Jakarta –
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bagikan inovasi konsep bangunan tahan gempa yang ramah lingkungan. Inovasi ini diberi nama dengan konsep gedung Eco-Quake.
Kehadiran Eco-Quake diharapkan bisa mengatasi tantangan gempa bumi yang kerap terjadi di Indonesia. Mengingat lokasi geografis Indonesia berada di Pacific Ring of Fire dan kehadiran gempa Megathrust juga terus mengancam.
Pakai Bahan Ramah Lingkungan
Ketua tim ASURA ITS, Handika Ardhi Nugraha menjelaskan kunci bangunan tahan gempa ciptaannya berkat penerapan konsep Strong Column Weak Beam (SCWB). SCWB berkaitan dengan pentingnya kekuatan kolom yang menjadi elemen utama penopang bangunan.
“Sehingga berperan krusial dalam menentukan kekokohan bangunan,” katanya dikutip dari laman ITS, Selasa (29/10/2024).
Sedangkan aspek keberlanjutan berkaitan dengan penggunaan semen Self Compacting Concrete (SCC) sebagai material utama. SCC dinilai ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alternatif seperti cangkang telur dan serbuk granit.
Semen ini juga dinilai memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Karena mampu memadat sendiri dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan beton biasa.
Selain bahan material, mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS itu juga menekankan faktor lingkungan ikut berperan penting. Sehingga jenis tanah dan risiko seismik sekitar lokasi pembangunan harus dianalisis secara mendalam.
“Karena dapat berpengaruh terhadap stabilitas bangunan ketika gempa. Dengan mempertimbangkan faktor tersebut, bangunan yang hendak dibangun diharapkan dapat menahan guncangan secara optimal,” tambahnya lagi.
Sudah Diuji Coba Gempa Berkekuatan M 7
Prototipe yang dibuat Handika dan rekannya Bayu Anggoro Sekti memiliki dimensi kolom atau tiang vertikal sebesar 15 x 15 milimeter dan tiang horizontal sebesar 12 x 8 milimeter. Bangunan ini juga telah diuji coba simulasi gempa berkekuatan 5,5 Skala Richter (SR) atau stera 7 skala Magnitudo.
Hasilnya, struktur bangunan hanya mengalami simpangan sebesar 2,011 milimeter. Jumlah itu dinilai termasuk dalam indikasi bangunan yang memiliki tingkat ketahanan baik terhadap guncangan gempa.
Walaupun masih ada kerusakan minor, inovasi tim ASURA membuka peluang besar untuk diterapkan pada pembangunan gedung-gedung di masa depan. Terutama di daerah yang rawan gempa bumi.
Lewat konsep gedung Eco-Quake ini juga, Handika dan Bayu berhasil meraih juara III Kompetisi Model Bangunan Gedung Beton Pracetak pada gelaran Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia XV 2024. Handika berharap inovasi ini bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan pembangunan di Indonesia.
“Semoga ke depan semakin banyak inovasi untuk semakin meningkatkan perkembangan pembangunan di Indonesia,” tutupnya.
(det/nwk)