Jakarta –
Putra-putri bangsa di ajang Olimpiade Fisika Internasional atau International Physics Olympiad (IPhO) ke-54 kembali menorehkan prestasi bagi Indonesia. Mereka meraih satu medali perak, satu medali perunggu, dan tiga honorable mentions.
Peraih penghargaan tersebut antara lain Zahran Nizar Fadhlan dari SMA Negeri 1 Padang (perak), Kaitlyn Iliana Toniman dari SMAS Kristen BPK Penabur Gading Serpong (perunggu), dan Clarissa Aurelia Nahid Saputra dari SMA Negeri Unggulan M.H. Thamrin DKI Jakarta, Daniel Mark dari SMAS 1 Kristen BPK Penabur DKI Jakarta, dan Adika Rasendriya Arya Putra dari MAN 2 Kota Malang meraih honorable mention.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selaku Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Maria Veronica Irene Herdjiono memberikan apresiasi terhadap pencapain mereka.
“Selamat atas raihan prestasi adik-adik di ajang International Physics Olympiad. Ini merupakan suatu kebanggaan karena adik-adik dapat mengharumkan nama Indonesia hingga ke ajang talenta internasional,” tuturnya dalam keterangan resmi, Jumat (2/8/2024).
Ia berharap, prestasi mereka dapat menjadi inspirasi bagi siswa lainnya dalam mengejar impian di bidang riset dan inovasi. Ia juga tak sabar menunggu prestasi-prestasi yang akan ditorehkan oleh siswa lain.
“Kita bangga dan ini menjadi kebaikan untuk anak-anak Indonesia. Di IPhO ini ada siswa dari Padang yang meraih perak, dan tahun sebelumnya ia pernah meraih perunggu di IOAA (International Olympiad on Astronomy and Astrophysics),” tuturnya.
Perjuangan Siswa RI di IPhO 2024
Masing-masing peserta perwakilan Indonesia di IPhO 2024 sebelumnya telah mengikuti seleksi. Tahap seleksi dimulai dari Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI).
Sang peraih medali perunggu yakni Kaitlyn bercerita bahwa dalam menyiapkan olimpiade ia sempat tegang hingga tidak bisa tidur. Namun, ia selalu berpikir bahwa dirinya harus bersemangat demi Indonesia.
“Saat mengikuti perlombaan sempat deg-degan dan tidak bisa tidur. Namun, akhirnya saya bisa mengatasi itu dan mendapatkan medali untuk Indonesia,” katanya.
Selama di IPhO, para peserta harus mengikuti dua jenis ujian yakni teori dan praktik. Masing-masing tes berdurasi lima jam.
Dalam ujian teori, terdapat tiga soal yang harus diselesaikan. Sementara dalam ujian praktik, mereka dituntut melakukan eksperimen sesuai soal yang ada.
Peraih medali emas yaitu Zahran masih tak menyangka dirinya bisa menyabet penghargaan tersebut. Ia berharap ke depannya dapat kembali menorehkan prestasi bagi Indonesia.
“Sangat bangga apalagi bisa mengharumkan nama Indonesia lagi di tingkat internasional. Saya teringat waktu pandemi Covid-19 untuk mengisi kegiatan sehari-hari saya menonton tayangan YouTube tentang astronomi hingga fisika dan dari situlah saya berangkat mencoba dari OSN hingga sampai ke tahap ini,” ungkapnya.
Kegigihan para peserta diapresiasi langsung oleh Triyanta Mugianto selaku Koordinator Pembina IPhO. Menurutnya, selama pelaksanaan IPhO para siswa-siswi sudah berusaha memberikan yang terbaik.
“Saya mengapresiasi atas usaha dan kerja keras anak-anak. Sebelumnya anak-anak sudah melalui proses pembinaan sebanyak tiga tahap. Tantangannya memang ada pada di pembinaan karena setiap negara masing-masing berbeda dalam hal pembinaan,” tuturnya.
Triyanto adalah dosen dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi mentor peserta. Ia ditemani juga oleh Rinto Anugraha Nur Qomaru Zaman dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebagai informasi tambahan, IPhO adalah olimpiade tahunan bagi siswa menengah atas di seluruh dunia. Tahun ini, IPhO digelar pada 21- 29 Juli 2024 di Isfahan, Iran.
(cyu/cyu)