Jakarta –
Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ledia Hanifah menanggapi perihal rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk memberlakukan kembali penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Menurutnya, penjurusan tersebut merupakan hal yang wajar.
“Jadi sebetulnya kalau kita bicara SMA akan ada penjurusan, penjurusannya apa masih dalam penggodokan di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, tetapi sesuatu yang wajar kalau kemudian ada penjurusannya,” ujar Ledia dalam keterangan resminya, Senin (14/4/2025).
Ledia menegaskan setuju dengan rencana tersebut. Namun, ia menggarisbawahi layanan konseling siswa yang juga harus disediakan sejak dini di jenjang SD untuk mendorong keputusan yang matang saat siswa memilih jurusan di SMA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sejak dini kepada anak-anak kita sejak sekolah dasar, dibimbing sampai SMA sehingga waktu SMA memilih jurusan bukan sekedar gengsi. Saya mau masuk IPA karena IPA kayaknya lebih keren. Bukan, tapi karena dia tahu apa yang mau dia ambil, dia tahu ke depan dia ingin memiliki profesi apa,” ucapnya.
Penjurusan Perlu, Melihat Minat Siswa terhadap Sains Turun
Ledia melihat minat siswa terhadap bidang sains di Indonesia menurun. Hal ini selaras dengan yang disampaikan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) bahwa minat siswa terhadap MIPA menurun, terutama fisika.
“Sains dan teknologi di kita makin lama makin turun. Jadi ini jadi bagian yang juga harus kita cermati bagaimana agar anak-anak ini memiliki pemikiran, kemampuan, kemauan untuk belajar katakan seperti mekanik, teknik, sains,” kata Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PKS tersebut.
Padahal menurut Ledia, Indonesia berencana untuk mencapai ketahanan pangan seperti yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto. Dengan begitu, maka Indonesia memerlukan para teknisi dan insinyur yang ahli.
“Pak Presiden Prabowo menginginkan kita mandiri kedaulatan pangan. Maka tentu harus ada engineer-engineer yang menguasai teknologi pertanian termasuk juga di dalamnya adalah bagaimana pengembangan produksi pangan, teknologi hasil pangan, teknologi pertaniannya secara khusus, itu jadi bagian yang harusnya disiapkan oleh keseluruhannya,” ungkap Ledia.
Guru BK Perlu Dihadirkan Sejak SD
Kemudian Ledia menyebut bahwa pendampingan guru bimbingan konseling (BK) perlu ada sejak masa SD. Upaya ini penting dalam membantu membangun kepercayaan diri siswa.
“Karenanya kita sejak awal sudah mengingatkan harusnya sejak sekolah dasar sudah ada guru bimbingan konseling. Untuk apa? Untuk membantu bagaimana membangun kepercayaan diri, kemampuan belajar, dasar-dasar kemampuan belajar siswa, kemudian juga mulai memikirkan bagaimana kariernya ke depan,” tutur Ledia.
Ledia berpendapat jika siswa sudah diberikan informasi mengenai rujukan karier dan minatnya, maka siswa akan memiliki kemauan belajar yang tinggi. Selain itu, siswa dapat mempersiapkan diri sejak dini.
“Ketika mereka sudah mulai masuk SMA, karena sudah dibimbing sejak SD dan SMP, maka dia jadi tahu sebenarnya dia mau kemana. Bukan sekadar yang penting kuliah, jurusan apa saja,” tambahnya.
Oleh karena itu, Ledia mengatakan perlu adanya guru-guru yang berdedikasi untuk memberikan pendampingan sejak awal. Jika bimbingan guru sedari dini sudah tepat, maka siswa dapat memilih jurusan saat SMA dengan tepat juga.
“Mereka sudah memikirkan profesi apa yang akan mereka lakukan. Jadi penjurusan di SMA itu adalah sesuatu yang logis,” tuturnya.
(cyu/twu)