Jakarta –
Semasa sekolah, polina Sushina sadar ia berminat dan berbakat di bidang bahasa asing. Bekal ini ia mendorongnya untuk memilih kuliah di bidang bahasa di Universitas Negeri St Petersburg, Rusia.
Saran orang tua mengantarkan Polina untuk riset lebih jauh tentang prodi yang akan diambil. Kelak, ia mengambil prodi S1 bahasa Indonesia di sana.
Meriset Jurusan Kuliah
Polina menuturkan, ia sendiri memilih bahasa Indonesia karena jumlah guru atau ahli bahasa Indonesia di Rusia menurutnya masih sedikit. Ia berharap celah rendahnya persaingan akan jadi peluang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Waktu saya memilih universitas dan program, orang tua saya menasihati untuk mengambil bahasa Asia karena di Rusia kami kekurangan ahli bahasa Asia. Dan saya berpikir pada waktu itu, mungkin itu kesempatan yang bagus nanti buat saya, buat karier,” ucapnya pada detikEdu di Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (16/11/2024).
Polina juga mendapati bahwa berdasarkan laporan PricewaterhouseCoopers (PwC), Indonesia diperkirakan akan jadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 pada 2050 di bawah China, India, dan AS. Besarnya Indonesia dan hubungan Rusia-RI juga jadi pertimbangannya untuk makin mantap berkuliah bahasa Indonesia.
Kuliah Bahasa Indonesia
Di bangku kuliah, ia mempelajari sastra Indonesia, budaya Indonesia, geografi, sejarah. Seiring waktu, ia pun tahu film, lagu, dan bukunya. Namun, ia memilih untuk belajar bahasa Indonesia tidak dari lagu dan karya-karya puitis.
“Di lagu-lagu itu, kata-kata itu bisa tidak diucapkan tidak jelas, ya, karena dia menyanyi. Dan kadang-kadang letak kalimat itu dalam lagu tidak seperti di kalimat biasa, ya,” tuturnya.
Alih-alih belajar dari lagu dan film, ia mengaku fokus dan giat belajar pada dosen-dosennya dan para ahli bahasa Indonesia dan Rusia. Hal ini menurutnya penting agar bisa jadi profesional yang berkualitas usai lulus.
“Karena ini kan menjadi profesi, jadi harus memang serius dalam hal ini, ini bukan, apa ya, kentang-kentang, ya, gitu,” tuturnya nyengir.
“Jadi kami belajar dengan serius, karena nanti kami misalnya menjadi penerjemah buat orang yang penting, ya. Jadi tidak bisa sembarangan, tidak bisa pakai bahasa gaul, misalnya,” imbuh penerjemah ini.
Rampung ia S1, warga dunia dihadapkan pada pandemi COVID-19. Kendeti terkendala, ia coba mencari peluang dan menemukan festival berbahasa Indonesia. Di sana, ia menceritakan kisah Masjid Soekarno di St Petersburg yang menyimpan potongan sejarah hubungan RI dan Rusia.
Kuliah S2 dan Pelatihan BIPA
Peluang lain terbuka lewat beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Lolos sebagai penerma beasiswa, Polina melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan . Di sana, ia kuliah di prodi pendidikan bahasa Indonesia.
Semasa berkuliah, ia juga aktif menjadi mengikuti International Student Summit (ISS) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 2022 lalu.
Rampung studi 3 tahun di UNY, Polina juga mengikuti pelatihan untuk pengajar asing Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) yang perdana diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).
Di pelatihan, ia belajar terkait isu tata bahasa untuk penutur asing hingga ungkapan khas Indonesia.
“Misalnya seusia (seumur) jagung, tidak ada padanannya,” ucapnya.
Tak hanya belajar bahasa, Polina menuturkan, ia juga belajar warisan budaya Indonesia seperti batik.
Internasionalisasi Bahasa Indonesia
Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz mengatakan, perluasan negara, lembaga, dan komunitas sasaran pembelajaran BIPA menjadi salah satu fokus pada prioritas Badan Bahasa ketiga, yakni internasionalisasi bahasa Indonesia.
Sepanjang 2024, pihaknya juga antara lain menggelar program peningkatan kompetensi pengajar BIPA setempat lewat BIPA Fellowship. Di samping itu, bahan ajar BIPA dikembangkan berbasis digital.
Aminudin mengatakan, internasionalisasi bahasa Indonesia berawal dari Kongres Bahasa Indonesia mengamanatkan pemerintah agar bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional pada 2024, bersamaan dengan dengan 100 tahun Indonesia (Indonesia Emas)
Berbekal berbagai upaya, pada 20 November 2023, sidang umum UNESCO menetapkan bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-10 bahasa resmi sidang umum UNESCO.
“Berhasil mencapai taraf itu di 2023, berarti ada 22 tahun percepatan,” ucapnya pada wartawan di Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (16/12/2024).
Kini pada 2024, Indonesia memasuki tahap implementasi peta jalan internasionalisasi bahasa Indonesia dalam payung Lingua Franca Plus.
(twu/pal)