Jakarta –
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti kejutkan siswa dan guru di SMPN 1 Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bagaimana tidak, Menteri Mu’ti menyempatkan diri untuk menjadi guru dadakan di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Di hadapan murid-murid kelas VIIB, Mendikdasmen bertanya tentang materi pembelajaran saat itu, yakni tentang status sosial dan peran sosial.
“Apa bedanya status sosial dan peran sosial. Apa saja status sosial yang kalian tahu?” tanya Menteri Mu’ti dikutip dari rilis yang diterima detikEdu, Rabu (12/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siswa menjawab pertanyaan Mu’ti dengan penuh semangat dan menjelaskan bila status sosial ada di masyarakat termasuk sekolah. Di masyarakat status sosial meliputi Bupati, Kepala Desa, Lurah, hingga Ketua RW dan RT.
Sedangkan status sosial di sekolah ada guru, kepala sekolah, dan lain. Sedangkan di rumah, ayah, ibu, dan anak juga termasuk status sosial.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Mu’ti menjelaskan bila setiap orang punya status sosial. Tergantung peran dan di mana ia berada.
“Ternyata setiap orang punya status sosial masing-masing sesuai dengan lingkungan di mana dia berada ya,” ujar Mu’ti.
Berikan Tips 3H
Tidak hanya mengajar, Menteri Mu’ti juga membagikan tips 3H untuk para siswa di sekolah tersebut. Dijelaskannya 3H merupakan kepanjangan dari Head, Hand, dan Heart.
Head berkaitan dengan otak manusia. Ini merupakan sebuah perumpamaan proses berpikir otak manusia menjadi orang yang serba tahu.
Kemudian Hand berkaitan dengan semangat dan kekuatan. Bagi pelajar Hand, berkaitan dengan belajar dan aktivitas sehari-hari yang bertujuan menjadi sosok serba bisa.
Terakhir ada Heart dengan penggambaran perasaan yang baik, rohani yang baik, saling memaafkan, hingga punya jiwa seni. Dengan memiliki ketiganya, siswa akan menjadi sosok yang serba tahu, serba bisa, dan memiliki empati terhadap lingkungannya.
“Anak-anak harus menjadi orang yang serba tahu, serba bisa dan memiliki empati terhadap lingkungan sosialnya. Jika olah pikir, olah raga, dan olah hati ini digabungkan maka akan menjadi olah karsa yang membuat kalian menjadi manusia yang kreatif,” terang Menteri Mu’ti.
Menteri Mu’ti juga berpesan agar para siswa selalu rajin belajar, tidak boleh merasa rendah diri karena latar belakang, status ekonomi, atau profesi orang tua. Ia mengingatkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang bisa dijadikan pegangan menjadi siswa yang tangguh dan cemerlang.
Adapun 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat itu adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, tidur cepat.
“Tidak boleh merasa rendah diri karena berasal dari daerah maupun karena status ekonomi dan profesi orang tua. Jika kalian ingin menjadi anak hebat di kemudian hari, lakukan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat,” tandas Mu’ti.
(det/faz)