Jakarta –
Pameran InaRI Expo 2024 yang digelar Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN) menghadirkan ragam inovasi dari anak bangsa. Salah satunya karya yang disuguhkan oleh periset dari Universitas Negeri Malang (UM) satu ini.
Dalam pameran InaRI Expo 2024, UM menampilkan alat bernama Happiness Index Detector. Alat ini sekilas mirip dengan layar televisi LCD yang menangkap gambar yang ada di depannya.
Kepala Pusat Sains dan Rekayasa Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UM, Eli Hendrik Sanjaya menjelaskan alat ini dapat menilai tingkat kebahagiaan seseorang dari ekspresi mereka.
“Alat ukur indeks kebahagiaan ini menggunakan kamera dan bisa membaca pola wajah,” kata Eli di acara pameran InaRI Expo 2024 di Gedung ICC, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/8/2024).
Lebih jauh ia mengatakan bahwa Happiness Index Detector menjadi alat yang paling dilirik banyak pengunjung. Mereka cukup berdiri di depan layar, kemudian kondisi mereka akan dijabarkan lewat pemindaian sistem.
“Nanti, tinggal dimasukan data base. Kalau senyum nanti indeks bahagianya tinggi, kalau ketawa atau cemberut nanti beda-beda lagi,” katanya,” tambahnya.
Berbasis Teknologi Kecerdasan Buatan
Inovasi ini digagas oleh Harits Ar Rosyid, Kepala Divisi Pusat Unggulan IPTEKS Disruptive Learning Innovation (DLI) UM bersama tim yang terdiri dari M Zainal Arifin dan Aji Prasetya W. Teknologi ini berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
“Motivasi utama kami mengembangkan HID ini adalah untuk menghadirkan konsep acara Halal Bihalal yang lebih interaktif dan menarik,” ungkap Harits.
Teknologi HID ini memanfaatkan Computer Vision untuk mendeteksi ekspresi wajah, dengan bahasa pemrograman Python dan library openCV sebagai dasar pengembangan.
“Kami menyederhanakan tujuh ekspresi menjadi dua, yaitu bahagia atau tidak bahagia, untuk memudahkan interaksi pengguna dengan program,” jelas Harits.
Ia ingin alat yang digagasnya tersebut dapat membuat pengguna merasa puas. Juga, Harits berharap teknologi semacam ini dapat dipakai secara lebih luas.
“Kami sedang mengembangkan beberapa proyek seperti sistem keamanan berbasis pengenalan wajah, mini game ekspresi wajah untuk deteksi kehidupan, deteksi pengalaman positif dan negatif dalam kelas, presensi intuitif, hingga gerbang parkir otomatis,” tambah Harits.
Semua proyek tersebut telah diuji coba dan hasilnya akan dipublikasikan dalam waktu dekat. Namun, terdapat tantangan terbesar terhadap inovasi teknologi HID ini yaitu optimasi program agar dapat berjalan lancar untuk banyak wajah pengunjung.
“Ketika jumlah pengunjung yang berinteraksi semakin banyak, kinerja HID mulai menurun dan program,” katanya.
Selain itu, inovasi teknologi HID ini masih belum matang secara teknis dalam rencana komersialisasi, akan tetapi tim HID sendiri siap menjadi sebagai konsultan dan pengembang bagi event-event serupa yang menginginkan teknologi ini untuk difungsikan secara custom.
“UM sangat mendukung penelitian dalam bidang ini dan berperan besar dalam terwujudnya inovasi semacam ini,” tutup Harits dengan penuh semangat. Dengan hadirnya inovasi teknologi HID ini, UM tidak hanya menciptakan acara yang meriah tetapi juga semakin berkomitmen mendorong kemajuan teknologi dan inovasi di Indonesia.
Ke depannya, Harits akan mengembangkan teknologi lanjutan dari ini. Terutama untuk tujuan pengenalan wajah demi memastikan keamanan.
“Berpikirlah kreatif di era AI ini agar teknologi bisa kita eksploitasi untuk mendukung kehidupan kita,” pesan Harits.
Menurut Eli, selaku perguruan tinggi UM giat melakukan riset di berbagai bidang. Baik yang didanai oleh UM sendiri juga dibantu mitra industri.
“Ini merupakan bagian dari riset institusi dan hasil kolaborasi dosen dengan mahasiswa,” katanya.
(cyu/nwk)