Jakarta –
Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Ahmad Zainul Hamdi soroti kebiasaan kurang produktif di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Kebiasaan ini membuat banyak PTKIN kerap mengambil jalan pintas terkait perencanaan kebijakan.
Alih-alih menghasilkan inovasi baru, perencanaan di PTKIN malah sering kali hanya copy paste (jiplak) program sebelumnya. Ia menekankan seharusnya program tidak direncanakan seperti itu.
“Tolong jangan lagi melakukan perencanaan yang itu copy paste, jangan! Jangan! Saya tahu bahwa kawan-kawan Kabiro itu biasa dan perencanaan ambil alih yang semestinya tidak seperti itu,” tegasnya dikutip dari rilis resmi di laman Kemenag RI, Jumat (28/6/2024).
Copy Paste Program = PTKIN Mandek
Menurut eks Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Surabaya ini, kebiasaan copy paste program dari tahun ke tahun bisa menimbulkan hal fatal. Salah satu dampaknya yakni PTKIN akan mandek dan tidak berkembang.
“Kalau tidak PTKIN kita mandek tidak ada progres apapun,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan agar pimpinan universitas atau rektor harus memiliki kebijakan yang bisa dijadikan acuan. Karena rektor adalah orang yang memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan kebijakan untuk satu tahun akademik.
Kebijakan ini nantinya akan diperinci menjadi program yang harus dikembangkan oleh para wakil rektor, dekan dan unit-unit lainnya. Seluruh jajaran ini adalah bagian penting dalam hal support system terkait kebijakan yang diputuskan pimpinan.
“Jadi pimpinan ini membuat blue print kebijakan apa yang dilakukan ke depannya. Karena Kabiro tidak memiliki arah kebijakan, karena Kabiro dan seluruh tendiknya adalah supporting sistem yang diputuskan Pimpinan,” paparnya.
Catatan untuk Rektor Baru
Ahmad Zainul juga memberikan catatan kepada rektor universitas yang baru terpilih. Menurutnya visi-misi yang dimiliki rektor terpilih tidak boleh melenceng dalam rencana strategis (renstra).
Ia menyinggung bahwa rektor jangan berdiam diri. Sebab, rektor harus menyusun apa hal yang harus dicapai di akhir masa jabatannya. Capaian ini bisa diperdalam dan diluaskan menjadi rencana program. Selain itu, rektor terpilih juga harus menargetkan pada akhir periodenya.
“Dia itu akan menghasilkan apa yang itu break down menjadi kerja tahunan sehingga di akhir tahun milestone nya apa, dan ini di break down menjadi rencana program. Rencana program itulah kemudian dikawal secara teknis pembiayaan pelaksanaan teknisnya oleh Kabiro dan Tendiknya,” pungkasnya.
(det/faz)