Jakarta –
Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono beberkan bila jumlah mahasiswa vokasi di Indonesia hanya 8% dari seluruh total mahasiswa. Baguskah angka ini?
“Kalau kita lihat statistiknya, jumlah mahasiswa vokasi itu hanya 8% dari semua jumlah mahasiswa Indonesia,” ungkapnya dalam acara Vocationomics di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat, Selasa (3/12/2024).
Lebih lanjut Agus menjelaskan di UGM dari seluruh jumlah mahasiswa yakni 70 ribu, mahasiswa vokasi hanya 8 ribu di antaranya. Ia yakin hal ini juga terjadi di perguruan tinggi akademik lain dan politeknik.
“Saya kira di IPB juga demikian. Teman-teman dari politeknik juga tidak bisa mengungguli dari akademik,” tambahnya lagi.
Lebih Rendah dari Negara Lain
Agus menegaskan vokasi sangat bersinggungan dengan program prioritas ataupun asta cita Presiden Prabowo Subianto. Namun dengan jumlah yang sedikit ini, vokasi mungkin sulit untuk ambil peran lebih.
“Berarti kalau kita mau benar-benar berhasil harus kita tingkatkan mahasiswa vokasinya. Bagaimana standarnya harus kita tentukan ada yang bilang 70 (akademik)-30 (vokasi),” ungkap Agus.
Standar besaran mahasiswa vokasi di luar negeri cukup besar. Agus menjelaskan di Jerman mahasiswa vokasi memuat 49,5% dari seluruh mahasiswa, sedangkan China sekitar 50,5% mahasiswa vokasinya.
“Kita harus kesana dari 8 ke 50 itu berat sekali,” imbuhnya.
Cara Meningkatkan Mahasiswa Vokasi di RI
Meskipun berat, Agus menilai tetap ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan mahasiswa vokasi di Indonesia, seperti:
1. Universitas harus didorong untuk memiliki fakultas atau sekolah vokasi
“Tempatnya sudah ada, labnya sudah ada, dosennya ada tapi harus dipilih khusus dosen-dosen yang memiliki passion vokasional. Itu sudah dapat sekitar 10-15% atau bahkan 20%,” tegas Agus.
2. Kabupaten punya lembaga vokasi
Saran kedua yang diberikan Agus adalah setiap kabupaten harus memiliki lembaga vokasi. Hal ini diperlukan untuk menjawab masalah atau tantangan yang ada di kabupaten masing-masing.
“Berarti setiap kabupaten harus muncul politeknik-politeknik,” sambungnya.
Untuk membangun satu politeknik menurut Agus dibutuhkan dana sebesar Rp 1,5 triliun. Dana ini akan menjadi besar jika dilakukan secara serentak.
Dengan demikian, Agus memberikan solusi lain yakni kehadiran sekolah menengah kejuruan (SMK). SMK yang sudah kuat perlu ditingkatkan kualitasnya menjadi politeknik.
“Gurunya diupgrade, alatnya ditambah sedikit, muridnya ditambah lagi sehingga munculah politeknik baru,” ucapnya.
Ia yakin dalam waktu 5 tahun bila Presiden Prabowo Subianto berkomitmen meningkatkan jumlah mahasiswa vokasi, keadaan vokasi RI akan mencapai 30-40%. Mahasiswa vokasi inilah di masa depan yang akan mengawal pekerjaan-pekerjaan langsung di lapangan.
(det/pal)