Semarang –
Direktur PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk., Irwan Hidayat menerima Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Negeri Semarang (UNNES). Irwan mendapat gelar Dr. (H.C) dalam bidang Ilmu Manajemen Mutu (Branding).
Penganugerahan diberikan langsung oleh Rektor UNNES, Prof. Dr. S. Martono, M.Si., pada di Gedung Prof. Wuryanto UNNES, Semarang. Acara dihadiri oleh keluarga besar Sido Muncul serta para Brand Ambassador Sido Muncul, termasuk Rhenald Kasali sebagai tamu kehormatan, Andy F Noya, Gus Mus, dan Veronica Tan, yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Irwan Hidayat menyampaikan orasi ilmiah berjudul “The Story of Tolakangin, Dari Indonesia Untuk Dunia: Model Manajemen Produk dan Branding Berbasis Nilai”. Dia menjelaskan tentang berdirinya Sido Muncul dari awalnya meracik Jamu kemasan biasa kemudian berkembang memiliki pabrik berstandar farmasi hingga ekspor ke banyak negara. Irwan menekankan pentingnya inovasi dan penelitian dalam mengembangkan produk herbal yang tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional.
“Ini adalah forum yang paling berharga, yang paling terhormat bagi saya sepanjang perjalanan hidup saya selama 77 tahun. Betapa tidak baru setelah saya menjadi perkuliahan selama ‘108 semester’ di ‘kampus’ bernama Sidomuncul, sebuah perguruan tinggi Universitas Negeri Semarang menganugerahi saya sebuah gelar Doktor Honoris Causa,” kata Irwan mengawali orasi ilmiahnya, Rabu (13/11/2024).
Usaha jamu yang ada mulai 1930 itu awalnya meracik Jamu yang kini dikenal dengan nama Tolakangin. Irwan mengembangkan dan memperkenalkan Tolakangin dengan berbagai upaya dan inovasi termasuk mencetuskan uji klinis untuk produk herbal hingga akhirnya Sidomuncul memiliki pabrik lengkap dengan laboratorium farmasi.
“Pabrik yang dibangun ini berstandar farmasi, dan ada laboratorium farmakologi, formulasi, uji stabilitas, uji air, mikrobiologi, instrumen, kultur jaringan. Dan kami melalukan uji toksisitas dan farmakologi pada produk Tolak Angin dan hasilnya aman,” katanya.
Irwan Hidayat Terima Gelar Doktor Honoris Causa dari UNNES (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
|
Ketika membacakan orasi ilmiahnya, Irwan sempat terharu dan menyeka matanya saat menceritakan upayanya melakukan uji klinis terhadap produk jamunya agar seperti produk farmasi lainnya. Sempat diragukan, namun akhirnya banyak pengakuan datang atas langkah inovasi yang dilakukannya itu.
“Saya dapat SMS, waktu itu masih SMS dari Prof Iwan Darmansyah (farmakolog), ‘i learn so much from you’. Beliau juga membagikan Tolakangin ke pasiennya,” ujar Irwan.
Penelitian Irwan berfokus pada strategi manajemen branding yang unik, menggabungkan identitas budaya Indonesia dengan kebutuhan kesehatan konsumen, serta menyoroti potensi obat tradisional untuk hidup berdampingan dengan perkembangan kesehatan modern.
Dengan branding yang dilakukan Irwan, dia memberikan perspektif baru tentang bagaimana keterikatan emosional dapat meningkatkan loyalitas konsumen dan pengenalan merek. Tagline yang dipilih yaitu “Orang Pintar Minum Tolak Angin” mengubah persepsi dari yang sebelumnya menganggap jamu hanya untuk masyarakat tradisional, menjadi pilihan modern yang aman, praktis, dan terjangkau.
Irwan menegaskan, Gelar Doktor Honoris Causa itu ia persembahkan kepada adik-adiknya yang membantu mengembangkan Sido Muncul. Yaitu Jonatha Sofjan Hidayat, Johan Hidayat, Sandra Linata, dan David Hidayat.
“Gelar Honoris Causa ini saya persembahkan kepada adik-adik saya. Yang telah berjuang bersama saya selama lebih dari 50 tahun. Juga kepada seluruh karyawan dan divisi humas public relation. Yang hadir ini ada 150 orang,” kata Irwan.
Sementara itu Rektor UNNES, Prof. Dr. S. Martono, M.Si. mengatakan pemberian gelar tersebut merupakan pengakuan atas karya Irwan dan juga penghargaan terhadap dedikasi Irwan dalam memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, serta kemanusiaan.
“Beliau kembangkan ilmu yang tampaknya jadi branding bagaimana mendobrak yang tadinya tradisional jadi modern. Dulu identik minum jamu kampungan, tapi dengan image orang pintar minum Tolakangin jadi berubah, menganggap bukan hanya untuk orang biasa tapi yang luar biasa. Branding penting dalam ilmu di masyarakat,” kata Martono usai acara penganugerahan.
“Kedua, Identitas Pak Irwan adalah contoh pelaku yang patut diteladani. Satu proses kolektif kolegial dalam kepemimpinan. Saya belum pernah melihat industri jamu yang sekuat Sido Muncul karena ikatan keluarga. Biasanya saling pecah, banyak contoh. Sido Muncul bertahan dengan itu. Prinsip harus ada yang mengalah, itu luar biasa. Tanggungjawab sosial, Pak Irwan bertahan dengan jamu tanpa campur kimia, bahkan diuji,” imbuhnya.
Akademisi dan praktisi Bisnis, Rhenald Kasali menegaskan gelar tersebut layak disandang oleh Irwan Hidayat yang sudah dikenalnya selama 25 tahun. Perkenalannya pun cukup unik karena dirinya yang merupakan akademisi tiba-tiba diminta menjadi bintang iklan Tolakaangin. Irwan mampu membuktikan herbal Indonesia bisa bermanfaat dan bersanding dengan popularitas produk farmasi.
“Orang seperti ini pantas dihargai karena dia contoh learning, bukan studi. Sudah jelas tadi ya, dia mendistrupsi. Jadi, katanya jamu itu bisa habis oleh obat-obatan china oleh popularitasnya yang tidak ada standar atau ketinggalan zaman, bau pahit dan sebagainya, tapi dia menciptakan standar dan standar dia adalah standard industri,” kata Rhenald.
“Jadi, modernisasi itu membuat munculnya kategori baru jamu dengan standar farmasi. Biasanya jamu dan standar cara pembuatan obat tradisional, dan dia masuk ke situ sehingga dokter menghargai, dokter menghormati, kelas menengah menghormati,” imbuhnya.
Dalam branding dan iklan pun menurut Rhenald, Irwan inovatif karena tidak hanya menggandeng artis tapi juga akademisi, atlet, bahkan juru kunci Merapi saat itu, Mbah Marijan. Irwan juga mengenalkan berbagai destinasi wisata di Indonesia lewat iklan.
“Dia memberi contoh tentang cara beriklan dengan berbicara, bernarasi. Menceritakan Labuan Bajo hingga Labuan Bajo jadi terkenal. Dia menarasikan mbah Marija dengan Gunung Merapi-nya, dia menarasikan bahwa semua orang adalah orang pintar hari ini,” tegasnya.
(akd/ega)