Jakarta –
Tanaman mangrove menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan. Salah satunya mampu menahan arus air laut yang mengikis daratan pantai atau abrasi pantai.
Tidak hanya itu, tanaman ini juga ternyata memiliki buah yang bisa sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup di masa depan. Buah tanaman mangrove ini akhirnya menarik perhatian mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) untuk diteliti lebih lanjut.
Mahasiswa UB yang terdiri dari Gusti Ayu Made Devta Swijayanti, Annisa Aurora Kartika, dan Pradipta Widyo Nugroho akhirnya menyulap buah mangrove sebagai solusi pangan darurat berkelanjutan.
Inovasi ini juga membawa Gusti Ayu dan rekan timnya menjadi pemenang dan meraih penghargaan “Winner Plant-based Food Prize Transformative Research Challenge” dalam acara bergengsi World Food Forum 2024 yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma, Italia.
“Kami bertujuan untuk mempresentasikan inovasi kami terkait pemanfaatan buah mangrove sebagai sumber makanan darurat berkelanjutan,” ujarnya Gusti Ayu dikutip dari laman resmi UB, Jumat (6/12/2024).
“Kami juga bertujuan untuk membangun jaringan dan kolaborasi dengan para ahli serta institusi internasional guna memperkuat upaya mengatasi tantangan sistem pangan global,” tambahnya.
Dapat Investasi dari Organisasi Internasional
Membawakan presentasi berjudul “Mangrove Fruit Optimization for Sustainable Plant-Based Emergency Food Bars”, sosok yang akrab dipanggil Ayu mengungkap inovasinya tidak hanya menawarkan solusi pangan berkelanjutan, tetapi juga mendukung konservasi ekosistem mangrove.
Usai presentasi, ia menyatakan banyak pihak yang tertarik dengan potensi buah mangrove. Bahkan banyak pihak yang ingin inovasi ini diterapkan di berbagai negara.
Bukan hanya prestasi, oleh-oleh yang dibawa Ayu dan tim dari Roma juga berbentuk peluang kolaborasi dengan berbagai institusi internasional. Hebatnya, inovasi buah mangrove telah menarik investor asal New York, Amerika Serikat.
“Beberapa organisasi lokal maupun internasional menunjukkan minat untuk bekerja sama dalam penelitian lebih lanjut dan implementasi proyek ini. Kami juga telah menjalin kerja sama dengan Meatless Monday global, investor utama kami yang berbasis di New York,” jelas Ayu.
Pengalaman Ikut World Food Forum
Sebagai mahasiswa yang berasal dari Fakultas Pertanian dan Peternakan, pengalaman mengikuti World Food Forum tentu berkesan baginya dan rekan se-timnya. Salah satu pelajaran yang ia ambil dalam acara ini adalah pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk menghadapi tantangan pangan di masa depan.
“Ini menjadi bekal yang berharga untuk mengembangkan sistem pangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia,” tuturnya.
World Food Forum bertujuan untuk mentransformasi sistem pangan global. Partisipasinya dalam acara internasional ini akan membuka peluang kolaborasi internasional, meningkatkan penelitian, dan memberikan inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terlibat dalam penelitian yang berdampak global.
Ia berharap, UB bisa aktif berpartisipasi dalam acara-acara internasional lain. Karena dengan unjuk gigi di dunia global, reputasi universitas akan meningkat dan bermanfaat bagi mahasiswa.
“Ini tidak hanya meningkatkan reputasi universitas tetapi juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan dosen untuk belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi dalam solusi global,” imbuhnya.
“Melalui riset transformatif, inkubasi start up, dan workshop yang dinamis, kita bisa belajar dan memimpin dalam menciptakan solusi nyata untuk sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” tandas Ayu.
(det/nah)