Jakarta –
Penghapusan jurusan di tingkat sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, mengatur siswa boleh memilih mata pelajaran pilihan sesuai peminatannya. Sementara, terdapat mata pelajaran wajib dan pelajaran pilihan.
Mata pelajaran pilihan tersebut bisa saja tidak hanya condong ke satu peminatan misalnya IPA saja, IPS saja, atau bahasa saja. Siswa di kelas 11 dan 12 bisa memilih 4 hingga 5 mata pelajaran pilihan. Namun, mapel yang dimaksud wajib mendukung pilihan karier selepas SMA.
Skema Penerapan Penghapusan Jurusan
Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Dr Yogi Anggraena, SSi, MSi menjelaskan nantinya seperti apa implementasi penghapusan jurusan di SMA/MA.
“Dari segi satuan pendidikan, kebijakan-kebijakan yang ditawarkan walaupun secara desain kurikulum yang perlu ditawarkan itu harus ada 20, tapi lihat SDM (sumber daya manusia) yang tersedia di satuan pendidikan, mana saja yang ada, itu yang dibuka,” jelas Yogi dalam webinar “Implikasi Penghapusan Jurusan IPA-IPS di SMA terhadap Perkembangan Karier di Perguruan Tinggi” secara daring melalui kanal YouTube Direktorat SMA Kemendikbudristek, pada Kamis (1/8/2024).
“Pertimbangan-pertimbangan penentuan memetakan anak harus berdasarkan anak yang kita jaring, lalu diolah. Nanti ambil titik temu, sehingga antara minat bakat kemampuan itu dipertimbangkan, SDM satuan pendidikan itu pun dipertimbangkan,” lanjutnya.
Yogi menerangkan, pada saat sekolah menawarkan mata pelajaran, tentu dengan mempertimbangkan SDM yang tersedia. Dia menekankan, mata pelajaran yang ditawarkan pertama-tama sesuai dengan guru yang ada dulu.
“Jadi kalau di sana tidak ada guru bahasa Jerman bahasa Jepang, ya jangan ditawarkan,” imbuhnya.
Kemudian yang kedua, katanya, di dalam pembelajaran akan ada antisipasi yang lebih fleksibel. Misal kalau umumnya dalam satu rombongan belajar dihitung harus 36 anak, pada saat mata pelajaran pilihan tersebut minimal 3 anak.
Yogi mencontohkan, apabila ada 3 anak mengambil mata pelajaran fisika, maka dihitung sebagai satu rombongan belajar (rombel). Dia menyebut guru yang mengajar 36 dengan orang mengajar 3 orang, itu sama perhitungannya.
“Dari segi jam pelajaran juga ya, dulu rata- rata 3 jam 4 jam per mata pelajaran, sekarang itu untuk mapel pilihan itu sampai 5 jam. Jadi untuk menutup kekurangan jam mengajar untuk guru itu semestinya sudah terpenuhi,” tutur Yogi.
(nah/faz)