Jakarta –
Lulus program S1 Kedokteran dengan waktu cepat dan predikat cum laude mungkin suatu hal yang sulit dilakukan. Namun, pencapaian tersebut berhasil diraih oleh Naura Hidayat.
Naura, panggilan akrabnya, merupakan satu dari empat wisudawan yang mendapat predikat Pujian atau Cum Laude di Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan Universitas Gadjah Mada (UGM). Prosesi wisuda ini berlangsung di Grha Sabha Pramana UGM pada 28-29 Agustus 2024 lalu.
Predikat cum laude didapatkan Naura usai ia berhasil meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,97. Tak berhenti di situ, ia juga berhasil menyelesaikan studi pada Program Studi S1 Kedokteran dalam waktu 3 tahun 9 bulan kendati perkuliahannya padat.
Seluruh keberhasilan tersebut ditutup manis Naura dengan menjadi wakil wisudawan. Ia mengaku tidak menyangka dan tidak pernah memiliki target untuk menjadi lulusan terbaik. Meski begitu, ia bersyukur bisa lulus tepat waktu dan menjadi lulusan terbaik.
“Sejujurnya tidak menyangka karena waktu kuliah sama sekali nggak pernah kepikiran atau berharap jadi salah satu lulusan terbaik, apalagi baru tau kalau jadi wakil wisudawan dan perwakilan samir itu H-1 gladi. Saya bersyukur sekali karena tidak hanya bisa lulus tepat waktu, tetapi juga menjadi salah satu lulusan terbaik,” kata Naura, dikutip laman resmi UGM, Senin (2/9/2024).
Tips dan Metode Belajar Ala Naura
Mahasiswa kedokteran dikenal memiliki jadwal perkuliahan yang padat, begitu pun Naura. Lalu, apa tipsnya agar tetap bisa berprestasi dan lulus tepat waktu?
Menjawab hal tersebut, Naura mengungkapkan bila mahasiswa harus bisa mengelola waktu dengan baik. Caranya dengan memprioritaskan tugas-tugas berdasarkan urgensi atau tingkat mendesaknya.
“Saya biasanya buat prioritas, mana yang lebih urgent dan penting saya selesaikan lebih dulu. Saya merasa harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah ditugaskan pada saya,” ungkap Naura.
Naura menuturkan, ia menggunakan adaptasi metode Pomodoro saat belajar. Caranya yaitu menjeda waktu belajar dengan istirahat 10 menit setiap menyelesaikan durasi belajar 45-50 menit.
“Intensitas belajarnya menyesuaikan dengan jadwal dan tingkat kesulitan materi yang harus dikuasai, terutama saat mendekati ujian akhir blok,” katanya.
Tak selalu sempurna, ia mengakui terkadang datang momen kemalasan sehingga pekerjaan tertunda. Ketika hal itu terjadi, Naura harus mengorbankan waktu istirahatnya.
Tips selanjutnya adalah tidak memilih salah satu antara kegiatan akademis dan partisipasi aktif kegiatan nonakademis saja. Menurutnya kedua hal tersebut dapat berjalan beriringan, mengingat ia juga terlibat aktif dalam kegiatan nonakademis.
UGM mencatat Naura juga pernah menjadi Asisten Mahasiswa di Laboratorium Keterampilan Klinis untuk angkatan 2020, menjadi anggota organisasi Center for Indonesian Medical Students’ Activity (CIMSA) UGM, serta berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan seperti Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) Morfogenesis.
Skripsi Teliti Keselamatan Berkendara
Dengan berbagai tips dan metode pembelajaran yang dilakukannya, Naura berhasil menyelesaikan skripsi dengan topik keselamatan berkendara. Lebih dalam, pembahasan penelitiannya berkaitan dengan cedera kepala korban kecelakaan.
Naura khususnya membahas tentang perbedaan cedera yang timbul antara korban kecelakaan yang mengenakan helm dan yang tidak menggunakan helm. Ia berhasil menyelesaikan skripsi dalam waktu 3-4 bulan.
Baginya, kelancaran menuntaskan skripsi tidak akan terjadi tanpa bantuan dosen pembimbing dan penguji yang menurut Naura sangat mendukung dan membantu selama proses penyusunan.
Ke depannya, Naura berharap agar kualitas pendidikan di Indonesia akan terus meningkat dan lebih merata, bisa setara dengan negara-negara maju.
“(Sehingga) setiap anak di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk menempuh pendidikan berkualitas,” tutup Naura.
(det/twu)