Jakarta –
Survei Biaya Hidup Mahasiswa (SBHM) 2024 mengungkapkan bahwa mahasiswa Jogja menghabiskan uang Rp 2,9 per bulan. Pengeluaran ini lebih tinggi dibandingkan Upah Minimum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2024 sebesar Rp 2.125.898,00.
Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Digital (PSEKUIN) UPN Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi, pengeluaran tersebut banyak digunakan mahasiswa untuk gaya hidup atau lifestyle.
“Pengeluaran gaya hidup (lifestyle) meningkat dari Rp 159.620,00 di tahun 2020 menjadi Rp 191.495,00 per bulan di tahun 2024,” tulis Ardito dalam laporan survei yang dilakukan oleh UPN Veteran Yogyakarta (UPNVY) bersama Bank Indonesia (BI) tersebut.
Survei baru ini, dilakukan dengan melibatkan 2.000 mahasiswa dari 43 perguruan tinggi dengan sampling error 2,23%. Pada 2024, survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner tatap muka langsung selama kurun waktu 26 Maret-22 April 2024.
Pengeluaran Mahasiswa Jogja untuk Gaya Hidup
Dalam surveinya, Ardito mengatakan bahwa mahasiswa Jogja mengeluarkan biaya lifestyle paling banyak untuk perawatan wajah dan tubuh (skincare & body treatment) dan kedua untuk nongkrong di kafe.
“Jadi kafe itu selain nongkrong, ya sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Mengerjakan tugas pun jadi ada style-nya, tidak sekadar mengerjakan tugas, gitu ya. Dulu kan di perpustakaan, di ruang baca kampus, bikin kerja kelompok, sekarang ya sudah ke kafe aja,” ucapnya kepada detikEdu.
Baru setelah itu, muncul pengeluaran untuk rekreasi dan hiburan, olahraga, dan penggunaan game online serta aplikasi berbayar.
Tren Menggunakan Merek iPhone Meningkat
Dalam hal preferensi merek smartphone, diketahui bahwa mahasiswa Jogja banyak yang menggunakan merek iPhone. Merek ini mengalahkan yang lain.
“iPhone sekarang (di survei 2024) nomor satu. Jadi sekarang nyari iPhone, mahasiswa itu. Second nggak apa-apa tapi yang penting iPhone. Empat tahun yang lalu masih Samsung nomor satu. iPhone (sekarang) unggul tipis,” ungkap Ardito.
Mahasiswa Jogja Banyak yang Berwirausaha
Di sisi lain, meski gaya hidup melebihi UMR, cukup banyak temuan adanya mahasiswa di Jogja yang kuliah sambil bekerja. Mereka bekerja di bidang yang beragam.
“Sebagian mahasiswa selain kuliah juga bekerja sebagai wirausahawan, asisten praktikum, freelancer, pekerja cafe, dan pengajar kursus,” ujarnya.
Dari jumlah tersebut, rincian profesi yang terbanyak yakni menjadi wirausahawan sebesar 43,41%.
Survei Biaya Hidup Mahasiswa Berikutnya
Ardito berharap, survei edisi berikutnya bisa mencakup sampel yang lebih luas. Terutama agar bisa memberi preferensi yang lebih luas juga.
“Sampelnya diperbesar. Syukur-syukur bisa mencakup semua perguruan tinggi. Tahun ini kan hanya meng-capture yang Diploma dan S1. Sekarang, dengan banyaknya S2-S3 di DIY ini ya, mungkin perlu juga. Saya kalau mau melanjutkan S2 di Jogja berapa sih biaya hidupnya,” paparnya.
“Itu penting juga (ke depan),” imbuhnya.
Ia juga mengatakan bahwa survei ini bisa dilanjutkan oleh peneliti lain. Misal, apakah ada hubungan antara lifestyle dengan indeks prestasi mahasiswa Jogja atau tidak.
“Itu bisa dieksplore sesuai dengan kebutuhan pengguna (penelitinya). Itu lebih menarik lagi,” kata Ardito.
(faz/nwk)