Jakarta –
Pelajar dan mahasiswa Amerika Serikat (AS) ke Indonesia periode 2023/2024 naik 320 persen. Mayoritas mahasiswa AS itu belajar soal kopi-kopi Indonesia dalam pertukaran pelajar singkat.
Data Open Doors tentang Pertukaran Pendidikan Internasional di bawah Biro Urusan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri AS dan the Institute of International Education (IIE) terbaru yang dirilis pada Senin (18/11/2024) lalu menunjukkan mahasiswa AS yang belajar ke Indonesia meningkat 320 persen.
“147 (mahasiswa) tahun 2023 lalu, ke 597 (mahasiswa) tahun 2024 ini. Jumlahnya sudah mulai kembali seperti sebelum COVID,” tutur Asisten Atase Budaya Kedubes AS yang membawahi program EducationUSA Indonesia, Mary Trechock kepada wartawan, ditulis Rabu (27/11/2024).
Trechock menjelaskan, banyak dari mahasiswa AS itu yang menjalani pertukaran pelajar singkat ke Indonesia. Dan mayoritasnya belajar soal kopi-kopi Indonesia.
“Banyak mahasiswa AS yang tertarik mengembangkan kursus di sini. Di Universitas California Davis, ada jurusan Coffee Development. Nah jurusan itu bekerja sama dengan jurusan pengembangan kopi di universitas-universitas di Indonesia. Para mahasiswa ini rajin untuk merasakan kopi Aceh Gayo dan beberapa jenis kopi di Indonesia,” imbuh Trechock.
Mahasiswa RI ke AS Turun Tipis
Sebelumnya Trechock memaparkan data bahwa data mahasiswa Indonesia yang belajar di AS turun tipis sekitar 1,4%. Pada periode 2023/2024 jumlah pelajar Indonesia yang ke AS 8.348 dibanding periode 2022/2023 yang sebanyak 8.467 pelajar.
Namun dari 8.348 mahasiswa Indonesia yang ke AS periode 2023/2024 ini, persentase mahasiswa pertukaran pelajar singkat meningkat 28,6%, nyaris 30% imbas program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).
Trechock menambahkan faktor peningkatan pertukaran pelajar singkat ke kampus-kampus di AS itu juga disumbang oleh semakin banyaknya kampus-kampus AS yang bersedia menerima para pelajar/mahasiswa Indonesia.
“Di sini misi kami mendorong mahasiswa IISMA, saat saya tiba tahun lalu hanya ada 5 kampus yang menerima mahasiswa program IISMA. Sekarang sudah ada 15 kampus AS yang menerima mahasiswa program IISMA,” jelas Trechock.
Kampus-kampus AS, imbuh Trechock, menyampaikan bahwa mereka ingin menerima lebih banyak lagi mahasiswa pertukaran pelajar dari Indonesia.
“Kami pikir pertukaran pelajar singkat adalah cara yang tepat untuk memperkenalkan pelajar Indonesia pada dunia pendidikan di luar negeri. Sedikit pengalaman belajar di luar negeri yang banyak dirasakan oleh mahasiswa IISMA dibandingkan dengan menempuh pendidikan S2 dan S3 di AS, menunjukkan kepada mereka bahwa AS adalah pilihan yang tepat untuk belajar,” urai Trechock yang sudah 20 tahunan berkecimpung di dunia pendidikan internasional.
Selain dari program IISMA, mahasiswa Indonesia yang mengikuti Optional Practical Training (OPT) juga turut menyumbang angka mahasiswa Indonesia di AS.
“Ini adalah program perubahan untuk bekerja di AS setelah lulus, para mahasiswa tersebut dapat bekerja dari mana saja selama 12 hingga 48 bulan tergantung bidang studi di AS setelah lulus. Ada peningkatan 10% dalam jumlah mahasiswa OPT Indonesia dibanding tahun lalu,” urai Trechock.
Mahasiswa dari Indonesia, imbuh Trechock, disukai kampus-kampus AS karena karakter rajin, pintar termasuk pintar membawa diri, juga aktif dalam kegiatan sosial di AS.
“Jadi kampus-kampus di AS ingin lebih banyak mahasiswa dari Indonesia, namun tidak menafikan China dan India yang menyumbang jumlah mahasiswa terbesar di AS. Kami hanya ingin lebih berbeda, lebih internasional saja mahasiswa yang belajar di AS,” tutup Trechock.
(nwk/nah)