Jakarta –
Banyak siswa yang mau tak mau harus menjalani gap year terlebih dahulu sebelum benar-benar bisa melanjutkan kuliah. Salah satu alasan yang kerap ditemui adalah faktor ekonomi.
Seperti halnya yang dialami oleh Bagaskara Fatchurahman. Wisudawan terbaik Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (Unair) pada wisuda periode 244 itu sempat harus gap year karena keterbatasan ekonomi.
Sempat Jadi Teknisi Alat Berat
Bagas, sapaannya, tak langsung kuliah setelah lulus SMA. Dia sempat bekerja sebagai teknisi mekanik alat berat di sebuah industri pertambangan.
Untungnya, kesadaran akan pentingnya pendidikan mendorong Bagas melanjutkan kuliah melalui peluang beasiswa. Dia pun memperkuat tekad untuk mendaftar ke berbagai perguruan tinggi dengan beasiswa dan berhasil masuk Fakultas Vokasi Unair melalui jalur mandiri dengan KIP Kuliah.
“Akhirnya berhasil diterima di salah satu perguruan terbaik di Indonesia melalui jalur mandiri Vokasi-KIP Kuliah. Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya ketekunan dan motivasi,” ujarnya, dikutip dari laman Unair.
IPK 3,92
Bagas lulus sebagai wisudawan terbaik dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,92. Bagas merupakan lulusan D3 program studi Perpustakaan Unair.
Semasa kuliah, dia sempat ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Matching Fund Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pada pengalamannya ini, Bagas mempelajari manajemen arsip di sebuah lembaga pemerintahan yang tersebar di empat daerah berbeda.
“Kami melakukan digitalisasi arsip berbasis aplikasi yang tidak hanya memperdalam pemahaman saya tentang kearsipan, tetapi juga mengajarkan saya cara beradaptasi dengan budaya lokal dari masing-masing daerah,” terang Bagas.
Dia pun tetap aktif berorganisasi selama kuliah. Ada tiga organisasi kampus yang dijalaninya yaitu Himpunan Mahasiswa D-III Perpustakaan Unair, Organisasi Bidikmisi UNAIR (AUBMO), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Peduli Penyalahgunaan NAPZA dan Penyebaran HIV-AIDS (UK MAPANZA).
Menurut Bagas, kemampuan terpenting untuk menyeimbangkan kegiatan akademik dan nonakademik adalah manajemen waktu.
Dia mengatakan selalu menyusun jadwal secara terstruktur dan memprioritaskan tugas berdasarkan urgensi. Bagas menegaskan manajemen waktu yang baik amat memengaruhi produktivitas dan membantunya mengurangi kecemasan saat menghadapi banyak tugas kuliah.
Bagas menunjukkan ketekunan dan keinginan terus belajar akan membuahkan hasil yang manis. Keberhasilannya kini akan jadi awal untuk kontribusi yang lebih besar.
“Saya ingin memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam memajukan pengelolaan arsip dan dokumen di berbagai institusi,” ujarnya.
(nah/pal)