Depok –
Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dan Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia, bagaiman dampaknya kepada kelestarian lingkungan global? Pakar Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Rizky Wisnoentoro, PhD menganalisa korelasinya.
Rizky yang juga Kepala Program Studi Master of Finance in Sustainable Finance, Faculty of Economics and Business UIII mencoba merangkum hasil dari forum ilmiah rutin Sustainable Finance Update yang berkolaborasi dengan Faculty of Social Sciences hari ini, di UIII, Jl Raya Bogor, Cimanggis, Depok, Senin (25/11/2024). Pakar yang menyampaikan pandangannya adalah Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri dan Senior Advisor The Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP) Felia Salim.
“Tadi ada banyak sekali hasilnya. Pak Yose meng-highlight aspek dari sisi policy, dari sisi geopolitics dan dari sisi economic development yang intinya adalah kita
perlu memulai segera tentang collaborative movement antara The Global North (negara belahan bumi utara) dengan The Global South (negara di belahan bumi selatan). Dan tadi Bu Felia meng-highlight tentang memang ada beberapa potensi dari sisi environment kita akan harus ada beberapa titik yang kemungkinan diantisipasi karena perubahan policy dari Donald Trump yang banyak kalangan mengenal ada track record yang sebelumnya tidak mendukung climate change dan semacamnya,” tutur Rizky saat berbincang dengan detikEdu di UIII hari ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari jejak kebijakan Trump yang tak mendukung soal climate change, imbuh Rizky, selalu ada peluang. Teknologi kendaraan listrik, panel sel tenaga matahari hingga China yang tumbuh menjadi pemimpin teknologi energi terbarukan di dunia memberikan dunia harapan.
“Seperti tadi disebutkan electric vehicle itu masih tinggi potensinya, lalu ditambah lagi solar cell dan ada kemunculan China sebagai potensial emerging new leader untuk hal-hal yang berbau renewable energy. Dan di momen seperti ini, berarti ada titik yang kita memang harus mulai bisa meningkatkan public private partnership (PPP) yang lebih kolaboratif juga dan yang lebih bisa pada akhirnya membuat dunia menjadi lebih baik lagi untuk di masa yang akan datang,” urainya.
Prabowo Dorong STEM Sejak Dini Bisa Jadi Penyangga Teknologi Lestari
Ditarik kaitannya dengan Indonesia di bawah Presiden Prabowo, ambisi Prabowo yang mendorong pelajaran Science-Technology-Engineering-Mathematics (STEM), utamanya matematika sejak dini menjadi harapan yang bagus. Anak-anak Indonesia yang menguasai STEM nantinya diharapkan akan tumbuh menjadi pakar-pakar pencipta teknologi yang lestari.
“Iya betul. Dan itu salah satu yang kuat. Kalau kita lihat inovasi dalam teknologi, dalam pendidikan juga. Itu akan menjadi backbone sebetulnya ke depan. Harapannya ada dan Pak Prabowo sendiri kan kelihatannya dalam banyak kesempatan juga sudah mengemukakan itu. Tinggal sekarang kita lihat dalam, tidak hanya 100 hari pertama ya berarti, dalam dalam lima tahun ke depan mudah-mudahan kabinet baru mulai lebih bisa menunjukkan implementasi yang lebih clear. Mungkin itu, artinya impactnya yang akan kelihatan
nanti,” tutur Rizky.
Presiden Prabowo dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, menurut Rizky, sudah mendorong implementasi program-program lingkungan berkelanjutan, termasuk di sektor pembiayaan dan keuangan.
“Ya mudah-mudahan ini nanti impactnya lebih real gitu ke depan,” tuturnya.
Hilirisasi SDA Masih Sangat Diperlukan
Bicara soal hilirisasi dan kaitannya dengan kelestarian lingkungan, Rizky menegaskan hilirisasi sumber daya alam (SDA) masih sangat diperlukan. Hilirisasi bisa berdampak ganda untuk kondisi sosial hingga ekonomi.
“Hilirisasi masih sangat perlu, artinya untuk berdampak supaya lebih bisa berdampak yang riil terhadap lingkungan dan terhadap kondisi sosial dan terhadap bisnis secara keseluruhan. Tapi memang keseimbangan antara hulu dengan hilir, upstream dengan downstream itu menjadi krusial nanti ke depan. Artinya kita ada di dalam satu rantai yang
komplit dalam ekosistem ini. Dan chain itu memang dalam ekosistem itu tidak boleh terganggu. Jadi hilirisasi ini sebetulnya bagus untuk kita manfaatkan secara maksimal supaya nanti jadi lebih bisa terlihat dampaknya,” tutur Rizky.
(nwk/erd)