Jakarta –
Clash of Champions (CoC) belakangan ramai dibicarakan masyarakat. Game show besutan startup edutech Ruangguru tersebut menjadi ajang tarung para mahasiswa berprestasi RI di yang sedang studi di dalam maupun di luar negeri.
Pakar sosiologi pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair) Dr Tuti Budirahayu Dra MSi menilai game show pendidikan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa peserta, mahasiswa penonton, maupun masyarakat yang menyaksikannya. Bagi mahasiswa peserta, keunggulan akademik mereka jadi ditunjang dengan modal karier baru berupa popularitas.
“Manfaat secara langsungnya, nama mereka akan semakin populer. Yang sebelumnya mereka memang sudah terkenal sebagai mahasiswa unggul dan ini menjadi tambahan modal bagi mereka untuk jenjang karier yang lebih tinggi,” tuturnya, dikutip dari laman Unair, Jumat (5/7/2024).
Jangan Sampai Ada Kelompok Mahasiswa Eksklusif
Tuti mengatakan ide acara ini patut dipuji dan mengapresiasi mahasiswa bertalenta. Di sisi lain, ia mengingatkan pentingnya keberagaman mahasiswa peserta agar tidak memicu hadirnya kelompok mahasiswa yang eksklusif dan merasa dirinya lebih pintar dari mahasiswa lain.
Tuti mengingatkan, mahasiswa punya tugas untuk bersikap kritis pada berbagai masalah yang menjerat masyarakat di samping kewajibannya mengembangkan ilmu pengetahuan.
“Acara itu menurut saya baik dan mengapresiasi para mahasiswa bertalenta. Namun, para pembuat acara itu sebaiknya dapat lebih memperhatikan keberagaman mahasiswa,” ucapnya.
“Jangan sampai, nantinya malah membuat para peserta semakin menjadi kelompok mahasiswa elite dan eksklusif yang merasa lebih baik dan pintar dari teman-teman mahasiswa lainnya,” pesan Tuti.
Sorot Manfaat untuk Peminat Soshum
Saat ini manfaat CoC menurut Tuti khususnya tampak bagi masyarakat atau mahasiswa dengan minat serta kemampuan kognitif pada bidang matematika dan ilmu eksakta lainnya. Sedangkan mahasiswa dengan minat dan bidang studi sosial humaniora (soshum) menurutnya belum mendapatkan manfaat secara langsung.
“Masyarakat yang memiliki minat dalam bidang kognitif akan termotivasi. Namun, bagi mahasiswa yang memiliki talenta berbeda seperti di bidang seni, sastra, dan ilmu-ilmu sosial humaniora mungkin belum bisa merasakan manfaat secara langsung,” tuturnya.
Dikutip dari laman Ruangguru, mayoritas peserta CoC batch 1-5 mayoritas memang berasal dari rumpun jurusan sains dan teknologi (saintek) seperti teknik sipil, teknik komputer, dan kedokteran. Sejumlah mahasiswa ada yang berasal dari rumpun soshum, seperti ilmu hubungan internasional dan marketing telekomunikasi.
Terlepas dari itu, Tuti menilai tayangan ini berjalan sebagai strategi bisnis dan pemasaran layanan kepada masyarakat.
“Dengan cara ini, maka Ruangguru sebagai sebuah bisnis pendidikan akan semakin populer di kalangan masyarakat yang menginginkan anak-anak mereka memiliki kemampuan sekaliber para peserta CoC,” ucapnya.
Mahasiswa Unair di CoC
Unair sendiri diwakili oleh Maxwell Salvador Surya Atmaja. Mahasiswa Kedokteran Unair ini salah satunya menang dalam kompetisi Scientific Paper di Asian Medical Students Conference AMSC 2023: Taiwan by AMSA-International bersama Fan Maitri Aldian, Melissa Valentina Ariyanto, dan Vissudho.
Dalam laman Ruangguru, Maxwell tercatat sebagai peserta kocak yang tidak gampang menyerah. Ia juga punya strategi sendiri untuk menyusun urutan 52 kartu remi dengan benar dalam tantangan mengingat.
(twu/pal)