Jakarta –
Indonesia termasuk dalam negara yang sangat berpotensi mengalami berbagai bencana alam. Bencana alam yang paling mengancam adalah gempa bumi lantaran Indonesia dikepung belasan megathrust atau zona patahan dari ujung Pulau Sumatera hingga Papua.
Zona ini menyimpan energi besar yang memicu gempa dahsyat hingga magnitudo 9,2 pada masa mendatang jika tidak diketahui keberadaannya. Brenda Arham dan Adi Wibowo dalam Jurnal Perencanaan Pembangunan WIlayah dan Pedesaan, Juni 2024 menjelaskan gempa bumi yang kuat dapat menimbulkan berbagai macam bencana susulan, salah satunya tanah longsor.
Tanah longsor bisa terjadi ketika gempa memberikan tekanan pada partikel mineral, lemah batuan, dan massa tanah. Tekanan yang kuat bisa mengakibatkan terjadinya tanah longsor pada lereng.
Meskipun begitu, tanah longsor tidak hanya disebabkan oleh gempa. Bencana yang umum terjadi di wilayah pegunungan ini juga bisa disebabkan oleh keadaan topografi, geologi, curah hujan, kandungan air tanah, laju infiltrasi, dan tutupan lahan.
Untuk itu, masyarakat di wilayah pegunungan perlu memiliki langkah mitigasi yang tepat untuk meminimalisir dampak yang timbul dari bencana tanah longsor. Salah satu upaya mitigasi dilakukan oleh siswa SMKN Campaka, Purwakarta, Jawa Barat.
SMKN Campaka melalui Konsentrasi Keahlian Teknik Komunikasi dan Jaringan menciptakan alat pendeteksi tanah longsor. Alat ini dirancang dengan mengintegrasikan beberapa teknologi yang dapat menangkap sensor.
Seperti sensor tekanan tanah, sensor kelembapan, dan sensor pergerakan yang bekerja secara sinergis. Sehingga alat ini mampu mendeteksi potensi terjadinya tanah longsor secara cepat dan real-time.
Cara Kerja Alat Pendeteksi Tanah Longsor
Kepala SMK Campaka, Trinarti Ekajati menjelaskan bagaimana cara kerja inovasi mitigasi bencana yang diciptakan siswa-siswanya. Dijelaskan bila alat ini bekerja dengan memonitor perubahan tekanan tanah dan tingkat kelembaban di area yang rentan terhadap tanah longsor.
Sensor yang telah ditanamkan, mampu mendeteksi aktivitas tanah yang tidak bisa. Ketika alat mendeteksi adanya perubahan yang signifikan, masyarakat setempat akan mendapatkan notifikasi secara otomatis melalui aplikasi atau pesan singkat.
“Dengan menggunakan sensor yang peka terhadap pergeseran tanah, alat ini dapat memonitor kondisi tanah secara real-time. Data yang diperoleh dari sensor tersebut kemudian dikirimkan ke pusat pengendalian untuk dianalisis lebih lanjut,” tutur sosok yang akrab dipanggil Ekajati dikutip dari rilis di laman resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Selasa (13/8/2024).
Arya Saputra, salah satu siswa yang terlibat dalam pengembangan alat pendeteksi tanah longsor menjelaskan asal-usul inovasi ini bisa tercipta. Menurut Arya, ia tinggal di daerah yang rawan tanah longsor dan telah melihat dampak yang ditimbulkan dari bencana mengerikan itu.
Sehingga hadirnya alat ini diharapkan mampu membantu mengurangi risiko bencana. Terutama dalam meminimalisir dampak korban jiwa.
“Dengan alat ini, kami berharap dapat membantu mengurangi risiko bencana dan menyelamatkan nyawa. Ini adalah proyek yang sangat penting bagi kami, mengingat banyaknya daerah di Indonesia yang rawan terhadap tanah longsor,” katanya.
Meski berangkat dari sekolah, projek alat pendeteksi tanah longsor ini telah mendapat perhatian dari berbagai pihak. Termasuk pemerintah daerah dan badan penanggulangan bencana setempat.
Ini adalah langkah awal, ke depannya para siswa berharap alat ini bisa disempurnakan agar mudah digunakan. Mereka juga berharap agar pemerintah dan organisasi terkait bisa bekerja sama sehingga alat bisa dimanfaatkan di berbagai daerah yang berisiko tinggi bencana tanah longsor.
(det/nah)