Jakarta –
Lulus tanpa skripsi mungkin impian semua mahasiswa. Hal inilah yang diraih Rayyan Nur Fauzan, penyandang gelar wisudawan terbaik di Wisuda ke-111 Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Selasa, 20 Agustus 2024 lalu.
Rayyan merupakan mahasiswa program studi (prodi) S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik Unesa. Ia tidak memerlukan skripsi sebagai syarat kelulusannya karena memiliki skema tugas akhir dalam bentuk lain.
Inovasi dan prestasi Rayyan rupanya dapat dikonversi menjadi nilai tugas akhir. Ya, wisudawan terbaik dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,98 ini merupakan mahasiswa berprestasi yang mengharumkan nama Unesa di kejuaraan nasional.
Ia dan rekan-rekan membuat sebuah inovasi prototipe kapal cepat autonomous berbasis sensor GPS. Inovasi ini akhirnya membawa tim Unesa menjari kompetisi robot tingkat nasional, yakni Kompetisi Robot Indonesia (KRI).
“Tahun 2021 saya dan tim membuat inovasi kapal cepat yang menggunakan GPS sebagai pengendalinya, dan kami lombakan pada Kontes Robot Indonesia (KRI), kami mendapat juara di tingkat wilayah,” katanya dikutip dari rilis di laman resmi Unesa, Kamis (22/8/2024).
Tidak hanya sekali, di tahun 2023, inovasinya kembali menyabet gelar juara 3 nasional dalam kompetisi Autonomous Tourism Surface Vessel (ATSV). Karena itu, ia dapat lulus tanpa skripsi, menjadi wisudawan terbaik Unesa dengan IPK 3,89, dan mendapatkan apresiasi berupa tabungan pendidikan.
Tips Berprestasi Ala Rayyan
Pasca lulus program sarjana, Rayyan berencana melanjutkan studi ke jenjang S2. Ia ingin menekuni perkuliahan pada program studi yang sejalur dengan gelarnya sambil membuat inovasi lain.
“Insya Allah jika diberikan kesempatan, akan lanjut ke pendidikan yang lebih tinggi dan terus membuat inovasi-inovasi yang lainnya,” harapnya.
Ketika ditanya tips tentang keberhasilannya, Rayyan menyebutkan tiga hal penting. Pertama adalah fokus memanfaatkan waktu dengan belajar.
Kedua, tetap aktif berkegiatan di kampus untuk memperbanyak pengalaman dan meningkatkan keterampilan. Sebab, baginya tidak bisa dipungkiri bahwa inovasi bisa timbul dari kegelisahan, keingintahuan, dan proses diskusi dengan teman-teman dan dosen tentang berbagai persoalan yang ada.
“Aktif kegiatan kampus itu tidak ada ruginya, selama itu kegiatannya positif. Kalau saya sama teman-teman kerjaannya cari ide dan diskusi buat inovasi apa untuk dilombakan di tingkat wilayah maupun nasional. Kegiatan membuat saya bisa terus tertantang dan tumbuh,” tuturnya.
Terakhir adalah tidak boleh berhenti dan berpuas diri. Menurutnya, manusia harus terus berkembang agar bisa bersaing di berbagai aspek termasuk dalam menciptakan sebuah inovasi.
“Tidak boleh berhenti dan cepat berpuas diri, tetapi harus terus dikembangkan sehingga dapat bersaing dengan berbagai inovasi kampus lain,” tutupnya.
(det/twu)