Jakarta –
Masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) bukanlah hal yang mudah karena termasuk perguruan tinggi negeri favorit. Namun, mahasiswa asal daerah terluar Mamuju, Sulawesi Selatan, ada yang berhasil masuk UGM.
Made Emilia Cahyati, namanya. Ia adalah putri dari seorang petani sawit dan buruh harian lepas asal daerah tersebut.
Emil sudah membuktikan bahwa keterbatasannya tak mengurungkan impiannya masuk UGM. Di tahun ini, Emil diterima sebagai mahasiswa jurusan Industri Peternakan UGM.
“Dari awal memang saya sudah niat mau masuk UGM karena Yogyakarta terkenal dengan pendidikannya,” kata Emil, sebagaimana dilansir dari laman UGM, Senin (22/7/2024).
Lolos UGM Lewat SNBP 2024
Saat masih sekolah, Emil selalu juara kelas atau masuk tiga besar. Ia juga tekun mengikuti perlombaan untuk menguji kemampuannya.
Emil pernah juara 1 lomba Olimpiade Sains Nasional Tingkat Provinsi Sulawesi Barat pada April 2023. Selain itu, dirinya juga pernah juara 1 lomba menulis cerpen pada Festival Lomba Siswa Nasional (FLS2N) SMA tingkat Kabupaten Mamuju Tengah.
Di luar akademis, Emil dikenal taat pada agamanya. Ia pernah lolos lomba Utsawa Dharmagita Agama Hindu tahun 2021 yang diselenggarakan Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu Kemenag RI.
Di tahun ini, ia kembali lolos di lomba tersebut yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah. Atas prestasi-prestasinya tersebut, Emil berhasil lolos di UGM lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Dulu saja sekolah SMP saya termasuk daerah 3T. Lalu SMA saya tidak masuk daftar ranking 1000 SMA terbaik di Indonesia, paling tidak saya bisa masuk ke kampus favorit,” katanya.
Emil mengatakan dirinya adalah alumni pertama SMA 1 Pangale, Mamuju Tengah yang berhasil tembus UGM. Bahkan, sebelumnya para guru meyakinkan Emil apakah keputusannya memilih UGM sudah tepat.
Namun, Emil selalu menyakinkan dirinya pasti bisa diterima. Ia tak mau menyia-nyiakan perjuangannya menempuh sekolah yang tak mudah.
“Saya bergantian dengan teman setiap tiga hari sekali gantian bawa motor, patungan bensin,” tambahnya.
Dapat Beasiswa dan Tak Perlu Bayar Biaya Pendidikan
Tak cuma lolos tanpa tes, Emil juga berhasil mendapatkan beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi sebesar 100 persen. Artinya, Emil tak perlu membayar biaya pendidikan.
Emil amat bersyukur setelah diberikan beasiswa tersebut. Ia mengakui bahwa penghasilan orang tuanya belum cukup untuk membayar UKT.
“Rata-rata setiap bulan dapat sekitar 2 juta,” tutur Kadek, ayah dari Emil.
Kadek dan istri, Ni Luh Ernawati sesekali membereskan pelepah yang jatuh dari lahan sawit. Kemudian mereka mengolahnya menjadi pupuk kompos.
Selama 15 tahun ini, Kadek menggantungkan penghasilan pada lahan seluas 50 meter milik ayahnya yang ditanami sawit. Ia baru bisa mendapatkan pemasukan setiap dua minggu sekali, karena mengikuti masa panen.
Tak cukup untuk kebutuhan istri dan tiga anaknya, Kadek pun harus bekerja menjadi buruh serabutan. Terkadang, ia diajak oleh tetangga sebagai buruh harian lepas untuk mengangkut hasil panen.
Kadek bercerita, selama kecil ia besar di wilayah transmigran. Dulu, ia hanya tinggal di rumah papan 5 x 7 meter yang dikelilingi hutan dan rawa.
Kehidupan mudanya yang sulit menjadikan Kadek tak mau melihat Emil merasakan hal serupa. Itulah alasan ia selalu mendorong Emil untuk serius dalam belajar.
(cyu/faz)