Jakarta –
Untuk meraih jabatan Guru Besar atau Profesor tidaklah mudah. Seseorang harus menempuh pendidikan hingga S3 dan mengabdi sebagai pengajar di sebuah perguruan tinggi.
Sehingga, biasanya gelar tersebut jarang diraih di usia muda. Namun, beberapa alumni penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini berhasil membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil jika ingin menjadi guru besar dalam usia muda.
Selain itu, mereka juga berhasil mempublikasikan banyak artikel jurnal internasional dan telah ramai disitasi oleh peneliti lainnya dengan skor h-index Scopus. Siapa saja mereka? Mengutip unggahan Instagram @lpdp_ri, ini dia di antaranya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daftar Alumni LPDP yang Jadi Guru Besar Termuda
1. Prof Andi Dian Permana M Si, Ph D, Apt
Prof Andi adalah dosen di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Ia baru saja dilantik sebagai guru besar di kampus tersebut tahun ini dalam usia yang masih 34 tahun.
Bahkan, Prof Andi dinobatkan sebagai guru besar termuda se-Indonesia di bidang farmasi. Hingga kini, ia sudah menerbitkan 117 artikel ilmiah yang terindeks Scopus dengan skor H-index 26.
Sebelum menjadi dosen, Prof Andi menempuh pendidikan S1 Farmasi Unhas dan S2 Farmasi Unhas. Kemudian, ia melanjutkan studi S3 Pharmacy di Queen’s University Belfast Inggris lewat beasiswa LPDP.
2. Prof Pramaditya Wicaksono, S Si, M Sc, Ph D
Tak jauh berbeda dengan Prof Andi, guru besar satu ini dilantik pada usia 35 tahun. Prof Pramaditya adalah guru besar dan dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia dinobatkan sebagai guru besar termuda di UGM. Bidang yang ia geluti adalah ilmu penginderaan jauh biodiversitas pesisir.
Hal yang menarik dari Prof Pramaditya ini, ia diangkat sebagai guru besar tanpa menjadi Lektor Kepala terlebih dahulu. Sekarang, ia sudah menerbitkan 88 artikel ilmiah terindeks Scopus dengan skor H-index 18.
Riwayat pendidikan Prof Pramaditya antara lain S1 Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM, S3 Geografi UGM, dan S3 Remote Sensing, Joint Degree UGM & TH Koln Jerman.
3. Prof Husnul Kausarian, M Sc, Ph D
Prof Husnul merupakan dosen asal kampus di Pekanbaru yakni Universitas Islam Riau. Ia diangkat menjadi guru besar pada usianya yang saat itu masih 37 tahun.
Prof Husnul juga dinobatkan sebagai guru termuda se-Indonesia dalam bidang geologi. 32 Artikel ilmiah terindeks Scopus telah diterbitkan olehnya.
Profesor satu ini ternyata telah banyak menghabiskan masa pendidikannya di luar negeri. Ia mengambil S1 Geologi Perminyakan Universiti Kebangsaan Malaysia, S2 Geologi Perminyakan Universiti Kebangsaan Malaysia, dan S3 Geosciences, Chiba University Jepang dengan beasiswa.
4. Prof Dr Ferian Anggara ST, M Eng, IPM
Guru besar di bidang ilmu geologi batu bara ini meraih profesor dalam usia 40 tahun. Saat ini, ia adalah dosen di UGM Yogyakarta.
Sudah 58 artikel ilmiah terindeks Scopus dengan skor H-index 10. Ia adalah peraih beasiswa LPDP S3 di Earth Resources Engineering, Kyushu University, Jepang.
Sebelumnya, ia mengambil S2 Teknik Geologi UGM dan S1 Teknik Geologi UGM juga.
LPDP.
5. Prof Adi Purwandana M Si, Ph D
Meskipun bukan pengajar di universitas, Prof Adi adalah peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia dilantik sebagai profesor dalam usia 42 tahun.
Setidaknya, ia kini sudah menerbitkan 1 artikel ilmiah terindeks Scopus dengan skor H-index 6. Prof Adi adalah alumni beasiswa LPDP yang menerima bantuan S3 di Physical Oceanography, Sorbonne Universite, Prancis.
Sementara pendidikan sarjana dan magisternya ia tempuh di S1 Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan S2 Ilmu Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Hebat-hebat bukan? Semoga pengalaman dan pengabdian mereka bisa menjadi inspirasi bagi detikers ya.
(cyu/nwy)