Jakarta –
Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Rr Tur Nastiti MSi PhD menjelaskan mahasiswa yang mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) lebih mudah dapat pekerjaan ketika lulus dibanding yang tidak. Tidak lama, masa tunggu pekerjaan untuk alumni MBKM hanya 7 bulan terhitung dari masa kelulusan.
“Hasil riset MBKM mengungkapkan bahwa mahasiswa yang berpartisipasi dalam program unggulan MBKM hanya membutuhkan waktu 7,64 bulan untuk mendapatkan pekerjaan pertama, terhitung dari empat tahun masa studi,” kata Nastiti dikutip dari rilis di laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (3/7/2024).
Keikutsertaan mahasiswa dalam MBKM merupakan nilai tambah baginya dalam hal pengembangan kompetensi. Dibanding mereka yang tidak, mahasiswa MBKM sudah memiliki ‘modal’ wawasan soal prospek di dunia kerja.
Angka masa tunggu hingga 7,64 bulan juga mengalami kenaikan dibandingkan riset sebelumnya. Temuan ini menunjukkan dampak positif program MBKM dalam mempersiapkan mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja.
“Angka masa tunggu kerja ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata sebelumnya yang mencapai 10 bulan. Temuan ini menunjukkan efektivitas program MBKM terhadap prospek kerja lulusan,” tambahnya.
Meningkatkan Status Sosial
Lebih lanjut, Nastiti menambahkan bila hasil survey juga menunjukkan bahwa sebanyak 33% program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) diikuti oleh peserta dengan latar belakang keluarga kurang mampu. Selama program berlangsung, mahasiswa mendapat kesempatan untuk merasakan bekerja di perusahaan bonafide.
Hal ini juga tidak menutup kemungkinan mahasiswa mengembangkan jejaring dan bisa kembali ke perusahaan tersebut untuk menjadi karyawan setelah lulus. Sehingga, MSIB adalah program yang memberikan ruang bagi mahasiswa yang termarjinalisasi.
Bila mereka awalnya terpinggirkan karena cara berfikir atau status sosial, MSIB bisa menjadi langkah baik untuk belajar. Terutama dalam memperkuat jenjang karir sehingga perubahan dalam status sosial sangat mungkin terjadi.
Tidak hanya mahasiswa, Nastiti menambahkan dosen juga harus membuka diri untuk immersive pattern learning (pola pembelajaran mendalam). Karena mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk belajar bukan hanya dari satu sumber tetapi banyak sumber termasuk praktik langsung.
Adapun berbagai program MBKM yang ikut didukung UGM adalah Magang dan Studi Independen Bersertifikat, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Kampus Mengajar, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Wirausaha Merdeka hingga Praktisi Mengajar.
Cerita Mahasiswa UGM yang Ikuti MBKM
Tidak hanya riset belaka, manfaat MBKM sudah dirasakan mahasiswa secara langsung. Seperti Arya Yudhistira, mahasiswa program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM yang mendapat pencapaian mengesankan.
Ia diterima magang pada empat perusahaan sekaligus di MSIB 2024 dan memilih Huawei. Selama magang, Arya bercerita mampu mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya selama kuliah dengan baik.
Berbeda dengan Arya, Chriselda Erina Dewi Winarto merasakan manfaat program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). Erina panggilan akrabnya adalah mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku yang tengah jalani pertukaran di UGM.
Baginya program PMM mampu menyatukan nusantara. Berasal dari wilayah berbeda, di UGM Chriselda merasakan komunitas lintas budaya yang memberikan dampak positif.
“Saya merasa PMM itu menyatukan nusantara, dari Sabang hingga Merauke sehingga saya banyak belajar terkait banyak budaya melalui PMM di UGM ini,” tutup Erina.
(det/nwy)