Jakarta –
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi satuan pendidikan yang berhubungan erat dengan dunia industri. Lulusan SMK diharapkan bisa menjadi sosok yang siap untuk masuk ke dunia kerja ataupun berwirausaha.
Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi SMK menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti. Seluruh program keahlian di SMK ke depan harus bisa berorientasi pada pasar, sehingga perlu diimbangi dengan kurikulum yang bersifat adaptif.
“Bagaimana market (pasar) itu berubah juga harus diimbang dengan bagaimana kurikulum kita juga memiliki kurikulum yang adaptif,” tuturnya dalam acara Peluncuran Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025 di Ruang Plaza Insan Berprestasi Gedung A, Kompleks Kemendikdasmen, Senayan, Jakarta, Senin (28/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak Boleh Ada Kurikulum Abadi di SMK
Mu’ti mengatakan kurikulum adaptif di SMK merupakan respons atas dinamisnya perubahan pasar dan disrupsi teknologi digital di bidang pemasaran.
“Kurikulum SMK ini kan bisa buka-tutup. Tidak boleh ada kurikulum yang abadi, yang itu saja. Karena apa? Pasar itu berubah dengan sangat cepat,” tegasnya.
Bantu Siswa Paham Perubahan Pasar dan Perilaku Masyarakat
Untuk mengimbangi dinamisnya perkembangan pasar, Kemendikdasmen meluncurkan Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan marketing siswa SMK.
Melalui program ini, Mu’ti meminta siswa tidak hanya dilatih tentang materi atau teori cara menyampaikan produk dengan baik, tetapi juga harus paham perubahan pasar.
“Dengan mungkin studi-studi dasar mengenai social behavior ya, perubahan perilaku masyarakat. Karena masyarakat sekarang itu kan ingin semuanya naik kelas gitu, sehingga tidak meragukan,” imbuh Mu’ti.
Mu’ti berharap anak-anak SMK ke depan bisa memiliki kesempatan memperoleh pendidikan bermutu yang mengantarkan mereka pada
pekerjaan hingga kesejahteraan ekonomi. Dengan begitu, perubahan kurikulum mendukung SMK agar tidak lagi jadi penyumbang pengangguran.
“Kita jawab itu dengan inovasi, yang dengan itu bisa menjelaskan here we are already changing, ini loh kita sudah berubah. Here we have the answer, ini kita punya jawaban,” harap Sekum PP Muhammadiyah itu.
“Tapi poinnya adalah bagaimana mengangkat jurusan sales atau marketing ini menjadi lebih marketable. Lebih menjadi daya tarik dan kemudian lebih mampu menghasilkan para lulusan yang tidak hanya masuk dunia kerja tetapi juga memajukan perusahaan,” sambungnya.
Kurikulum Jurusan Marketing di Program Sales Naik Kelas
Menambahkan Mu’ti, Dirjen Pendidikan Vokasi dan PKLK, Tatang Muttaqin menyatakan program ini terdiri dari teori yang dirancang akademisi dan praktik langsung dengan perusahaan.
Pada 2025, program ini akan menyasar 1.000 siswa SMK Pemasaran kelas 10. Mereka akan mengikuti program selama 3 tahun dari kelas 10-12.
Tatang mengatakan pihaknya juga akan menerapkan tambahan kurikulum yang menanamkan perilaku sales profesional berdasarkan pendekatan I CAN, yaitu:
- I – Innovative (Inovatif): mampu berpikir kreatif dalam strategi penjualan.
- C – Competitive (Kompetitif dan Berani Mengambil Risiko): siap menghadapi tantangan di dunia sales.
- A – Adaptive (Adaptif dan Proaktif): fleksibel dalam menghadapi perubahan tren pasar.
- N – Never Give Up (Gigih dan Mandiri dalam Bertindak): memiliki ketahanan mental dalam menghadapi pelanggan.
“Siswa yang menyelesaikan program akan mendapatkan sertifikat dari perusahaan dan asosiasi industri serta mendapatkan kesempatan untuk PKL (Praktek Kerja Lapangan) hingga rekrutmen untuk yang berprestasi,” pungkas Tatang.
(det/twu)