Jakarta –
Roda akan selalu berputar menjadi pepatah yang bisa menggambarkan kisah hidup Maulana Haqiqi. Siapa sangka, ia yang dulunya penerima beasiswa Bidikmisi (sekarang KIP Kuliah) semasa kuliah, kini sukses menjadi juragan tambang.
Haqiqi, sapaannya, merupakan penerima Bidikmisi angkatan tahun 2013. Ia mengenyam pendidikan di Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Melalui jalur studi, lelaki asal Lumajang, Jawa Timur ini telah membuktikan bahwa kondisi perekonomian bisa saja berubah. Di usianya yang kini masih 29 tahun ia sudah menjadi pengusaha tambang galian pasir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana bisa Haqiqi bisa sukses seperti saat ini? Simak kisah perjuangannya!
Langganan Ranking 1 dari SD hingga SMA
Semasa kuliah, Haqiqi mendapatkan beasiswa Bidikmisi lantaran kondisi latar belakang ekonominya kurang. Sang ayah bekerja sebagai guru ngaji di sebuah madrasah dengan gaji Rp500 ribu per bulan.
“Dicari yang benar-benar dari keluarga sederhana, tapi kemampuannya ada untuk dapat Bidikmisi, dan karena ayah saya memang dapat dari madrasah itu Rp500.000, dan hanya dari sawah, Alhamdulillah masuk kriteria untuk Bidikmisi,” tuturnya, dikutip dari laman Puslapdik Kemendikbud, Selasa (14/1/2025).
Sementara ibunya menggarap tani di lahan kecil. Meski lahir dari keluarga kurang mampu, Haqiqi mempunyai otak yang cemerlang.
Sejak SD hingga SMA, Haqiqi langganan ranking 1 di kelasnya. Berkat kepintarannya, Haqiqi selalu digratiskan biaya sekolah karena dibantu oleh gurunya.
Masuk ITB dan Dapat Beasiswa Bidikmisi
Saat ditanya alasan memilih ITB, Haqiqi kemudian bercerita soal potensi tambang pasir di Lumajang. Sejak sekolah ia sudah menyadari hal itu dan kebetulan disarankan guru BK untuk mendaftar FTTM ITB.
“Alhamdulillah keterima dan di tahun ke-2, saya memantapkan untuk milih jurusan pertambangan,” tuturnya.
Meski sudah mendapatkan beasiswa Bidikmisi, Haqiqi masih harus menghemat untuk biaya hidup selama kuliah. Bahkan, Haqiqi selalu membawa stok ikan asin dari kampung untuk menghemat biaya makan berbulan-bulan.
Saat kuliah, Haqiqi pun mencari tambahan uang dengan mengajar les pivat di Masjid Salman ITB. Dari sana ia mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp600 ribu.
Tak hanya sibuk dalam hal akademis dan bekerja sampingan, ternyata Haqiqi aktif sebagai Ketua Angkatan Mahasiswa FTTM 2013. Ia juga selama dua periode menjadi Ketua Asrama Sangkuriang.
Awal Mulai Berkarier sebagai Pengusaha Tambang Pasir
Setelah lulus dari ITB pada 2017, Haqiqi disarankan para senior untuk membantu para pengusaha tambang di Kabupaten Lumajang. Akhirnya Haqiqi mencoba dengan membantu mereka mengurus perizinan, pembebasan lahan dan lainnya.
Dari sana, Haqiqi perlahan mendapatkan koneksi hingga pengetahuan dalam bidang pertambangan khususnya pasir. Ia kemudian mencoba peruntungan bisnis di bidang ini sebagai mitra.
“Dari situ saya memperoleh link, wawasan dan ilmu tentang pembebasan lahan, pengondisian masyarakat sampai operasi dan produksi,” katanya.
Gayung bersambut, usaha Haqiqi selama bertahun-tahun di bidang tambang pasir pun meroket. Sampai saat ini, ia sudah mempunyai beberapa cabang perusahaan yang diberi nama anaknya yakni Damir.
“Anak saya satu, namanya Damir, dan nama anak saya itu jadi awal nama-nama perusahaan tambang yang saya dirikan, ada Damir Tambang Perkasa, Damir Putra Perkasa, Damir Mineral Perkasa, dan beberapa lainnya,” kata Haqiqi.
(cyu/faz)