Jakarta –
Pendidikan literasi finansial kini masuk Kurikulum Merdeka. Pendidikan ini dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan intrakurikuler di mata pelajaran, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan integrasi literasi finansial ke dalam kurikulum bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan yang baik.
Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), 80.000 (2%) dari total 4 juta pelaku judi online di Indonesia adalah anak-anak usia di bawah 10 tahun. Sementara pelaku judi online usia 10-20 tahun sebanyak 400.000 (8%).
“2 persen dari 4 juta pemain judi online ternyata adalah anak-anak di bawa umur 10 tahun karena mereka merasa sedang bermain game online. Ini artinya literasi finansial dan digital dari orang tua dan guru juga menjadi kunci di dalam mitigasi problem judi online ini,” kata Nino, dikutip dari kanal YouTube Kemdikbud RI, Jumat (18/10/2024).
Sementara itu berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit macet pinjaman didominasi anak muda usia 19-34 tahun. Adapun dalam survei OJK 2022, tingkat literasi finansial Indonesia kurang dari 50 persen, sedangkan inklusi finansial mencapai 85 persen.
“Banyak yang sudah punya akses ke layanan dengan beragam produk keuangan yang sudah semakin kompleks, tapi di sisi lain pengetahuannya masih sangat rendah,” ucapnya.
Kerja Sama Literasi Finansial
Nino menjelaskan, rendahnya literasi finansial dapat berdampak pada tingkat kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat. Peningkatan literasi finansial secara masif dan sistematis menjadi perlu dilakukan.
Ia menekankan, pendidikan literasi finansial bersifat tidak wajib dan tidak bertumpu pada guru dan sekolah saja. Semua pemangku kebijakan diharapkan mendukung pelaksanaan pendidikan literasi finansial untuk peserta didik.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan, Barat Rita Hastarita mengatakan, pihaknya antara lain bekerja sama dengan OJK dan Bank Indonesia di wilayahnya untuk meningkatkan kapasitas pendidik dalam pendidikan literasi finansial.
Sementara Kepala SMAN 3 Pontianak, Moh Ikhwan menuturkan, pihaknya antara lain bekerja sama dengan Bank Sampah Rosella untuk sekaligus merespons masalah tumpukan sampah plastik di sekolah.
Ikhwan menuturkan, setiap tiga minggu, sampah yang dihasilkan dari botol dan kemasan makanan diambil oleh pihak bank.
“Hasilnya menjadi uang kas kelas,” tuturnya.
Buku panduan Pendidikan Literasi Finansial Kemdikbud bisa diunduh (download) di LINK INI
(twu/faz)