Jakarta –
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) memaparkan beberapa ‘Pekerjaan Rumah’ yang berusaha ditransformasi dalam periode terbaru ini. Apa saja PR yang dimaksud?
Seperti diketahui, Kemendikbudristek telah dipecah menjadi tiga kementerian. Salah satunya adalah kementerian yang berfokus pada riset serta pendidikan tinggi.
Pada kepemimpinan baru ini, akan ada beberapa transformasi demi mendorong riset di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Plt. Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek, Dr Fauzan Adziman dalam peresmian Science Techno Park UI di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (12/12). Berikut penjelasannya.
‘PR’ Kemendiktisaintek dalam Bidang Riset
1. Pendanaan Riset
Transformasi yang ingin didorong salah satunya adalah bidang pendanaan riset. Faudzan menjelaskan jika selama ini riset didanai berdasarkan fokus dari bidang riset.
“Jadi ini memang tetap akan kita pakai. Tetapi ada sedikit yang berbeda itu, kita tidak mau hanya memotong-motong berdasarkan bidang,” jelas Faudzan.
“Kita akan mulai melihat membangun yang berdasarkan masalah ini. Kenapa? Karena kadang-kadang untuk menyelesaikan suatu masalah kita memerlukan banyak bidang,” imbuhnya.
Faudzan mencontohkan riset untuk menaikkan produksi bawang putih nasional. Jika ingin membuat riset tersebut, biasanya bidang riset akan jatuh pada bidang pangan.
“Padahal untuk bawang putih ini, supaya dari 5 persen naik, kurang untuk impornya, itu tidak hanya riset di bidang tanah-tanah mungkin juga distribusi transportasi. Mungkin juga lebih ke arah tanah. Atau mungkin juga kehutanan. Karena banyak sekali kontribusi-kontribusi dari berbagai bidang yang biasanya menjadi parsial,” ujarnya.
Ia menjelaskan jika kemampuan untuk pendanaan riset masih terbatas. Oleh karena itu, pihaknya ingin mendorong universitas sebagai pemikir dan masalah-masalah apa saja yang ingin dipecahkan.
2. Publikasi
Selanjutnya, Faudzan menjelaskan jika Kemenristekdikti akan menyoroti publikasi di Indonesia.
“Selama ini kita fokus di jumlah. Tetapi sekarang kita akan jumlah tetap penting tetapi kualitas tetap menaikkan,” ucapnya.
3. Wadah Kolaborasi
Terakhir adalah ekosistem untuk menggabungkan para individu riset. Menurutnya, di sinilah Science Techno Park (STP) hadir.
“Jadi STP menurut saya itu merupakan satu bridging agar kita bisa membangun link publikasi dan produk di satu rumah,” tuturnya.
Ia berharap STP dapat dibangun di universitas dan daerah-daerah lain. Selain itu, pihaknya menargetkan akan membuat program seperti sister STP.
“Jadi misalkan STP di UI misalkan di publikasi di UI mungkin dengan di kampung. Jadi kita coba kembangkan mudah-mudahan bisa,” pungkasnya.
(nir/faz)