020 yang hanya mencapai 269,58 juta jiwa.
*) Nala Edwin Widjaja
Dosen LSPR Institute of Communication & Business
(nal/nwk)