Jakarta –
Periset dan pakar pengembangan profesional guru bahasa Inggris, Neny Isharyanti menjelaskan tentang tantangan profesi guru di Indonesia. Ia menuangkannya dalam laporan bertajuk Teacher Professional Development (TPD).
Neny menyebut bahwa Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan salah satu program pengembangan yang efektif. Khususnya untuk memperkuat kemampuan bahasa Inggris guru menyambut mata pelajaran ini akan wajib mulai SD.
“Memperoleh sertifikasi kemahiran berbahasa Inggris internasional seperti IELTS, TOEFL, atau TOEIC dapat membantu dalam menunjukkan keterampilan berbahasa kepada para pemberi kerja. Sertifikasi ini menilai keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Inggris dan diakui secara luas oleh lembaga pendidikan dan pemberi kerja di seluruh dunia,” tulis Neny dalam laporannya.
Ia melihat PPG mampu meningkatkan motivasi guru dalam belajar. Salah alasannya karena adanya sertifikasi.
“Setelah menyelesaikan PPG, calon guru harus memperoleh sertifikasi guru nasional dengan lulus Uji Kompetensi Guru (UKG), yang menilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru dalam bidang studi yang akan diajarkannya,” katanya.
Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini wajib dimiliki oleh semua guru di sekolah negeri. Tetapi mungkin tidak diwajibkan bagi semua sekolah swasta.
Tantangan Program Guru di Indonesia
Selain mengungkap keuntungan dari PPG, Neny juga menyampaikan beberapa tantangan program tersebut. Khususnya, tantangan para guru yang masih jadi masalah hingga saat ini.
“Kita harus sadar bahwa profesi guru bukan sesuatu yang seksi. Ada kekhawatiran bahwa menjadi guru itu bukan sesuatu,” kata Neny.
Ia melihat bahwa permasalah turun temurun soal guru di Indonesia adalah soal kesejahteraan mereka. Padahal, di negara lain profesi ini diupah dengan besar nominal yang sepadan.
“Ada guru sendiri ada khawatir mengenai kesejahteraan guru terdapat banyak walaupun apa namanya ada upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan tidak hanya finansial tetapi juga dari segi mental,” tuturnya.
Dituturkan oleh periset lain dari perusahaan teknologi ACER yakni Anita Triastuti bahwa tantangan profesi guru di Indonesia harus dilihat lebih mendalam dan detail. Jika ditelisik lebih detail, masih banyak kesenjangan profesi ini.
“kesenjangan yang ada di Indonesia di berbagai bidang mulai kesenjangan dari akses sumber daya teknologi sosial gender dan sebagainya seperti tadi dipaparkan dalam hasil penelitian kami,” kata Anita.
Lalu, masalah selanjutnya adalah integrasi sistem dan struktur kurikulum yang harus jelas. Ia menyarankan pemerintah agar memasukkan literasi digital ke dalam standar pendidikan profesi guru.
“Menjadi background juga kita bagaimana struktur kurikulum dalam itu mengakomodasi perkembangan keilmuan dan juga digital literasi,” ucap Anita.
(cyu/nwy)