Jakarta –
Pakistan menutup sekolah-sekolah di kota besar Lahore dan Punjab imbas rekor polusi udara pekan ini. Indeks kualitas udara IQAir di Lahore per Rabu (6/11/2024) menunjukkan tingkat polusi melampaui angka 1.000, tiga kali lipat dari level 300 yang sudah masuk kategori berbahaya.
Sedangkan indeks kualitas udara IQAir Punjab tercatat di atas 1.000 sejak Minggu (3/11/2024). Tingkat polusi udara ini belum pernah terjadi sebelumnya, seperti dilaporkan AFP, dikutip dari Phys.org.
Kota-kota tersebut diselimuti kabut asap, campuran kabut dan polutan akibat asap solar tingkat rendah, asap pembakaran pertanian musiman, dan pendinginan musim dingin.
Sekolah Tutup
Siswa di Lahore diliburkan selama satu pekan. Sedangkan SMA di Punjab tutup hingga 17 November mendatang dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Di Lahore, aturan pemerintah atas penutupan sekolah sementara ini berlaku untuk semua kelas bagi anak-anak hingga usia 10 tahun di satuan pendidikan umum, swasta dan khusus. Penutupan sekolah berlangsung mulai Senin hingga Sabtu pekan ini.
“Prakiraan cuaca untuk enam hari ke depan menunjukkan bahwa pola angin akan tetap sama. Oleh karena itu, kami menutup semua sekolah dasar negeri dan swasta di Lahore selama seminggu,” kata Jahangir Anwar, pejabat senior perlindungan lingkungan di Lahore kepada AFP awal pekan lalu.
Sabtu ini, situasi setempat akan dinilai kembali untuk menentukan perpanjangan aturan sekolah ditutup. Jika harus kembali ke sekolah, para siswa wajib mengenakan masker.
Bahaya untuk Anak-anak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, menghirup udara beracun berisiko stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan. Anak-anak sangat rentan karena paru-paru mereka belum sepenuhnya berkembang dan bernapas lebih cepat.
Akibatnya, anak-anak menghirup lebih banyak udara dibandingkan orang dewasa, jika dilihat dari rasio ukuran tubuhnya.
“Kabut asap ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Masker harus diwajibkan di sekolah. Kami mengawasi kesehatan anak-anak di kelas senior,” kata Senior Minister Punjab Marriyum Aurangzeb pada wartawan pekan lalu.
Sedangkan pada Sabtu (2/11/2024), konsentrasi polutan PM 2.5 setempat mencapai lebih dari 40 kali lipat dari tingkat yang dianggap aman oleh WHO. Partikel halus di udara yang paling merusak kesehatan dan mematikan ini sempat naik pada Minggu (3/11/2024) pagi, kemudian sedikit menurun.
Rencana Lockdown
Pembatasan aktivitas juga diberlakukan di sejumlah titik kota yang paling berisiko. Kendaraan tuk-tuk (becak bermotor) yang dilengkapi mesin dua tak perilis polusi dilarang, begitu juga restoran yang memanggang tanpa filter. Gedung pernikahan harus tutup paling lambat pukul 10 malam.
Kantor-kantor pemerintah dan perusahaan swasta setempat pun meminta setengah stafnya bekerja dari rumah akibat polusi mulai pekan ini.
Jika wajib masker dan panduan masalah kabut asap masih tidak dipatuhi, serta makin banyak warga yang masuk rumah sakit dan klinik, pihak berwenang menyatakan akan memberlakukan lockdown total.
“Puluhan ribu pasien yang menderita penyakit pernapasan dirawat di rumah sakit dan klinik dalam satu minggu ini. Kita bisa lihat orang-orang batuk di mana-mana, tetapi mereka masih jarang pakai masker,” kata Wakil Presiden Asosiasi Medis Pakistan Salman Kazmi.
Pemerintah Pakistan mengatakan sedang mencari metode untuk mendorong hujan buatan guna mengatasi polusi.
(twu/nwy)