Jakarta –
Karya anak Indonesia kembali meraih prestasi kelas dunia. Melalui karya robot pemetik buah otomatis, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) sukses bawa pulang Medallion for Excellence di ajang WorldSkills Competitions (WSC), Lyon, Prancis pada September lalu.
Robot pemetik buah otomatis ciptaan Ahmad Yogi Fernanda mahasiswa D4 Mekatronika dan rekannya Deny mahasiswa Teknik Komputer diberi nama Badak V7. Selama WSC, Badak V7 memperlihatkan kemampuannya dalam memetik buah apel langsung dari pohonnya.
Yogi menjelaskan kehadiran Badak V7 tidak lepas dari peran krusial Autonomous Mobile Robot (AMR). Mengambil tema pertanian, robot yang dirancangnya mampu mendeteksi objek berbagai ukuran dan bentuk.
“Kami merancang robot yang mampu mendeteksi dan mengambil objek berukuran minimal 40 mm x 40 mm x 60 mm hingga maksimal 60 mm x 60 mm x 80 mm,” katanya dikutip dari rilis yang diterima detikEdu, Kamis (7/11/2024).
Mampu Membantu Petani dari Tanam Benih-Panen
Secara bentuk, Badak V7 memiliki kerangka fleksibel yang memungkinkan robot bergerak di berbagai medan hingga menangani objek beragam bentuk. Desain yang diciptakan juga sangat fungsional, sehingga berguna dalam membantu petani dari proses penanaman benih hingga panen.
“Robot kami bisa mengangkut keranjang hasil panen dan bahkan menanam benih. Komponen penting seperti base frame, lifter, arm, dan gripper telah kami sempurnakan dalam beberapa versi,” tambah Yogi.
Untuk keseimbangan dan ketepatan navigasi, Badak V7 dilengkapi dengan berbagai sensor. Seperti dua sensor inframerah, dua sensor ultrasonik, kamera 3D kedalaman, dan giroskop.
Sensor inframerah dan ultrasonik berperan penting dalam menjaga stabilitas robot. Sedangkan jalur pergerakannya diatur melalui algoritma Dijkstra.
Keterampilan AMR Dibutuhkan Masa Depan
Keberhasilan mahasiswa PENS ini mendapat sambutan baik dari Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin. Menurutnya prestasi ini membuktikan bila AMR menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting untuk industri masa depan.
Selaras dengan Tatang, Dosen Pembimbing Kompetisi AMR di PENS, Adytia Darmawan juga mengakui keterampilan AMR memiliki prospek yang sangat besar. Sayangnya, sumber daya manusia (SDM) di bidang ini masih sangat terbatas.
“Seiring perkembangan teknologi, keterampilan AMR akan sangat dibutuhkan,” tutur Adytia.
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di bidang AMR, PENS telah mengembangkan kurikulum yang mendukung inovasi mahasiswa. Salah satunya adalah penerapan Lab Based Learning (LBL), yang menekankan riset di laboratorium.
“Di lab, mahasiswa dibiasakan melakukan eksperimen dan berpikir kritis untuk mencari solusi. Ini membantu mereka mengasah keterampilan teknis secara langsung,” jelas Adytia.
Sebagai sosok yang sudah berkecimpung di bidang AMR, Yogi berharap keterampilan ini semakin diperkuat di Indonesia. Sehingga Indonesia semakin bisa melebarkan sayapnya di dunia global dengan SDM yang ahli di bidang AMR.
“Saya berharap ini bisa meningkatkan kompetensi saya dan juga mengantarkan Indonesia untuk bersaing di dunia global dengan SDM yang ahli di bidang AMR,” tutup Yogi.
(det/pal)