Jakarta –
Wacana saham akan diajarkan kepada anak mulai SD mencuat belakangan ini. Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, saham bisa menjadi bagian pembelajaran matematika dan ekonomi.
“Jadi mungkin pasar modal itu bisa saja menjadi bagian pengkajian di matematika atau pelajaran ekonomi dan sebagainya,” ujar Mu’ti di Gedung A Kemendikdasmen, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (7/1/2024).
Mu’ti menegaskan pembelajaran saham ini mesti dikaji dengan jelas. Namun, pihaknya akan memastikan soal kurikulum terlebih dahulu.
“Soal kurikulum belum kami bahas ya, kalau semua diakomodir nanti nanti pelajarannya bisa 100 mata pelajaran,” tegasnya.
Menurut Mu’ti, saham bisa menjadi contoh pembelajaran terintegrasi. Hal tersebut berkaitan dengan deep learning.
“Dengan deep learning itu kami berusaha agar pembelajaran terintegrasi dengan banyak aspek yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,” katanya.
Awal Mencuatnya Wacana Pembelajaran Saham Sejak SD
Sebelumnya, wacana pembelajaran saham ini disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani. Ia mengatakan pemahaman jual-beli saham perlu diajarkan sejak SD.
“Sekarang seharusnya ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi, tapi bahkan di tingkat sekolah dasar, sehingga mereka jadi lebih familiar dengan bursa efek,” kata Sri Mulyani, dilansir dari arsip detikEdu.
Menurut Sri, upaya pembelajaran saham sejak dini ini penting untuk membangun kebiasaan bertransaksi. Ia berharap siswa SD dan SMP bisa merealisasikannya sejak dini.
“Ini hanya bisa dilakukan kalau kita juga bersama-sama nanti masuk ke kurikulum; bagaimana cara penyampaiannya, dan bagaimana mereka merasa terbiasa dengan transaksi,” kata Sri.
Namun, sebelum membuat kebijakan pembelajaran saham sejak SD Sri menegaskan perlu ada kepastian tata kelola saham di perusahaan sudah baik.
“Sehingga masyarakat tidak merasa bahwa mereka membeli sebuah surat berharga yang ternyata tidak berharga. Ini adalah tantangan kita semua,” ucapnya.
(cyu/nwk)