Jakarta –
Joint Research Lab Indonesia-China bidang material untuk energi baru dan rekayasa metalurgi baru saja diresmikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan pada Rabu (28/8/2024) di ITB Jatinangor. Apa saja kecanggihan laboratorium ini?
Menurut Profesor Hydrometallurgy ITB Prof Dr M Zaki Mubarok dikutip dari IG dosen Teknik Metalurgi ITB Imam Santoso, @santosoim, untuk bahan baku baterai saat ini Indonesia hanya bisa bikin sampai nikel sulfat. Dengan adanya laboratorium ini, Indonesia diharapkan mampu membuat bahan baku baterai sampai hilir termasuk anoda, katoda dan elektrolit sampai jadi wujud baterainya, bahkan industrinya.
“Kelebihan Lab ini adalah peralatan analisis tersedia cukup lengkap di tempat yang sama. Alat-alat analisis dan karakterisasi material merupakan generasi terbaru yang dibeli dari penyedia peralatan laboratorium terkemuka dari Jepang, Jerman, dan USA. Terdapat peralatan analisis dan karakterisasi material yang masing tergolong “langka” di Indonesia seperti EPMA (Electron Probe Microanalyzer),” tutur Prof Zaki menjawab pertanyaan tertulis detikEdu, ditulis Selasa (3/9/2024).
Pada lab ekstraksi, imbuhnya, terdapat reaktor dengan beberapa kapasitas yaitu 10 l, 100 l, dan 1000 l yang pengoperasiannya terkontrol dengan baik melalui sistem kontrol yang terintegrasi. Selain itu, laboratorium riset gabungan ini dilengkapi dengan sistem suplai gas terpusat, sistem suplai air distilasi terpusat, dan instalasi pengolah gas buang (scrubber) serta penampung limbah cair yang terpusat. Laboratorium juga dilengkapi 3 meeting room, co-working space untuk mahasiswa yang luas, dan 2 ruang kelas yang nyaman.
Berikut wawancara lengkap detikEdu dengan Prof Dr M Zaki Mubarok sebagai Ketua Project Implementation Unit (PIU) dari Joint Research Lab Indonesia-China tersebut dan juga sebagai guru besar Teknik Metalurgi-ITB, tentang kecanggihan dan keunggulan dari lab gabungan RI-China bidang material untuk energi baru dan metalurgi.
Apa latar belakang atau alasan utama di balik pendirian Joint Research Lab Indonesia-China di bidang Energi Baru dan Metalurgi ini?
Dalam 2-3 tahun terakhir telah diinisiasi kerjasama tripartit antara ITB-GEM (Green Eco Manufacture) dan Central South University (CSU). MoU Kerjasama yang melibatkan 3 pihak telah ditandatangani pada 6 November 2023, yang meliputi kerja sama pendidikan dan penelitian.
Sejak April 2022, ITB telah mengangkat 3 professor dari CSU (yaitu Prof Xu Kaihua yang juga CEO GEM, Prof Guo Xueyi, dan Prof Liyuan Chai) sebagai profesor tamu di Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) – ITB. Sebaliknya 2 profesor dari ITB diangkat juga menjadi profesor tamu di CSU. Selain itu telah berjalan pengiriman mahasiswa lulusan sarjana ITB dan universitas lain di Indonesia ke CSU di Changsha China untuk menempuh program magister di bidang metalurgi yang sudah berlangsung selama 4 batch.
Di sisi lain, GEM mempunyai pabrik pengolahan bijih nikel di Morowali, Sulawesi Tengah yang saat ini memproduksi mixed hydroxide precipitate yang masih perlu diproses lebih lanjut dalam beberapa tahapan untuk menjadi material katoda baterai ion-litium.
Untuk memperkuat fasilitas riset di ITB dan mendukung program kerjasama yang sudah berjalan, maka ITB meminta dibangun fasilitas joint-research laboratory di kampus ITB agar ITB dapat tumbuh bersama-sama dengan CSU dan GEM.
Sejak Semester 1 2024-2025 yang akan dimulai pada awal Bulan September 2024 ini, Sekolah Pascasarjana ITB juga akan membuka Program Magister Multidisiplin Material Baterai dan Program Doktor yang nanti riset dan perkuliahannya akan menggunakan fasilitas Joint Research Lab Indonesia-China yang sudah dibangun di Kampus Jatinangor. Total 10 mahasiswa magister dan 2 mahasiswa doktor telah ditetapkan sebagai penerima beasiswa ITB-GEM untuk program ini. Program-program kerjasama pendidikan dan penelitian ini memerlukan fasilitas riset yang mendukungnya.
Bisa diuraikan fakta-fakta laboratorium saat ini Prof? (Jumlah alat utama, nama-fungsi dan apa saja kecanggihan dan parameternya, jumlah laboran dan sebagainya).
Laboratorium yang telah diresmikan terdiri dari:
1) Peralatan untuk karakterisasi dan analisis fisik dan kimia yang terdiri dari
- EPMA (Electron Probe Micro Analyzer)
- SEM (Scanning Electron Microscope )
- XRF (X-ray Fluorescence)
- XRD (X-ray Diffraction )
- AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer)
- LA (Lase Ablation)
- ICP MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry)
- GC (Gas Chromatography)
- IC (Ion Chromatography)
- TGA-DSC
- PSA
- Zeta Potential Meter
- EHF
Alat-alat untuk karakterisasi dan analisis tersebut merupakan generasi terbaru dari penyedia alat laboratorium terkemuka dari Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.
2) Laboratorium hidrometalurgi yang terdiri dari tangki-tangki agitator pada tekanan atmosferik dan tekanan tinggi (10 l, 100 l, 1000 l), tangki presipitasi, dan mixer-settler untuk percobaan solvent extraction yang terhubung dengan control room
3) Laboratorium sintesis material baterai
4) Laboratorium pengujian performa baterai
5) Laboratorium preparasi fisik dan kimia
6) Laboratorium daur ulang logam.
Jumlah total peralatan sekitar 300 unit. Jumlah laboran saat ini sekitar 20 orang. Program pelatihan penggunaan peralatan untuk dosen, analis dan mahasiswa pascasarjana (mahasiswa program magister dan doktor) merupakan agenda yang dalam waktu dekat akan dilaksanakan.
Apa yang membedakan lab ini dengan lab sejenis pada umumnya? Di Indonesia ada berapa laboratorium canggih seperti ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya?
Laboratorium ini melengkapi lab-lab yang sudah ada di ITB sebelumnya, misalnya yang sudah ada di Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi. Kelebihan Lab ini adalah peralatan analisis tersedia cukup lengkap di tempat yang sama. Alat-alat analisis dan karakterisasi material merupakan generasi terbaru yang dibeli dari penyedia peralatan laboratorium terkemuka dari Jepang, Jerman, dan USA.
Terdapat peralatan analisis dan karakterisasi material yang masing tergolong “langka” di Indonesia seperti EPMA (Electron Probe Microanalyzer). Pada lab Ekstraksi terdapat reaktor dengan beberapa kapasitas yaitu 10 l, 100 l, dan 1000 l yang pengoperasiannya terkontrol dengan baik melalui sistem kontrol yang terintegrasi. Selain itu, joint research lab ini dilengkapi dengan sistem suplai gas terpusat, sistem suplai air distilasi terpusat, dan instalasi pengolah gas buang (scrubber) serta penampung limbah cair yang terpusat. Laboratorium juga dilengkapi 3 meeting room, co-working space untuk mahasiswa yang luas, dan 2 ruang kelas yang nyaman.
Dari MoU sampai peresmian Lab ini total 10 bulan, berapa total investasi pembangunan dan tantangan yang dihadapi selama proses pembangunannya?
Menurut GEM sebagai penyandang dana Joint Research Lab ini, total investasi untuk lab ini adalah USD 150 juta. Tantangan yang dihadapi adalah mengkoordinasikan kontraktor GEM yang terdiri dari tenaga lokal dan tenaga kerja China dengan tim proyek ITB beserta direktorat terkait di ITB dapat secara bersinergi menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang cukup ketat.
Ada tantangan yang diantisipasi dalam menjalankan Joint Research Lab ini, terutama memastikan keberlanjutan riset dan inovasi, dan bagaimana strategi untuk mengatasinya?
Tentu tantangan dalam menjalankan Joint Research Lab ini adalah bagaimana menjalankan program-program riset unggulan yang dapat menghasilkan inovasi-inovasi, publikasi ilmiah berkualitas dan patent. Untuk mencapai hal ini perlu organisasi yang solid, sumber daya manusia yang kompeten dan berkomitmen, program kerja yang terencana dengan baik, dan dukungan pendanaan yang sustainable.
Bagaimana laboratorium ini akan melibatkan mahasiswa, dosen, dan peneliti dari ITB atau universitas lainnya di Indonesia?
Pada prinsipnya laboratorium ini dapat digunakan untuk mahasiswa, dosen dan peneliti ITB yang akan melakukan penelitian atau analisis menggunakan alat-alat yang ada. Tentu sesuai dengan namanya yaitu joint research untuk material energi baru dan rekayasa metalurgi, dosen dan peneliti pada bidang ini akan banyak menggunakan fasilitas lab ini.
Mahasiswa magister dan doktor dalam bidang rekayasa metalurgi dan material energi baru akan diarahkan untuk bekerja di lab ini dengan dibimbing oleh dosen-dosen pembimbingnya. Penggunaan peralatan akan diatur sedemikian rupa melalui sistem agar dapat dilakukan secara terarah, disiplin dan terjadwal dengan baik.
Hasil konkret bagaimana yang diharapkan dari adanya lab ini? Indikator kuncinya apa saja?
Program-program riset unggulan yang dapat menghasilkan inovasi-inovasi, publikasi ilmiah berkualitas dan patent. Indikatornya adalah jumlah publikasi ilmiah, khususnya pada jurnal internasional bereputasi, jumlah patent, kerjasama dengan industri yang dapat dievaluasi setiap tahun dan dalam 5 tahun.
Bagaimana proses kolaborasi antara Indonesia dan China dalam laboratorium ini, khususnya dalam hal pembagian sumber daya, pengetahuan, dan teknologi?
Pada prinsipnya ITB, CSU dan GEM sudah bersepakat melalui MoU untuk bekerjasama dalam pendidikan dan riset untuk menghasilkan produk-produk riset bersama yang berkualitas dan berkelas dunia serta talent-talent yang kompeten yang dapat menjadi pelopor di industri terkait dan/atau menjadi scientist/researcher yang unggul. Kolaborasi tripartit ini ke depan akan terus didorong agar dapat menghasilkan produk riset bersama berkelas dunia.
Apakah ada program atau proyek tertentu yang sudah direncanakan untuk dimulai dalam waktu dekat di laboratorium ini?
Sudah ada, yaitu riset-riset doktor dari mahasiswa bimbingan saya sendiri dan dosen lainnya, praktikum dan tesis dari mahasiswa Program Magister Multidisiplin Material Baterai dan juga sedang dijajaki kerjasama riset dan pengujian metalurgi dengan salah satu perusahaan tambang nikel terkemuka di dalam negeri.
Bagaimana laboratorium ini akan berkolaborasi dengan sektor industri di Indonesia dan China?
Iya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, fasilitas laboratorium dapat digunakan untuk riset-riset dan pengujian yang diperlukan oleh industri untuk proses desain, modifikasi dan troubleshooting proses yang sudah berjalan.
Sebagai contoh peralatan high pressure acid leaching (HPAL) dan unit mixer settler dapat digunakan untuk pengujian terkait proses pengolahan dan pemurnian nikel dengan jalur hidrometalurgi yang industrinya sedang tumbuh pesat di Indonesia, termasuk salah satunya adalah QMB yang merupakan anak Perusahaan GEM.
Itu dia penjelasan Prof Zaki Mubarok tentang kecanggihan laboratorium gabungan Indonesia-China di ITB, yang menurut Menko Luhut sebagai wujud peningkatan kualitas SDM unggul dan riset inovatif untuk mencapai program hilirisasi industri.
(nwk/pal)