Jakarta –
Empat Sekolah Garuda baru akan beroperasi pada 2026. Sekolah ini akan menggunakan kurikulum nasional dan International Baccalaureate (IB).
Kabar ini disampaikan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof Stella Christie di kantor Kemdiktisaintek, Sabtu (17/5/2025).
Sekolah Garuda merupakan salah satu Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto terkait Asta Cita penguatan pembangunan SDM Indonesia dan ekosistem sains dan teknologi. Sekolah berasrama ini dirancang untuk memberi layanan pendidikan berkualitas di bidang sains dan teknologi sebagai SMA pre-university, yang dapat mengantarkan siswanya menempuh pendidikan tinggi utama dunia (PTUD).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, ada dua skema Sekolah Garuda. Pada skema Sekolah Garuda Transformasi, 12 SMA dan MA terpilih dapat melanjutkan kurikulum, sistem penerimaan siswa, dan sistem rekrutmen guru sebagaimana yang telah berjalan. Sekolah ini akan mendapat pembinaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mulai 2025 untuk optimalisasi menuju PTUD.
Sementara itu pada skema Sekolah Garuda baru, SMA baru akan dibangun di berbagai penjuru RI sebagai satuan kerja (satker) Kemdiktisaintek. Baik kurikulum, sistem penerimaan siswa, dan sistem rekrutmen guru dilakukan terpusat. Biaya sekolahnya gratis bagi 80 persen siswa yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, dan berbayar bagi 20 persen siswa berlatar ekonomi atas.
“Output-nya sama, kita ingin membangun SDM dan ekosistem sains dan teknologi sehingga output yang kita harapkan itu lulusan dari Sekolah Garuda baru maupun Transformasi ini bisa bersaing secara global untuk melanjutkan pendidikan mereka di perguruan tinggi terbaik dunia, baik itu di luar negeri maupun di dalam negeri,” ucapnya.
Kurikulum Sekolah Garuda Baru
Stella mengatakan, siswa Sekolah Garuda baru akan menjalani kelas 10 dengan kurikulum nasional. Sedangkan kelas 11 dan 12 dijalankan dengan kurikulum IB.
Pada kurikulum IB, siswa salah satunya akan menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat. Contohnya, siswa Sekolah Garuda di Soe, Nusa Tenggara Timur (NTT) nanti dapat melihat melimpahnya produksi alpukat di daerah sekitar sekolahnya. Merespons masalah oversupply buah, siswa dapat belajar menggagas ide solutif sesuai kapasitasnya.
Siswa juga dapat berkolaborasi dengan dosen di perguruan tinggi di daerahnya untuk melaksanakan penelitian yang dapat diterapkan dan bermanfaat untuk masyarakat setempat.
Stella menjelaskan penentuan kurikulum Sekolah Garuda baru tersebut didasarkan pada demand universitas teratas tingkat global. Kegiatan ini tak hanya menjadi nilai tambah bagi dosen dan perguruan tinggi yang terlibat, tetapi juga menjadi nilai tambah bagi pengembangan skill siswa dan pengalamannya untuk masuk perguruan tinggi luar negeri.
“Pada saat ini, berdasarkan riset dari universitas-universitas seperti Chicago University, ada juga satu riset dari Harvard University, itu kalau dibandingkan, kurikulum International Baccalaureate atau IB itu akan bisa sampai 30% lebih memungkinkan bagi siswa-siswinya untuk bisa diterima di top university, baik di UK maupun di US, dibandingkan dengan A-Level, dan juga ada perbandingan dengan New Zealand curriculum, dan juga ada perbandingan dengan AP, Advanced Placement curriculum di Amerika Serikat,” ucapnya.
Ia menekankan, penentuan kurikulum ini tidak sekadar soal internasional atau luar negeri, tetapi memberikan peluang bagi anak.
“Tetap saja, kurikulum apapun yang kita ambil ini bekerja sama dengan kurikulum nasional.Bagusnya lagi, di kurikulum seperti kurikulum IB itu sebenarnya ada banyak kebebasan. Jadi tetap kita akan ada (pembelajaran) Agama, tetap kita akan ada Bahasa Indonesia, tentu saja, dan kurikulum IB itu,” imbuhnya.
Stella menambahkan, kurikulum Sekolah Garuda baru tidak mustahil akan diubah sesuai demand dan perubahan di universitas utama dunia di masa depan.
“Pada saat ini, kita pakai yang terbaik berdasarkan data. Yang terbaik, maksudnya (memiliki siswa yang) tingkat diterimanya sangat tinggi, adalah (kurikulum) IB. Pada saat ini. Nanti kalau di masa depan berbeda, kita pakai yang lainnya,” ucapnya.
“Kita lihat, sebenarnya kurikulum apa yang lulusan dengan kurikulum itu sangat bisa diterima di luar negeri pada saat ini. (Pilihan kurikulum) Ini mungkin bisa berubah, nanti kita akan ubah juga,” jelasnya.
Kemampuan Bahasa Inggris Siswa
Terkait penerapan kurikulum nasional dan internasional di Sekolah Garuda baru, Stella meminta calon siswa tak khawatir dulu dengan kemampuan bahasa Inggrisnya. Ia mengatakan, tes masuk Sekolah Garuda memang terdiri dari materi Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Namun, bobot Bahasa Inggris relatif tidak besar.
“Kita taruh komponen Bahasa Inggris itu sekitar 20% dari akademiknya. Jadi bukan yang paling utama. Bagusnya itu, masih ada 1 tahun (untuk belajar). IB itu (mulai) kelas 11-12. Jadi di kelas 10 masih bisa kita bina. Tapi memang kita perlu bekerja dari SMP,” ucapnya.
“Ini terus terang aja, saya tuh waktu SMP belajar bahasa Inggris mulai dari SMP. Terus dapat beasiswa ASEAN. Di satu tahun, harus belajar bahasa Inggris di Singapura. Udah sampe mau dipulangin tuh, gagal, gagal lagi. Tapi akhirnya bisa juga. Jadi saya pikir, kita pasti bisa,” ucapnya.
Pelatihan IB untuk Guru
Menjadi tombak pendidikan anak di Sekolah Garuda baru, guru-guru di SMA unggul ini juga akan menjalani pelatihan IB. Pelatihan ini akan diselenggarakan setelah guru bersangkutan lolos seleksi ASN guru Sekolah Garuda baru. Stella mengatakan, tes guru Sekolah Garuda akan dilaksanakan sekitar Januari 2026, dengan sebelumnya penyampaian formasi ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) pada tengah tahun 2025.
“Kalau sudah menjadi guru IB itu juga guru-gurunya akan berinteraksi, diharuskan berinteraksi, dengan guru-guru dari seluruh dunia. Dan ini ada satu dari riset, kita mendapat berita baik bahwa guru-guru di Indonesia yang sudah menjadi guru IB itu sangat hebat, bahkan sampai diminta oleh negara-negara seperti Australia, untuk memberikan pendidikan dan training kepada guru-guru IB baru di Australia. Nah ini kan kita bangga ya, kalau guru-guru kita dari Indonesia itu bahkan diminta oleh negara-negara seperti Australia atau dari Eropa. Ini adalah sesuatu yang kami pelajari dari kantor IB,” ucapnya.
(twu/nwk)