Prestasi generasi muda di All England dari para pemain badminton putra Indonesia pada tahun 2024 ini kian membanggakan. Di gelaran kali ini, Indonesia berhasil meraih predikat juara umum setelah tiga pemain muda putra meraih juara dalam dua kategori yaitu tunggal dan ganda. Kemenangan-kemenangan tersebut sangat emosional dan bersejarah bagi Indonesia.
Kemenangan tunggal putra Jonatan Christie sangat emosional dan bersejarah karena jadi yang pertama kalinya sejak tahun 1994. Kala itu, juara All England terakhir dari Indonesia adalah Hariyanto Arbi. Sementara itu, kemenangan bersejarah juga diraih ganda putra Fajar dan Rian setelah berhasil mempertahankan gelar juaranya. Mereka tercatat sebagai ganda putra kedua yang mampu mempertahankan gelar juara All England.
Generasi Muda dan Pola Pembinaan yang Baik di Ganda Putra Badminton Indonesia
Jika kemenangan Jonatan Christie atas Anthony Sinisuka Ginting jadi final yang mengejutkan, lain halnya dengan kemenangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto atas pasangan Malaysia di final All England 2024. Entah bagaimana caranya, ganda putra badminton Indonesia tidak pernah kehilangan generasi juara dan calon juara. Mulai dari Christian Hadinata dan Ade Chandra, Ricky Subagja dan Rexy Mainaky, sampai Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi.
Prestasi generasi muda di All England oleh Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto tersebut pastinya bukan hanya karena faktor keberuntungan. Pasti ada suatu nilai dan pola pembinaan sangat baik yang diturunkan dari generasi juara ke generasi berikutnya. Dan juga pembinaan atau pendidikan tersebut pastinya bukan cuma soal teknis tetapi juga tentang mental dan nilai-nilai positif dalam olahraga badminton.
Baca juga: Menyelamatkan Bumi Dimulai dari Pakan Ternak, Apakah Bisa?
Pembinaan Berkelanjutan untuk Generasi Muda Badminton Indonesia yang Berprestasi
Berkaca dari ganda putra Indonesia, tim pelatih, staf, pemain tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, serta ganda campuran perlu terus melakukan peningkatan. Lebih jauh lagi, tim badminton Indonesia juga bisa melihat ke Tiongkok yang seakan tidak pernah kehabisan stok pemain badminton berprestasi.
Pastinya Pelatihan Nasional Badminton Indonesia telah melakukan pembinaan berkelanjutan tersebut. Namun jika hasilnya seperti prestasi tunggal putri dan ganda putri yang stagnan, serta seperti prestasi ganda campuran dan tunggal putra yang fluktuatif. Maka pola pelatihan, pembinaan, atau pendidikannya perlu dievaluasi. Setidaknya hingga bisa menyamai tim ganda putra Indonesia yang selalu jadi andalan hampir di setiap turnamen internasional.
Prestasi generasi muda di All England pasti bukan cuma kebetulan. Sejak dahulu, dunia internasional sudah mengakui prestasi tim ganda putra badminton Indonesia. Sedangkan Jonatan Christie dan tim tunggal putra Indonesia bukan hanya perlu mempertahankan prestasinya tetapi juga mewariskan pembinaan teknis serta non teknis yang sangat baik pada generasi setelahnya.