Jakarta –
Gigih Indah Sukma Halwai dinyatakan diterima di Program Studi S1 Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2024.
Ia tercatat sebagai satu-satunya murid MAN 1 Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diterima di UGM melalui jalur tersebut tahun ini.
“Deg-degan, nangis, bahagia, semuanya campur. Saya masih tidak percaya bisa diterima di UGM lewat SNBP. Di sekolah saya, jarang ada yang lulus SNBP,” tuturnya, dikutip dari laman UGM, Rabu (17/7/2024).
Belajar Fisika & Ikut Kompetisi
Gigih semasa sekolah senang belajar fisika. Ia sampai aktif mengikuti klub belajar fisika di sekolah.
Di klub ini, ia menjadi terbiasa membahas soal-soal olimpiade maupun membuat kreasi alat inovasi. Soal-soal fisika yang dikenal sulit baginya menyenangkan dan menantang.
Untuk dapat diterima di UGM, Gigih juga aktif mengikuti berbagai kompetisi. Medali perak dan perunggu di olimpiade fisika dan juara 1 di kompetisi inovasi sains tingkat provinsi merupakan beberapa yang berhasil ia capai.
Subsidi UKT 100 Persen
Gigih dinyatakan lolos UGM dengan mendapat subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100% dari kampus. Ketetapan UKT ini membuatnya dapat kuliah gratis sampai lulus.
Anak ketiga dari empat bersaudara ini kini tengah menunggu pengumuman Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Diketahui, bantuan pendidikan ini juga meliputi biaya hidup selama kuliah.
Ayah Gigih, Muhidin, merupakan seorang guru honorer di MAS NW Korleko, Lombok Timur. Ia berharap subsidi ini dapat dimanfaatkan sang anak dengan baik.
“Saya sangat merasa terbantu dengan adanya subsidi UKT, khususnya dalam keadaan ekonomi yang sulit seperti ini,” ucap Muhidin.
Ia menuturkan, sang istri, Purnawati, semula aktif berdagang alat rumah tangga di toko depan rumah. Kemahirannya berdagang membuat ibu Gigih ini dapat bantu mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, toko ini tidak lagi terurus usai Purnawati meninggal dunia pada 2019 lalu.
Dengan penghasilan sebesar Rp 2 juta per bulan sebagai guru honorer bersertifikasi, Muhidin yang kemudian menjadi orang tua tunggal harus berpandai-pandai untuk mencukupi kebutuhannya dan keempat anak.
Pria 59 tahun ini juga akan berhenti mendapat tunjangan sertifikasi per Desember 2024 mendatang karena memasuki usia pensiun. Muhidin menuturkan, ia masih diperkenankan mengajar, tetapi penghasilan yang akan diterima hanya gaji pokok sebesar Rp 500 ribu per bulan.
“Untuk tambah-tambah, setelah mengajar, saya juga ngarit rumput untuk pakan sapi,” tutur Muhidin.
Membesarkan Gigih
Sebagai orang tua tunggal, Muhidin menuturkan semula berat menjalani peran sebagai ayah sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Peristiwa kepulangan Purnawati menjadi ujian berat bagi keluarganya, terutama untuk mendukung perkembangan si bungsu yang agak terhambat.
Memasuki masa pendidikan tinggi untuk Gigih, Muhidin juga mengaku semula berat untuk melepas sang anak merantau dan kuliah di Pulau Jawa. Biaya pun jadi penghalang. Namun, ia ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan Gigih untuk kuliah di UGM.
Gigih menuturkan rasa syukurnya akan dukungan sang ayah yang tidak putus untuknya meraih cita-cita. Ia bercerita, sang ayah juga Muhidin memantik semangatnya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Muhidin sendiri tercatat sebagai lulusan Pertanian Universitas Mataram tahun 1990. Selang dua tahun usai wisuda, ia pun ditawari mengajar sebagai guru matematika di MAS NW Korleko.
“Pernah juga saya ikut teman jadi TKI di Malaysia, tetapi hanya setahun. Selepas itu, saya kembali lagi jadi guru,” tuturnya.
Pengalaman mengajar lebih dari 30 tahun mengajar mempertemukan Muhidin dengan berbagai karakter anak. Ada kalanya, ia dan beberapa rekan guru menangisi anak-anak yang terlampau nakal. Kendati demikian, ia berharap ilmu yang ia berikan bisa bermanfaat buat mereka.
Muhidin menilai, yang terpenting adalah seorang anak dapat rajin belajar dan tumbuh sebagai manusia yang berkarakter baik. Soal menjadi juara kelas bukan fokus utamanya. Inilah yang pegang dalam membesarkan Gigih.
“Saya sebagai orang tua selalu memberikan motivasi, apa pun pandangan atau pendapatnya tidak pernah saya bantah. Kalau cita-cita Gigih baik bagi hidupnya di dunia dan akhirat, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan. Kalau kuliah di UGM baik untuk hidup Gigih ke depan, keluarga tentu mendukung,” ucapnya.
Menjelang keberangkatan Gigih ke Yogyakarta, Muhidin mengingatkan sang anak untuk menjaga tutur kata dan perilaku, dan disiplin menunaikan salat lima waktu.
“Nanti, setelah di Yogyakarta, jaga diri baik-baik. Jaga baik-baik apa yang keluar dari mulut, sebab bila salah, itu bisa membahayakan. Bertutur kata yang lemah lembut, sabar, dan jangan lupa sholat,” ucapnya.
(twu/nwk)