Jakarta –
New York University (NYU), Amerika Serikat menahan ijazah mahasiswa yang mengkritik serangan Israel ke Palestina dalam sebuah pidato kelulusan, Rabu (15/5/2025). Pada kesempatan itu, mahasiswa bernama Logan Rozos mengutuk apa yang digambarkannya sebagai “keterlibatan AS dalam genosida”.
Dilansir BBC, Rozos semula menyampaikan pidato tersebut di hadapan lulusan Gallatin School of Individualized Study, NYU. Dalam pidato berdurasi 2,5 menit, ia tidak menyebutkan Israel dan orang Yahudi, tetapi menyatakan adanya genosida di Palestina.
Pada pidato tersebut, Rozos mengatakan bahwa ia awalnya takut menyampaikan pendapatnya, tetapi harus tetap mengungkapkan fakta yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Genosida yang terjadi saat ini didukung secara politik dan militer oleh Amerika Serikat, dibiayai oleh pajak kita dan telah disiarkan langsung ke ponsel kita,” ucapnya dalam pidato.
“Saya mengutuk genosida (di Palestina) ini dan keterlibatan (AS) dalam genosida ini,” sambung Rozos.
Saat itu, pidato Rozos direspons dengan sorak sorai dukungan dan beberapa sorakan mencemooh. Pidato tersebut kemudian mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel setempat. Kelompok tersebut meminta pihak NYU mengambil tindakan disiplin agresif terhadap Rozos.
Juru bicara Universitas New York, John Beckman meminta maaf atas pidato Rozos. Ia menyatakan Rozos menyalahgunakan platformnya pada pidato kelulusan untuk “mengekspresikan pandangan politiknya yang bersifat pribadi dan sepihak”.
Atas tindakan tersebut, Beckman menyatakan pihak kampus menahan ijazah Rozos.
“Ia berbohong tentang (isi) pidato yang akan disampaikannya dan melanggar komitmen yang dibuatnya untuk mematuhi peraturan kami. Universitas menahan ijazahnya sementara kami mengambil tindakan disipliner,” katanya, dilansir AP News.
Pihak NYU juga menyatakan kampusnya mengecam keras dan sangat menyesalkan pernyataan Rozos tentang genosida.
“Momen (pidato wisuda) ini dicuri oleh seseorang yang menyalahgunakan hak istimewa yang diberikan kepadanya,” tulis pihak kampus.
Sebelum dihapus pihak kampus, laman NYU menampilkan profil Logan Rozos sebagai mahasiswa yang mempelajari kritik budaya dan ekonomi politik di sebuah sekolah seni liberal kecil di sana. Sementara pada profil lainnya, Rozos dituliskan sebagai aktor, artis, dan pria transgender kulit hitam gay.
Tekanan Pemerintah Trump pada Pihak Pro-Palestina
Isu Palestina dan Israel tengah menjadi perhatian serius di AS. Terlebih, pada Pemerintahan Donald Trump, tengah gencar menekan warga di perguruan tinggi AS dan kampus-kampus AS yang menyuarakan kritik atas kondisi di Gaza.
Salah satu yang mendapat tekanan yakni Harvard University, dengan pembekuan dana penelitian senilai Rp 37 triliun atas tudingan tindakan antisemit pada mahasiswa Yahudi. Harvard kemudian melawan dengan mengajukan gugatan hukum atas tindakan yang dinilai pihak kampus sebagai langkah “melanggar hukum” dan diskriminatif.
Sementara itu, beberapa mahasiswa asing yang terlibat dalam kegiatan aktivisme pro-Palestina di kampus-kampus AS ditahan beberapa bulan terakhir dan diancam deportasi. Mereka dituduh mendukung Hamas, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, Uni Eropa, dan Inggris.
Para pengacara mahasiswa tersebut menyatakan pemerintah AS menindas aktivisme dan kebebasan berpendapat mahasiswa secara terbuka.
NYU sendiri tidak masuk daftar 60 perguruan tinggi AS yang dikirimi surat peringatan Departemen Pendidikan AS terkait tindakan penegakan hukum jika tidak melindungi mahasiswa Yahudi. Kebetulan, Barron Trump, anak Donald Trump, juga kuliah di Sekolah Bisnis Stern NYU.
Namun, NYU masuk daftar 10 kampus yang diselidiki satgas antisemitisme Trump atas insiden-insiden di kampusnya sejak perang Israel-Gaza pada Oktober 2023 lalu.
(twu/faz)