Jakarta –
Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil membanggakan tanah air atas karyanya berupa rompi pendingin. Inovasi ini meraih medali perak dalam ajang Second International Youth Summit di Kuala Lumpur di Malaysia.
Rompi pendingin diberi nama Ocean Pulse Smart Vest. Pengagasnya adalah tim mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Unair yakni Ririn Dwi Antari, Istighfar Rohmah, Fidella Rachmadiana Azra, Daniswara Zahra Anindita.
Mereka juga berkolaborasi dengan tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Fungsi dari rompi ini sendiri adalah untuk memberikan sensasi dingin saat dipakai.
Rompi Bisa Menyesuaikan Suhu Sekitar
Salah satu penggagasnya yakni Istighfar mengatakan rompi ini dibuat karena banyak kasus heat stroke pada nelayan tradisional. Mereka kerap merasakan kondisi tersebut pada siang hari.
Rompi buatannya ini juga bisa menyesuaikan dengan suhu lingkungan sekitar. Cara kerjanya pun otomatis karena menggunakan sensor pendingin.
“Ide ini muncul dari banyaknya kasus heat stroke pada nelayan tradisional yang melaut di siang hari. Panasnya suhu di laut, dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh secara drastis. Hal ini dapat berbahaya bagi nelayan karena dapat menyebabkan heat stroke yang membuat nelayan pingsan, kejang sampai adanya pendarahan,” ungkapnya dikutip dari laman Unair, Kamis (21/11/2024).
Cara Kerja Rompi Pendingin
Adapun cara kerja rompi pendingin ini menggunakan sensor pendingin termoelektrik yakni peltier. Sensor tersebut tertanam dalam rompi kemudian akan mendeteksi kenaikan suhu sekitar.
Jikalau suhu di sekitar mencapai 38 derajat, maka rompi akan otomatis mengaktifkan peltier. Kemudian peltier melepaskan sensasi dingin pada rompi.
“Dalam penggunaannya sendiri, peltier pada rompi kami menggunakan energi matahari melalui panel surya untuk selanjutnya berubah menjadi sensasi dingin melalui reaksi termoelektrik. Sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa perlu mengganti peltier secara berkala,” ujar mahasiswa lainnya, Fafa.
Fafa mengatakan hingga saat ini ia dan tim tengah mengurangi efek kejut listrik pada rompi. Efek tersebut bisa sebentar dirasakan pada saat mengeluarkan sensasi dingin.
Fafa dan tim berharap inovasi ini bisa segera disempurnakan agar bisa dipasarkan. Target pasar dari penjualan rompi ini adalah para nelayan tradisional.
“Meskipun memang sasarannya nelayan, kami masih belum bisa menjual pada nelayan karena biaya pembuatannya yang cukup besar. Untuk dapat menekan harga, kami masih mencari sponsor dan stakeholder untuk dapat bekerja sama. Sehingga dapat menurunkan harga jual dan dapat dibeli oleh nelayan tradisional,” tutupnya.
(cyu/pal)