Jakarta –
Panduan pengunaan alat bantu kecerdasan buatan generatif atau generative artificial intelligence (generative AI) resmi dirilis Kementerian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Jumat (11/10/2024).
Panduan untuk mahasiswa dan dosen RI ini salah satunya merujuk pada sejumlah panduan pemanfaatan generative AI untuk untuk pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi yang dirilis Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Buku Panduan Penggunaan Generative Artificial Intelligence (GenAI) pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi tersebut dapat diunduh (download) pada link s.id/PanduanGenAI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek Prof Dr Ir Sri Suning Kusumawardani ST MT mengatakan panduan penggunaan AI di kampus ini diperuntukkan bagi mahasiswa maupun dosen.
Suning mengatakan, kemajuan AI memengaruhi sistem pembelajaran dan kehidupan secara keseluruhan. Kondisi ini membuat pemakaian AI generatif tidak dilarang begitu saja di kampus, tetapi dipandu agar dimanfaatkan dengan cara yang beretika di tingkat pendidikan tinggi.
Ia menekankan, panduan penggunaan AI generatif memungkinkan mahasiswa dan dosen tetap berlatih berpikir kritis dan tidak ketergantungan pada kemudahan teknologi seperti AI tools.
“Kita munculkan (panduan) agar baik mahasiswa maupun dosen itu menggunakan teknologi generative AI secara etis dan bertanggung jawab,” ucapnya dalam perilisan buku panduan di Gedung A Kemendikbudristek, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta.
Suning mengatakan, panduan penggunaan AI generatif di kampus Indonesia resmi dari Kemendikbudristek ini di antaranya berisi panduan penggunaan generative AI oleh mahasiswa dan dosen, peluang penggunaan AI, ragam aplikasi generative AI.
Lebih lanjut, buku panduan ini juga menjelaskan etika memakai AI generatif di kampus, literasi AI, tantangan dan risiko generative AI, strategi pencegahan risiko generative AI, dan pertimbangan memilih generative AI.
Etika Pakai AI di Perguruan Tinggi
Empat etika penggunaan AI generatif di perguruan tinggi yaitu memerhatikan integritas akademik, keamanan dan keselamatan dalam pemanfaatannya, kesetaraan dan transparansinya, serta memerhatikan dampaknya pada lingkungan.
1. Integritas Akademik
Integritas akademik meliputi nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan, sikap terhormat, tanggung jawab, dan keberanian, seperti dikutip dari Panduan Penggunaan Generative Artificial Intelligence (GenAI) pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi oleh Kemendikburistek.
Kejujuran dalam setiap interaksi pembelajaran memicu kepercayaan atas seseorang dan sesuatu di lingkungan akademik, rasa keadilan, perilaku saling menghormati, dan keberanian dalam mempertanggungjawabkan setiap perilaku dan tindakan pada civitas akademika.
Etika Memakai AI untuk Mahasiswa dan Dosen Bidang Integritas Akademik
Mendeteksi ketidakjujuran mahasiswa dan dosen dalam penggunaan AI generative juga bisa dilakukan dengan detector tools yang juga berbasis AI. Contohnya seperti Turnitin AI Detection, Copyleaks, GPTZero, dan lain-lain.
Berikut cara menghindari ketidakjujuran dan lolos dari detector tools:
- Tulis ulang setiap judul (kerangka tulisan) yang dihasilkan oleh generative AI dengan bahasa sendiri.
- Pakai generative AI sebagai alat bantu penelusuran dan riset, bukan sebagai penghasil konten semata, sehingga mahasiswa tetap menjadi pemilik dan pengatur ide dan hasil pemikirannya sendiri.
- Pertahankan gaya tulisan sendiri dan pertahankan sentuhan manusia dalam karya tulis dengan tidak sepenuhnya bergantung pada struktur kalimat yang dihasilkan oleh aplikasi seperti Grammarly.
- Hindari aplikasi parafrase seperti Quillbot, susun kata-kata sendiri sehingga alur tulisan lebih terjaga, jelas dan koheren.
- Pastikan struktur tulisan jelas, mulai dari pendahuluan, sitasi dan kesimpulan.
- Pastikan sitasi benar saat mengutip argumentasi karya tulis lain agar tidak dianggap dan terdeteksi sebagai konten GenAI.
- Hindari istilah, kata-kata kunci, maupun kata ganti yang sering dipakai generative AI.
- Gunakan tools detector untuk cek manual dan menulis ulang bagian yang terdeteksi sebagai hasil GenAI itu sendiri.
Cara Pemberian Tugas Kuliah oleh Dosen untuk Jaga Integritas Akademik
Untuk menjaga kejujuran mahasiswa dan melatihnya tetap berpikir kritis, dosen perlu melakukan hal-hal ini saat memberi tugas pada mahasiswa:
- Minta mahasiswa menggambarkan cara mereka menggunakan generative AI dalam menyelesaikan tugas, lalu tantangan, cara mengatasi, serta pengalaman penting yang didapat.
- Minta mahasiswa berlatih membuat prompt yang efektif.
- Minta mahasiswa kritis mengevaluasi hasil jawaban (output) generative AI dari sisi akurasinya, apakah dapat dipercaya atau ada bias, serta kualitasnya, dan lain-lain.
- Wajibkan mahasiswa mengecek fakta, mengkritisi, menginvestigasi, dan mengedit/tulis ulang hasil jawaban generative AI.
- Minta mahasiswa membandingkan hasil kerja mandiri dan hasil bantuan generative AI sehingga mereka dapat mengenali kelebihan, kecenderungan, dan perspektifnya sendiri, serta merefleksikan peran AI: gagal atau sukses berkontribusi dalam melengkapi pemikirannya.
- Jelaskan ekspektasi atas tugas atau kegiatan yang diberikan secara tertulis, serta relevansinya.
- Jelaskan kapan penggunaan generative Ai dibolehkan dan dilarang; saat dibolehkan, mahasiswa wajib mendokumentasikannya, mencantumkan atribusi, dan menunjukkan proses kritisnya dalam memverifikasi hasil jawaban generative AI.
- Izinkan mahasiswa bersama-sama mengidentifikasi kesalahan, mengoreksi/revisi, dan merepresentasikan proses berpikirnya.
- Buka kesempatan bagi mahasiswa untuk merevisi dan mengirim ulang tugasnya sehingga mendorong tumbuh-kembangnya.
- Dorong komunikasi/penyampaian hasil tugas yang multimodal dan kreatif, misalnya berbentuk suara, memo, podcast, video, infografis, website, presentasi dan lain-lain.
- Dorong mahasiswa untuk menghubungkan materi pembelajarannya dengan kehidupan nyata sehingga dapat lebih memotivasi mahasiswa untuk belajar dengan konteks personal.
- Bangun “growth mindset” dengan melatih mahasiswa untuk menentukan sendiri sasaran belajarnya dan merefleksikan progres yang mereka capai sepanjang semester.
2. Etika Kesetaraan, Transparansi, dan Akuntabilitas
Etika Kesetaraan Akses
Tidak semua mahasiswa dan dosen mampu membayar akses ke aplikasi AI generatif yang menerapkan sistem berbayar atau langganan seperti ChatGPT Plus, Illustroke, dan lain-lain. Untuk itu, mahasiswa dan dosen wajib menegakkan etika kesetaraan, transparansi, dan akuntabilitas atas tugas-tugas akademiknya.
Pertama, dosen wajib memetakan akses atau kemampuan mahasiswa mengakses teknologi dan alat bantu AI generatif. Sebab, jawaban, video, audio, atau teks yang dihasilkan tools AI berbayar dan yang gratis bisa berbeda kualitas, atau justru tidak bisa dihasilkan tanpa membayar.
Berikut hal-hal yang harus dosen lakukan untuk menjamin etika kesetaraan, transparansi, dan akuntabilitas diterapkan oleh mahasiswa:
- Melarang mahasiswa mengerjakan tugas sepenuhnya dengan generative AI, hanya boleh sebagai alat bantu.
- Melarang mahasiswa memakai AI generatif untuk kecurangan, ketidakjujuran, atau tindakan-tindakan tidak etis.
- Melarang mahasiswa memasukkan data pribadi atau info sensitif ke aplikasi AI generatif agar datanya aman.
- Mewajibkan mahasiswa untuk cek dan verifikasi lagi hasil jawaban AI generatif karena jawaban tools AI tidak selalu benar dan akan selalu ada halusinasi.
- Mewajibkan sitasi meskipun dibantu tools AI.
- Mewajibkan kerja sama dengan sesama mahasiswa pada tugas-tugas tertentu agar tidak ketergantungan pada AI.
- Dosen wajib menetapkan bahwa semua material atau konten yang dihasilkan generative AI harus disertai informasi pembuatannya sehingga terhindar dari tuntutan akuntabilitas.
- Mahasiswa (dan dosen) wajib transparan menyatakan apakah mereka memakai GenAI dalam proses pembelajaran.
Etika Kesetaraan Output
Mahasiswa dan dosen perlu memastikan bahwa jawaban, video, teks, atau audio yang dihasilkan AI generatif harus adil dan tidak memihak. Model generative AI yang digunakan juga tidak boleh bias dan tidak menimbulkan ketidakadilan bagi sekelompok individu.
Dikutip dari panduan resmi, sering kali ada bias pada jawaban tools AI. Sebab, data-data yang ‘dipelajari AI’ tidak meliputi hasil suara-suara orang marjinal atau tidak cukup inklusif.
Aplikasi dan tools AI generatif dilatih untuk menjawab pertanyaan dan prompt penggunanya. Training atau ‘proses belajar AI generatif’ ini berlangsung dengan cara menerima dataset yang masuk.
Namun, dataset-dataset yang muncul seringkali tidak meliputi suara-suara kelompok marjinal, fitur atau atribut ras, gender, lokasi, dan rentang pendapatan secara menyeluruh. Untuk itu, mahasiswa dan dosen juga perlu memasukkan dataset yang memiliki fitur atau atribut inklusif tersebut.
Cara-cara di atas bisa mengurangi bias dan ketimpangan, yang berisiko mempengaruhi jawaban, video, teks, dan audio yang dihasilkan tools AI .
3. Keamanan dan Perlindungan Data
Mahasiswa dan dosen pengguna tools AI generatif perlu memperhatikan keamanan data, kerahasiaan data, keamanan sistem, dan waspada terhadap aktivitas pelacakan ilegal selama berselancar dan menggunakan aplikasi dan tools generative AI.
Berikut cara pakai AI generatif untuk menjaga keamanan data:
- Gunakan enkripsi, anonimitas, dan otentikasi kuat seperti otentikasi 2 faktor (2-factors authentication) saat menggunakan generative AI dan produk-produk teknologi informasi lainnya.
- Hindari memasukkan data konfidensial seperti data riset nonpublik, data keuangan, data sumber daya manusia (SDM), data mahasiswa, informasi medis, dan lain-lain karena aplikasi generative AI biasanya tidak diatur untuk bekerja secara tertutup atau privat.
- Hindari risiko menjadi korban phishing (pencurian informasi) dan deepfake (pemalsuan identitas dengan data tertulis, audio, dan visual) dengan memperhatikan izin-izin yang diberikan pada aplikasi saat menjalankan sistemnya, seperti izin penggunaan email, telepon, dan pesan.
- Bersihkan cookies yang tidak perlu, secara rutin hapus cache, gunakan antivirus atau antimalware pada komputer/laptop/handphone, dan aktifkan tracker blocker di perangkat.
4. Dampak pada Lingkungan
Penggunaan tools AI generatif dan aktivitas online lainnya yang melibatkan storage besar mengonsumsi banyak daya sehingga berdampak pada lingkungan. Untuk itu, mahasiswa dan dosen juga perlu bijak memakai tools AI untuk hal bermanfaat.
Di samping itu, peneliti dan perguruan tinggi ke depannya dapat memanfaatkan data dari perusahaan AI generatif untuk mencari solusi dan mengatasi dampak lingkungan dari pemakaian AI generatif dan aktivitas online.
Salah satu pakar yang terlibat dalam penyusunan panduan generative AI di kampus, Prof Paulina Pannen MLS F, pihaknya juga merinci contoh tools AI yang dapat dipakai mahasiswa dan dosen dengan bijak. Daftar tools ini disertai keterangan fungsinya, gratis atau berbayar, serta link tools.
Keterangan tiap tools AI juga disertai apakah tools bersangkutan sudah memenuhi aturan hak kekayaan intelelektual (HKI), privasi, keamanan, dan HKI terhadap data set dan hasil pengolahannya.
Sejumlah contoh tools dan aplikasi yang tidak sepenuhnya memenuhi aturan HKI juga diterangkan dalam panduan resmi ini. Mahasiswa dan dosen juga bisa membaca sejumlah keterbatasan dan risiko aplikasi-aplikasi AI generatif tersebut.
Paulina berharap, daftar tools ini juga bisa bertambah sehingga mendukung pembelajaran dan aktivitas akademik mahasiswa dan dosen secara positif.
“Kita berikan contoh banyak, cukup banyak, kalau mau mengubah teks, bikin summary, bikin soal, bikin macam-macam pakai GenAI, kita berikan alat-alatnya. Harapannya tools itu tidak berhenti di buku ini saja, tapi memang betul dimanfaatkan, dan daftarnya bisa bertambah dari mahasiswa maupun dari dosen,” ucap Direktur Indonesia Cyber Education (ICE) Institute tersebut.
Dirangkum detikEdu, berikut sejumlah aplikasi dan tools AI generatif yang bisa dimanfaatkan mahasiswa dan dosen.
1. Gemini
Fungsi: Analisis data, prediksi, dan otomatisasi tugas bisnis, dan lain-lain
Link: https://gemini.google.com
2. ChatGPT
Fungsi: Menulis dan merangkum teks, membuat kerangka teks, menjawab pertanyaan tentang isi suatu teks, menghasilkan dan menjelaskan source code, mengajukan pertanyaan tentang source code (untuk mahasiswa IT).
Link: dan berbayar)
3. GitHub Copilot Program
Fungsi: Menulis kode, mengembangkan perangkat lunak (software).
Link: https://github.com/features/copilot
4. Quickchat
Fungsi: Otomatisasi interaksi dengan pelanggan (chatbot).
Link: https://quickchat.ai
5. StoryLab.AI
Fungsi: Menghasilkan ide cerita dan menulis konten berdasarkan prompt, analisis tren konten, dan menyusun struktur naratif.
Link: https://storylab.ai
6. Writefull Title Generator
Fungsi: Menghasilkan judul berdasarkan abstrak atau teks yang dimasukkan, analisis kecocokan judul, dan penyesuaian berdasarkan tujuan atau konten
Link: (gratis dan berbayar)
7. Microsoft Copilot
Fungsi: Membantu penulisan, membuat presentasi, analsisi data, dan mengelola email lewat aplikasi-aplikasi Microsoft 365 seperti Word, Excel, PowerPoint, Outlook.
Link: https://copilot.microsoft.com
8. TTS Prosa
Fungsi: Mengubah teks jadi suara (text-to-speech) untuk kebutuhan video, audiobook, web dan article reader, aplikasi, voice command, dan notulensi rapat, dengan jenis-jenis suara yang dikembangkan sendiri oleh pihak TTS Prosa (dari Indonesia).
Link: https://tts.prosa.ai
9. Bahasakita
Fungsi: Mengubah ucapan jadi teks untuk kebutuhan menulis catatan, transkripsi percakapan, transkripsi rekaman kuliah dan seminar, dan lain-lain.
Link: https://dikte.in
10. Podcastle
Fungsi: Merekam dan mengedit podcast, membuat transkripsi, merekam wawancara jarak jauh, dan menambah efek suara dan musik, menghasilkan video podcast format 4K.
Link: https://podcastle.ai/tools/podcast-recording
Catatan HKI: Pertimbangkan kembali jika suara yang direkam punya lisensi penggunaan tertentu yang dimiliki artisnya.
11. OpenAI TTS
Fungsi: Mengubah teks ke suara untuk konten pendidikan, aplikasi asisten virtual, narasi, dan konten audio multi bahasa dalam format MP3, AAC, FLAC, Opus, dan lain-lain.
Link: https://openai.com/research/whisper
12. Speechify
Fungsi: Mendengarkan teks (konversi teks ke suara) pada dokumen, artikel, dan halaman web, untuk mendukung aksesibilitas dan pembelajaran inklusif secara pribadi atau profesional.
Link: https://speechify.com
Catatan: Pertimbangkan hak kekayaan intelektual dalam pembuatan dan distribusi hasil suara.
13. Google text-to-speech
Fungsi: Mengubah teks jadi audio seperti untuk audio book, panduan berformat audio, dan asisten suara.
Link: https://cloud.google.com/text-to-speech
Catatan: Pertimbangkan hak kekayaan intelektual dalam pembuatan dan distribusi hasil suara.
14. Mubert
Fungsi: Membuat musik latar dan konten audio kreatif.
Link: https://mubert.com
Catatan: Pertimbangkan hak kekayaan intelektual dalam pemanfaatan dan distribusi hasil musik.
15. Soundful
Fungsi: Membuat musik latar, soundtrack, dan konten audio lainnya berbagai format untuk kebutuhan pribadi atau komersial.
Link: https://soundful.com
Catatan: Pertimbangkan hak kekayaan intelektual dalam pemanfaatan dan distribusi hasil suara.
16. Stable Diffusion
Fungsi: Menghasilkan gambar dan desain visual.
Link: dan berbayar)
17. DALL-E 3
Fungsi: Menghasilkan gambar dan desain visual.
Link: (berbayar, bagian langganan ChatGPT Plus).
18. Illustroke
Fungsi: Menghasilkan gambar dan desain grafis.
Link: (berbayar)
19. Midjourney
Fungsi: Menghasilkan gambar (saat ini via Discord), tidak ideal jika ingin membuat desain bisnis yang rahasia.
Link: (berbayar)
20. Flair
Fungsi: Menghasilkan konten dan desain iklan, bisa diintegrasikan dengan template yang dimasukkan, bisa disesuaikan dengan elemen grafis (untuk mahasiswa desain grafis)
Link: (gratis dan berbayar)
21. Stockimg
Fungsi: Menghasilkan desain, gambar, dan karya grafis seperti logo, poster, dan sampul buku berdasarkan template atau dibuat dari awal, hasil kreativitas terbatas sehingga perlu disesuaikan lebih lanjut.
Link: https://stockimg.ai
22. Synthesia
Fungsi: Membuat video pembelajaran, pemasaran, dan komunikasi bisnis.
Link: (berlangganan)
23. Open Knowledge Maps
Fungsi: Mencari literatur, analisis teks untuk menghasilkan peta topik suatu penelitian, termasuk artikel ilmiah dan konsep yang relevan.
Link: https://openknowledgemaps.org
24. Revision.AI
Fungsi: Membuat kartu flash dari dokumen PDF, menyesuaikan isi kartu.
Link: https://revision.ai
25. Gradescope
Fungsi: Menilai tugas, ujian, PR, memberi umpan balik pada mahasiswa, analisis hasil yang terintegrasi sistem manajemen pembelajaran (LMS)
Link: https://gradescope.com
Catatan: Pertimbangkan hak kekayaan intelektual dalam teknologi penilaian otomatis dan pemanfaatan data.
26. Otter
Fungsi: Transkripsi (suara ke teks) dalam bahasa Inggris.
Link: (gratis terbatas dan berbayar)
27. Meeting.ai
Fungsi: Transkripsi multi bahasa (termasuk bahasa Indonesia), membuat rangkuman percakapan dari rekaman suara, Google Meet, Zoom, dan Microsoft teams.
Link: (gratis terbatas dan berbayar)
28. Meemo Prosa
Fungsi: Mentranskrip percakapan dan membuat notulensi rapat otomatis dalam bahasa Indonesia/
Link: https://meemo.prosa.ai
29. Perplexity AI
Fungsi: Merangkum teks panjang, menjawab pertanyaan berdasarkan teks atau konteks tertentu, mendeteksi topik, menganalisis sentimen, memberi wawasan prediktif untuk bantu mengambil keputusan.
Link: https://perplexity.ai
30. Dragon Pro
Fungsi: Transkripsi suara jadi teks (speech-to-text), mengontrol perangkat lewat suara.
Link: https://nuance.com/dragon
Catatan: Perhatikan hak kekayaan intelektual dalam pemanfaatan dan distribusi hasil transkripsi.
31. ClickUp
Fungsi: Manajemen proyek, kolaborasi tim, melacak tugas dan perencanaannya
Link: https://clickup.com/ai
Catatan: Perhatikan hak kekayaan intelektual dalam penggunaan dan integrasi AI.
32. Claude
Fungsi: Menganalisis teks, menjawab pertanyaan, membantu pemrograman, memberi contoh program sesuai pertanyaan, membantu penulisan kreatif.
Link: https://claude.ai
33. Microsoft Azure Speech-to-Text
Fungsi: Transkripsi suara ke teks termasuk dalam bahasa Indonesia dan lainnya, input termasuk audio maupun video.
Link: https://azure.microsoft.com/en-us/services/cognitive-services/speech-to-text
Catatan: Perhatikan hak kekayaan intelektual dalam pemanfaatan dan distribusi hasil transkripsi.
34. Resumeworded
Fungsi: Bantu menaikkan kualitas resume dan profil LinkedIn, memberi umpan balik perbaikan, membantu menemukan lowongan pekerjaan yang relevan.
Link: (gratis terbatas dan berbayar)
35. DeepL Write
Fungsi: Mengedit tulisan; menaikkan kualitas teks pada frasa, gaya bahasa (formal, bisnis, akademis, kasual), dan diksi; analisis grammar.
Link: (gratis terbatas dan berbayar)
36. Invideo
Fungsi: Membuat video presentasi, promosi, media sosial, pendidikan, dan konten pemasaran hingga format 1080p dan 4K dari template, mengedit video, membuat video dari teks, menyediakan stok media, dan memungkinkan kolaborasi tim.
Link: (gratis dan berbayar)
Daftar tools AI generatif lebih lanjut bisa dilihat di s.id/PanduanGenAI. Semoga bermanfaat, detikers!
(twu/nwk)