Jakarta –
Matematika akan diajarkan kepada siswa sejak masa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mencakup Taman Kanak-kanak (TK) dan sederajat. Nah, para guru harus tahu nih kalau matematika bisa diajarkan lewat permainan tradisional lho.
Strategi pembelajaran matematika lewat permainan tradisional ini selaras dengan konsep matematika yang cocok untuk anak PAUD yakni sambil bermain dan bersifat menyenangkan.
Wakil Koordinator Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional, Chairul Umam memberikan contoh-contoh permainannya langsung. Ia mengatakan bahwa permainan tradisional sangat erat dengan banyak konsep matematika.
“Permainan tradisional atau rakyat itu sangat erat sekali dengan matematika, seperti contohnya saat mereka bermain tapak gunung, mereka bisa berhitung langkah dan sebagainya,” kata Chairul saat ditemui di Gedung A Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen), Jakarta Pusat, Selasa (26/11).
Permainan Tradisional sebagai Media Belajar Matematika
Belajar matematika melalui permainan tradisional menurut Chairul contohnya bisa melalui congklak. Selain itu, permainan lainnya seperti engklek atau sondah.
Permainan tradisional atau rakyat itu sangat erat sekali dengan matematika, seperti contohnya saat mereka bermain tapak gunung, mereka bisa berhitung langkah dan sebagainya.
Lewat permainan tradisional, anak bisa belajar menghitung tanpa guru harus menerangkan konsepnya. Selain itu, permainan tradisional akan membuat situasi belajar lebih menyenangkan.
“Misalnya congklak, mereka bisa berhitung kan. Bermain sondah atau engklek, ada angka-angka di situ kan. Main ular tangga sambil mengenal angka dan berhitung setiap langkah-langkahnya,” kata Chairul.
Belajar Matematika Sekaligus Seni Budaya
Tak bisa dipungkiri saat ini siswa sudah banyak kecanduan dengan gadget. Kesempatan pengenalan matematika lewat permainan tradisional menurut Chairul bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan tradisi juga.
“Untuk para guru PAUD di seluruh Indonesia, bisa menggali potensi budaya kita, permainan tradisional kita dari media pembelajaran di sekolahnya karena banyak sekali, nanti dikreatifitaskan,” tuturnya.
Chairul dan pihaknya pun mengaku siap untuk membantu para guru dalam memberikan edukasi dan mengenalkan permainan tradisional kepada siswa. Termasuk mengajari matematika lewat permainan yang ada.
“Itu yang kita harapkan supaya kita berkolaborasi dengan sekolah-sekolah, menerapkan pendidikan dengan metode bermain, dengan memanfaatkan kebudayaan kita khususnya permainan rakyat,” tuturnya.
Penguatan Karakter Siswa
Lebih jauh dari itu, manfaat bermain permainan tradisional bagi siswa TK menurut Chairul bisa menguatkan karakter. Mereka bisa mempraktikkannya tanpa tahu teori terlebih dahulu.
“Anak zaman dulu itu main di sawah, main di kebun, dia berkumpul, berinteraksi, walaupun dia nggak belajar nilai disiplin dan kebersamaan, tetapi mereka dengan berkumpul itu jadi merasakannya,” katanya.
Selain itu, anak-anak bisa belajar tidak mudah terkena disinformasi isu-isu saat ini. Ia melihat anak muda zaman sekarang mudah goyah keyakinannya karena terpengaruh informasi yang cepat.
“Mereka belajar budaya antre, saling toleransi, anak Muslim dan Non Muslim mereka main bareng di depan mushola, main sarung. Jadi isu-isu radikalisme untuk anak 90-an biasa saja. Karena saat ini ada gadget, jadi ketika ada isu radikalisme langsung tersulut,” ungkapnya.
Chairul berharap permainan dan olahraga tradisional bisa segera masuk ke dalam kurikulum di sekolah. Menurutnya, banyak sekali keuntungan siswa belajar permainan nusantara ini.
“Permainan tradisional ini bisa untuk merawat ideologi, nilai sosial, budaya, terutama untuk anak-anak,” tutupnya.
(cyu/nwk)