Jakarta –
Kasus cuci darah baru-baru marak terjadi pada anak. Informasi ini menyeruak setelah Dinas Kesehatan Jakarta melaporkan ada 60 pasien gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dilansir detikNews, kasus cuci darah pada anak dengan jumlah banyak ini baru terpantau belakangan ini. Selama tahun 2023, terdapat sebanyak 439 kasus gagal ginjal pada anak.
Prihatin akan tingginya kasus cuci darah pada anak, mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) menciptakan sebuah aplikasi bernama “Glukosaw”. Aplikasi ini berguna untuk meninjau asupan gula seseorang.
“Tren ini membuat saya prihatin. Apalagi, banyak teman-teman di sekitar saya yang mengonsumsi minuman manis tanpa tahu kandungan gula dari minuman tersebut,” kata Muhammad Haidar selaku inovator, dilansir dari laman Vokasi Kemdikbud, Sabtu (10/8/2024).
Haidar dan tim perancang lainnya berharap inovasi buatan mereka dapat memberikan edukasi soal informasi kadar gula pada makanan dan minuman.
“Setelah konsultasi dengan pembimbing, Pak Mardiyanto dan Pak Afandi, kami membuat aplikasi yang dapat memberikan edukasi kepada konsumen tentang kandungan gula dari produk yang ingin mereka konsumsi,” tambahnya.
Cara Penggunaan Aplikasi Glukosaw
Lebih lanjut, Haidar menjelaskan cara penggunaan Glukosaw ini cukup mudah. Aplikasi menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR).
Lewat teknologi tersebut, aplikasi akan memberikan informasi kandungan gula secara otomatis. Pengguna cukup mengambil gambar tabel nilai gizi pada kemasan makanan dan minuman. Kemudian, aplikasi
Pengguna dapat melihatnya dalam bentuk tampilan teks dan suara.
Aplikasi sudah memuat fitur pendeteksi jenis kandungan gula.
Kandungan gula sendiri dibedakan menjadi empat tingkatan yakni A, B, C, dan D. Jika aplikasi menunjukkan kandungan A, akan produk memiliki 0,5 gram gula.
Jika B, produk memuat 0,5 – 6 gram gula. Apabila kategori C, maka mengandung 6 – 12 fram gula dan kategori D mengandung lebih dari 12 gram gula.
Indikator Gula Sesuai Standar WHO dan Kemenkes
Adapun label indikator pada aplikasi Glukosaw ini telah sesuai dengan standar dari Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO), dan aturan BPOM Nomor 1 Tahun 2022 dan Nomor 26 Tahun 2021.
Kemenkes telah memberikan saran agar konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram per hari. Artinya, tidak boleh lebih dari empat sendok makan.
Lewat aplikasi Glukosaw, pengguna akan mendapat peringatan jika kadar gula sudah melebihi batas. Peringatan akan ditandai dengan getaran dan suara.
Tanda baru akan muncul jika makanan dan minuman termasuk ke dalam kategori C atau D. Fitur tersebut memanfaatkan artificial intelligence (AI) yang menganalisis teks dengan outputnya berupa suara.
Bermanfaat bagi Penderita Diabetes
Dikatakan oleh Mardiyono selaku dosen pembimbing mahasiswa, aplikasi ini sangat bermanfaat terutama untuk penderita diabetes. Pasalnya, mereka adalah kelompok yang sangat rentan terhadap gula.
“Kami percaya bahwa teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam mendukung kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa aplikasi Glukosaw merupakan gagasan Haidar dan tim pada Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC). Mardiyono berharap pemanfaatannya bisa disentuh juga oleh para pemain industri pangan.
“Inovasi ini merupakan wujud komitmen mahasiswa Polines dalam mendukung kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi terbarukan,” tutupnya.
(cyu/faz)