Jakarta –
Satu program yang menjadi sorotan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) adalah pengajaran Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM) sejak usia dini. Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertingkat sesuai jenjang pendidikan siswa.
Di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) atau taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah dasar (SD) awal kelas 1, 2, dan 3, STEM yang diajarkan adalah matematika dasar. Bukan materi sulit, matematika harus bisa diajarkan guru secara mudah dan menggembirakan.
Pembelajaran akan dilakukan sesuai dengan prinsip pedagoginya. Di mana TK akan bermain sambil belajar matematika dan SD awal belajar matematika sekaligus bermain. Sehingga belajar disampaikan dengan cara menggembirakan.
Bukan sekedar isu saja, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti sebelumnya sudah menegaskan pembelajaran matematika dari tingkat PAUD/TK dan SD awal sudah menjadi sebuah keputusan. Tetapi teknis pelaksanaannya belum ada.
Mu’ti membocorkan ada tawaran kerja sama dari berbagai lembaga tertentu luar negeri untuk mendukung program ini. Bahkan ada lembaga yang sudah bertemu langsung dengan Presiden Prabowo Subianto.
Meski begitu, Mu’ti mengaku belum ada keputusan. Pihaknya hingga kini masih mengkaji teknis penerapan agar matematika bisa diajarkan secara mudah dan menggembirakan.
“Sekarang masih dalam proses pengkajian untuk penerapannya,” kata Mu’ti kepada detikEdu di kantornya, Jl Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11/2024) ditulis Kamis (21/11/2024).
Guru Akan Dilatih Kemampuan Pedagogiknya
Meski ada tawaran lembaga luar negeri, Mu’ti meyakini banyak praktek baik di dalam negeri tentang model pembelajaran matematika yang bisa digunakan. Dari berbagai model yang ada, Kemendikdasmen akan mereplikasi dan diperluas melalui pelatihan guru.
Pelatihan ini akan dilakukan untuk semua guru. Baik mereka yang lulus melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG) ataupun guru bidang studi dan guru kelas. Tujuannya agar kemampuan pedagogik guru meningkat.
“Sebenarnya yang paling jelas memang guru-guru kita harus meningkat kemampuan pedagogiknya,” ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Mu’ti tidak meragukan kemampuan akademik yang dimiliki guru-guru Indonesia, terutama mereka yang lulusan D4 atau S1. Tetapi, terkait metode pembelajaran menjadi hal berbeda yang harus ditingkatkan.
Terlebih banyak guru-guru di Indonesia kini bukan lulusan fakultas ilmu pendidikan atau program studi keguruan. Contohnya mereka yang lulus melalui program PPG.
“Sehingga nanti pelatihan-pelatihan guru akan berfokus pada pelatihan metodologi,” tambahnya lagi.
Kemampuan Konseling Juga Akan Dibangun
Pelatihan lain yang akan didapatkan guru selain metode pembelajaran, berkaitan dengan kemampuan bimbingan konseling. Karena Kemendikdasmen yakin di setiap mata pelajaran melekat pendidikan nilai yang juga harus diperhatikan.
“Ini bagian dari memperkuat pendidikan karakter dan juga mengoptimalkan peran guru,” urainya.
Ia berharap guru Indonesia ke depan bukan hanya sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan. Tetapi guru harus mampu menanamkan nilai-nilai dan mendampingi murid supaya bahagia ketika belajar.
“(Sehingga siswa) ada tempat curhat, tempat mengadu, (dan) ada yang memandu mengembangkan potensi mereka,” ujar Sekum PP Muhammadiyah itu.
Kemampuan membimbing akan dihitung menjadi bagian dari kewajiban dan tugas guru. Sehingga tagihan untuk pemenuhan kewajiban mengajar tidak 24 jam, melainkan tergantung mata pelajaran dan jabatannya.
“Nanti tagihan untuk pemenuhan kewajiban mengajar itu tidak hanya 24 jam. Ngajarnya mungkin bisa 16, bisa 14, bervariasi tergantung mata pelajaran dan jabatannya,” jelas Mu’ti.
“Tapi nanti ada tambahan tugas misalnya membimbing, aktif di masyarakat, aktif dalam kegiatan sekolah dan sebagainya. (Hal ini menjadi) bagian dari kewajiban guru, pemenuhan tugas guru,” pungkasnya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengajaran STEM di sekolah akan berlangsung bertingkat. Bila matematika dasar akan dilakukan pada tingkat TK dan SD awal, tingkat selanjutnya akan berbeda.
Diketahui SD akhir kelas 4, 5, dan 6 hingga sekolah menengah pertama (SMP) akan mendapat program penambahan mata pelajaran pilihan coding dan AI (Artificial Intelligence). Tingkat SMA akan dikaitkan dengan pengembangan sekolah unggul dan SMK akan mengalami penguatan pendidikan vokasi serta pelatihan.
(det/nwk)