Jakarta –
Upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) menjadi momen yang paling ditunggu masyarakat setiap tahunnya. Pada kesempatan ini, seluruh masyarakat Indonesia bak mengulang detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945 di waktu yang berbeda.
Salah satu hal yang menarik perhatian penonton adalah khusyuknya prosesi pengibaran dan penurunan Bendera Pusaka. Prosesi ini dilakukan oleh 76 putra-putri terpilih nan berbakat Indonesia yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tingkat Pusat.
Kepiawaian Paskibraka ikut menghipnotis Keynina Evelyn Chandra dan memunculkan impian ingin berada di tempat yang sama. Impian itu benar-benar terwujud, Keynina panggilan akrabnya kini merupakan anggota calon Paskibraka Tingkat Pusat 2024.
Bersama rekannya Zulkifri Khoirurijal, Keynina mewakili Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dengan semangat menyukseskan pengibaran bendera Merah Putih di Nusantara atau Ibu Kota Nusantara (IKN).
Karena berbeda dengan peringatan tahun-tahun sebelumnya, HUT ke-79 RI akan dilakukan di IKN. Dengan demikian, Paskibraka Tingkat Pusat 2024 akan menorehkan sejarah baru yang akan terkenang.
Keberhasilan ini tentu tak akan tercapai tanpa perjuangan yang dilakukan siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta ini. Diceritakan Keynina, ia mengenal dunia Paskibraka sejak tahun 2021.
“Saya mulai tertarik dengan Paskibraka itu mulai dari tahun 2021. Pada saat itu Covid-19 kan ya jadi kaya kita melihat upacara itu dari TV,” tuturnya kepada detikEdu, di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Depok, Sabtu (27/7/2024).
Membanggakan Nama SMAN 8 Yogyakarta
Meskipun sudah mengenal Paskibraka sejak tahun 2021, Keynina baru menekuni bidang tersebut di jenjang SMA. Terlebih sekolahnya terkenal langganan mengirimkan perwakilan Paskibraka ke tingkat nasional. Sehingga timbulah motivasi dalam dirinya.
“Jadi kebetulan SMA 8 ini 2 tahun sebelum saya (juga) mengirim Paskibraka ke tingkat nasional yakni tahun 2022 dan 2023. Kemudian saya jadi termotivasi tentunya seperti berharap semoga 3 tahun berturut-turut SMA Negeri 8 Yogyakarta ini bisa masuk nasional,” tambah Keynina.
Harapan itu nyatanya terwujud dengan terpilihnya Keynina. Dia pun berhasil membanggakan nama sekolah yakni SMAN 8 Yogyakarta. Namun pencapaiannya tidak dilalui dengan mudah. Keynina harus melalui beberapa tahapan.
Seperti yang diketahui, seleksi Paskibraka Tingkat Pusat dilakukan secara berjenjang. Baik dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, hingga verifikasi nasional. Branding sekolah yang kerap mengirimkan perwakilan Paskibraka ke tingkat pusat juga berpengaruh. Selain itu, Keynina juga kerap berlatih dengan ketat.
“Di tingkat sekolah ini kita sudah dibentuk 12 orang untuk diajukan ke tingkat kabupaten. Sebanyak 12 orang di tingkat sekolah sudah dibina terkait materi wawasan dan fisiknya,” ujarnya.
Pada tingkat kabupaten jenis seleksi juga tidak kalah menantang. Dari tes wawasan kebangsaan, intelegensi umum, tes fisik, hingga wawancara minat bakat.
“Kemudian Alhamdulillah dari tes kabupaten saya dinyatakan lolos untuk tes di provinsi,” ceritanya dengan penuh syukur.
Meski lolos di tingkat kabupaten, perjuangan Keynina belum berakhir. Di tingkat provinsi tes dilakukan semakin ketat, salah satu jenis tes yang diingatnya adalah pertanyaan tentang motivasi diri.
“Ditanya lebih detail lagi kenapa kita ingin ikut Paskibraka ini dan motivasi apa yang kita pegang untuk mengikuti Paskibraka. Lalu berlanjut ke tahap verifikasi tingkat nasional dan kita diseleksi lagi hingga akhirnya lolos ke tingkat pusat,” jelasnya.
Terkendala Bahasa-Rindu Masakan Rumah
Pengalaman mengikuti Paskibraka di tingkat nasional memberikan kesan yang sangat berharga bagi Keynina. Di sini melalui Desa Bahagia ia bisa bertemu dan berinteraksi dengan seluruh peserta terbaik dari 38 provinsi di Indonesia.
Keynina sempat mengalami sedikit kendala dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa daerah. Namun setelah lebih dari dua minggu bersama, akhirnya bisa beradaptasi dengan baik.
“Sempat culture shock (geger budaya) saya lebih ke bahasa. Karena kita berasal dari berbagai provinsi sehingga bahasanya sesuai dengan daerah masing-masing. Sempat terkendala tetapi seiring berjalannya waktu kita harus beradaptasi,” katanya
“Tentunya kita juga memiliki bahasa Indonesia yang di mana menjadi bahasa kesatuan kita semua,” tambah dara berusia 16 tahun ini.
Selama masa pembinaan, Capaskibraka tinggal di sebuah desa bernama Desa Bahagia. Meski jauh dari keluarga, menurutnya Desa Bahagia memberikan suatu keluarga baru dari semua unsurnya.
“Pamong (pengasuh) di sini sudah saya anggap sendiri seperti orang tua kedua saya. Karena kita bisa bercerita dan curhat bila ada kesulitan dengan mereka,” ucapya.
Tak kalah penting yang membuatnya semakin semangat adalah bertemu dengan teman-teman dari 38 provinsi. Meski baru berkenalan dalam waktu singkat, persahabatan yang terjalin sudah begitu kuatnya dan saling membantu satu sama lain.
Satu hal yang menjadi catatannya adalah perihal makanan. Lantaran sudah dianggap sebagai rumah kedua, menurutnya makanan di Desa Bahagia sangat lezat meskipun akhirnya terkadang membuatnya rindu dengan rumah.
“Di sini benar-benar ngerasa nyaman banget seperti rumah. Mulai dari kegiatannya dan makanannya makanan rumah, enak banget. Kadang-kadang tuh makanan di sini membuat saya kangen dengan rumah. Karena memang begitu kangennya,” kata Keynina.
Bercita-cita Jadi Dokter Polisi
Kini Keynina masih berjuang dalam memantapkan diri dan terus berlatih sebagai Paskibraka 2024. Mengingat HUT ke-79 RI kurang dari satu bulan lamanya.
Meski rindu dengan orang tua lantaran tidak berkomunikasi lama, ia yakin orang tuanya sangat bangga kepada dirinya. Tentu keduanya tetap akan mendampingi melalui doa yang selalu terucap.
“Orang tua saya sangat mendukung saya seperti ‘kamu pasti bisa’, ‘kamu pasti bisa mandiri di sana’. Karena orang tua saya tahu bisa sampai di titik ini juga penuh perjuangan,” jelasnya.
Pengalaman Paskibraka ini akan menjadi pintu pertama bagi Keynina untuk mewujudkan mimpi-mimpi selanjutnya. Terlebih ia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter polisi (dokpol).
Dokpol adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta ilmu-ilmu pendukung untuk kepentingan tugas kepolisian. Ia yakin jalan yang ditempuhnya sudah benar disertai juga doa orang tua yang tiada putus.
“Bismillah, (melalui paskibraka) bisa mendukung cita-cita menjadi seorang dokpol,” ungkap Keynina.
Dengan waktu yang semakin dekat, Keynina berharap agar bisa menjalankan tugas sebagai Paskibraka dengan baik entah di posisi mana ia ditugaskan. Ia akan dengan senang hati melaksanakan posisi apapun yang ditanggung jawabkan padanya.
“Di manapun posisi saya besok, mau di pasukan 17 atau 8 saya tentunya dengan senang hati melaksanakan tugas ini. Karena memang semua posisi memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengibarkan Sang Merah Putih di Nusantara,” tutupnya.
(det/nwy)