Jakarta –
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Arifatul Choiri Fauzi beri saran kepada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) agar tugas sekolah tidak selalu dikerjakan menggunakan gadget. Hal ini berkaitan dengan dampak negatif gadget dan internet di lingkungan anak-anak.
“Saya pernah sampaikan juga kepada Pak Mendikdasmen (Abdul Mu’ti) bagaimana kalau tugas-tugas sekolah saat ini tidak lagi menggunakan gadget tapi secara manual saja untuk hal-hal tertentu,” ungkap Arifatul.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Peluncuran Album Lagu ‘Kicau’ di area Kemendikdasmen, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Minggu (2/2/2025).
Kemendikdasmen Akan Menyesuaikan
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikdasmen Nunuk Suryani menjelaskan pihaknya akan menyesuaikan. Baik aturan ataupun mata pelajarannya.
Karena ada beberapa mata pelajaran yang diharuskan menggunakan gadget sebagai alat bantu. Seperti coding dan Artificial Intelligence (AI) yang direncanakan segera jadi mata pelajaran pilihan pada tahun pelajaran 2025/2026.
“Kalau misalnya coding AI (dan) mata pelajaran tertentu kan pasti penugasannya membutuhkan asisten (bantuan gadget),” jelas Nunuk kepada detikEdu.
Selain mata pelajaran yang berkaitan dengan teknologi, Nunuk mengaku setuju bila tugas sekolah dilakukan secara manual kembali.
“Tapi kalau mata pelajaran yang lain, setuju saja. Kalau misalnya sejarah, sesuai kebutuhan saja,” tambahnya.
Gadget Bisa Buat Anak Ramai dalam Kesendirian
Paparan gadget pada anak memang menjadi salah satu perhatian Kementerian PPPA untuk segera ditanggulangi. Untuk Menteri Arifatul mendukung berbagai kerja sama lintas kementerian terkait hal ini.
Bersama Kemendikdasmen, ia mengapresiasi hadirnya 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Ada satu kebiasaan yang dinilainya sangat bersinergi antara Kemendikdasmen dan Kementerian PPPA yakni kebiasaan keenam, bermasyarakat.
“Pulang sekolah (anak) enggak boleh mager (malas gerak) tapi harus bermasyarakat,” tegasnya.
Untuk itu memfasilitasi poin bermasyarkaat, Kemendikdasmen dan KemenPPPA telah meluncurkan Ruang Bersama Indonesia. Ruang ini menjadi wadah untuk anak berkreasi dan bermain bersama.
“Ruang Bersama Indonesia ini adalah kolaborasi supaya anak-anak kita tidak hanya mojok, mager, (dan) ramai dalam kesendirian,” kata Arifatul.
“Oleh karena itu, di ruang bersama Indonesia ini nanti anak-anak akan bermain bersama, berkreatif, beraktivitas, dan lain sebagainya. Supaya kita meminimalisir adanya kekerasan secara online,” pungkasnya.
(det/nwk)